Sunday, November 27, 2011

Candi Plaosan - Candi yang Memiliki Kembaran


Satu lagi candi-candi marjinal yang menarik untuk dikunjungi. Candi Plaosan, candi yang terkenal karena bangunan candi yang identik dan terkesan kembar. Kompleks Candi Plaosan sendiri terdiri dari dua buah kompleks, yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Kompleks candi yang megah terdapat dibagian lor atau utara. Terletak di antara persawahan dan rimbunnya pohon jagung yang tumbuh subur di sekitar lokasi candi.



Akses menuju candi ini cukup mudah dan jalanan relatif sudah diaspal halus, namun tidak ada akses kendaraan umum, lebih disarankan menggunakan kendaraan pribadi agar lebih mudah untuk menuju candi ini. Secara administratif candi ini terletak di Dusun Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Untuk menuju lokasi, langsung saja arahkan kendaraan menuju Candi Prambanan melewati Jalan Raya Jogja-Solo. Setelah sampai lampu merah sebelah timur Candi Prambanan lurus saja sampai bertemu dengan lampu merah lagi, kemudian arahkan kendaraan ke kiri (arah utara), lurus saja sampai menemukan perempatan, kemudian belok ke kanan (arah ke timur).



Jalan alternatif lainnya adalah dengan menyusuri Jalan Raya Jogja-Solo sampai di lampu merah sebelah timur Candi Prambanan, kemudian belok kiri arah ke kompleks Candi Prambanan, terus saja hingga menemukan tikungan kemudian belok ke kanan (arah timur) lurus saja sampai menemukan perempatan. Dari perempatan lurus saja hingga sampai di lokasi.



Untuk memasuki kompleks candi ini, pengunjung hanya mengisi buku tamu dan membayar retribusi seikhlasnya saja. Untuk parkir kendaraan dikelola oleh penduduk sekitar, dengan tarif parkir untuk motor sebesar Rp 1.000,00 saja.



Lokasi yang saya jelajahi adalah Candi Plaosan Lor. Candi Plaosan merupakan candi yang bercorakkan agama Budha. Candi ini mempunyai dua kelompok sub-bangunan. Sub-bangunan yang pertama memiliki dua buah bangunan candi utama yang sejajar dan menghadap ke barat. Kedua buah bangunan candi tersebut dikelilingi oleh tembok dan memiliki satu gapura pintu masuk masing-masing. Di antara kedua candi tersebut ada satu buah gapura yang menghubungkan kedua candi tersebut. Candi induk di sebelah utara terdapat relief yang menggambarkan tokoh wanita, sedangkan di bagian selatan menggambarkan tokoh pria. Di masing-masing candi induk terdapat tiga buah ruangan di dalamnya. Di dalam ruang tersebut terdapat arca Dhyai Boddhisatwa serta terdapat relief mengenai perjalanan Sang Budha. Di sekitar candi utama terdapat beberapa candi Perwara (candi pengiring) dan juga beberapa stupa yang mirip dengan stupa yang berada di Candi Borobudur. Hanya sayang masih banyak candi Perwara yang berwujud reruntuhan yang berhamburan karena proses pemugaran juga memakan waktu yang cukup lama.



Kebetulan ketika saya berkunjung ke candi ini, ada bapak-bapak yang akan melakukan ibadah di candi dan meminta saya untuk menemani beliau. Oke, ini kali pertama saya menemani orang yang sedang beribadat di candi, agak merinding juga sih mengingat lokasi candi yang cukup sepi dan membuat kesan agak sedikit horor, tapi beliau berhasil untuk membujuk saya untuk menemaninya masuk ke dalam candi. Selesai menemani bapak tersebut beribadat, saya lanjutkan menjelajahi kompleks Candi Palosan Lor ini.


Di bagian utara kompleks Candi Plaosan Lor ini terdapat sebuah tempat untuk menyimpan arca-arca, sayang beberapa arca kondisinya sudah tidak utuh lagi. Beberapa arca juga diletakkan di bangunan seperti rumah-rumahan, namun pintunya dikunci, jadi pengunjung hanya bisa melihat dari luar saja.



Seperti Candi Plaosan Lor, Candi Plaosan Kidul terletak di dusun yang sama, hanya berjarak kira-kira 50 meter dari Candi Plaosan Lor. Candi Plaosan Kidul ini hanya terdiri dari beberapa candi kecil, yang kemungkinan seperti Candi Perwara (Candi Pengiring) atau apalah saya kurang tahu.


Saya agak bingung juga dengan anggapan bahwa Candi Plaosan adalah sebuah candi kembar. Jika mengkomparasikan antara bangunan di Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul sepertinya sama sekali tidak ada kesamaan bangunan, tetapi jika mengkomparasikan bangunan yang ada di Candi Plaosan Lor saja memang kedua bangunan candi yang ada di kompleks ini hampir identik bangunannya atau kembar.

Bagi Anda yang mengunjungi Candi Prambanan, tak usah terburu-buru untuk meninggalkan wilayah ini, karena terdapat Candi Plaosan yang cukup menarik untuk Anda jadikan destinasi selanjutnya :D

Thursday, November 24, 2011

Candi Barong - Keheningan di Atas Perbukitan


Setelah mengublek-ublek Candi Banyunibo, penjelajahan saya lanjutkan kembali menyusuri perbukitan menuju Candi Barong. Berbekal dengan petunjuk arah yang diberikan oleh satpam yang menjaga kompleks Candi Banyunibo, saya melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, tentu saja saya meminta izin kepada satpam untuk menitipkan motor saya. Saya berjalan kaki menyusuri jalan di perkampungan dan naik ke atas bukit melewati ladang-ladang milik penduduk.



Untuk menuju Candi Barong jalur yang dilewati sama seperti menuju Candi Banyunibo. Dari simpang empat petunjuk arah lurus saja hingga memasuki gapura Dusun Cepit. Dari gapura Desa Cepit lurus saja melewati jalan aspal desa hingga mentok pertigaan, lalu belok ke kiri (arah utara) hingga ujung jalan. Lalu perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki melewati jalan setapak menaiki bukit kecil. Bukit ini cukup menanjak jalannya, disarankan untuk menyiapkan stamina dan minuman yang cukup karena perjalanan menaiki bukit cukup menguras tenaga. Saya cukup ngos-ngos-an menaiki bukit ini. 


Candi Barong terletak diperbukitan Batur Agung, secara administratif terletak di Dusun Candi Sari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dinamakan Candi Barong karena pada setiap sisi tubuh candi terdapat hiasan kala yang menyeruapi singa atau barong. Candi Barong merupakan salah satu candi yang bercorakkan agama Hindu, digunakan untuk menyembah Dewa Wisnu. Di candi tersebut juga ditemukan arca Dewi Sri yang merupakan istri dari Dewa Wisnu. Diperkiraan candi ini digunakan untuk pemujaan yang berhubungan dengan kesuburan, mengingat kondisi tanah di sekitar yang tidak subur.






Kompleks Candi Barong terdiri dari dua buah bangunan candi yang menghadap ke arah barat. Bangunan candi tersebut identik dan tidak memiliki pintu masuk. Hal yang membedakan keduanya adalah hiasan yang ada di bangunan candi, yang pertama diduga digunakan untuk pemujaan Dewa Wisnu dan bangunan kedua digunakan untuk pemujaan Dewi Sri. Di antara bangunan kedua candi, terdapat sebuah bangunan yang saya kira seperti sebuah pintu gerbang untuk memasuki kompleks bangunan candi tersebut. Secara keseluruhan, Candi Barong terdiri dari tiga buah halaman. Halaman ketiga merupakan kompleks paling tinggi dan dianggap paling suci di mana bangunan kedua candi tersebut berada, halaman kedua hanya berupa bangunan umpak, yang sekarang lebih mirip seperti sebuah alun-alun atau lapangan, dan halaman pertama tidak ditemukan struktur bangunan. Candi Barong cukup unik, karena candi ini terletak di kompleks bagian belakang, berbeda dengan candi-candi lainnya yang terletak di bagian depan.


Ketika berjalan menaiki bukit, dari kejauhan kita dapat melihat bangunan Candi Banyunibo dari atas bukit. Di sekeliling jalan setapak terdapat ladang-ladang penduduk. Keadaan tanah di ladang-ladang ini memang terlihat cukup tandus, hanya terdapat beberapa tanaman dan rumput-rumput ilalang. Ketika saya mengunjungi candi ini, petugas yang berjaga sedang tidak ada sehingga saya tidak ditarik retribusi.


Candi Barong dapat Anda jadikan sebagai salah satu destinasi untuk Anda kunjungi, terutama yang tertarik dengan wisata bangunan bersejarah. Selain menawarkan kemegahan bangunan candi, di sekitar lokasi juga menyuguhkan pemandangan yang cukup indah dari atas perbukitan. Letaknya yang berada di atas perbukitan menjadikan candi ini memiliki suasana yang cukup hening, semakin membuat syahdu ketika kita menikmati pemandangan alam di sekitar

Thursday, November 17, 2011

Candi Banyunibo - Keindahan yang Tersembunyi di Balik Ladang Tebu


Setelah saya puas menikmati kemegahan dan keindahan Candi Ijo yang berada di atas bukit, saya melanjutkan penjelajahan situs-situs marjinal menuju Candi Banyunibo. Mungkin belum terlalu banyak orang yang mengetahui candi ini, karena candi ini cukup kercil dan tidak terlalu terkenal seperi candi-candi besar lainnya.



Akses untuk menuju Candi Banyunibo cukup mudah, dan lebih disarankan menggunakan kendaraan pribadi karena akses kendaraan umum masih sangat minim untuk menjangkau lokasi ini. Secara administratif, Candi Banyunibo terletak di Dusun Cepit, Kelurahan Bokoharjo, Prambanan, Yogyakarta. Untuk menuju lokasi Candi Banyunibo ini, perjalanan dari kota Yogyakarta, ambil saja arah ke timur melalui jalan Jogja-Solo menuju Candi Prambanan. Sesampainya di pertigaan lampu merah sebelum Candi Prambanan, ambil ke kanan (arah selatan) menuju jalan Piyungan. Ikuti saja jalan tersebut hingga menemukan pertigaan kecil yang ada papan petunjuk arah ke Ratu Boko lalu belok ke kiri lurus melewati area persawahan. Jalan sudah beraspal hanya saja sudah banyak yang rusak, jadi lebih baik berhati-hati ketika melewati jalan ini. Sampai di perempatan yang cukup besar, terdapat papan petunjuk yang cukup besar, jika ke kiri ke Ratu Boko, ke kanan menuju Candi Ijo, dan lurus menuju Candi Banyunibo.


Saya sempat kesasar karena wujud candi yang tidak terlihat karena berada di antara perkebunan tebu. Setelah bertanya kepada penduduk sekitar akhirnya saya menemukan letak candi juga. Dari perempatan papan petunjuk arah lurus saja, lalu sebelum jembatan belok ke kanan, tak jauh dari jembatan kita sudah sampai di area Candi Banyunibo.


Sesampainya di kompleks candi, tidak ada satupun orang yang berkunjung, hanya terdapat seorang satpam yang bertugas menjaga candi. Jika dilihat dari bangunannya, Candi Banyunibo ini masih berdiri dengan kokoh dan relief-relief yang dalam keadaan utuh. Atau mungkin karena lokasinya yang terpencil atau kurangnya informasi bagi wisatawan? Entahlah, padahal menurut saya candi ini cukup potensial untuk dijadikan destinasi wisata, terutama bagi penikmat wisata sejarah, arsitektur, maupun heritage.




Kata "banyunibo" sendiri memiliki arti "air yang jatuh atau menetes". Candi ini dibangun sekitar abad ke-9 pada masa kerajaan Mataram Kuno. Di bagian atas candi ini terdapat stupa yang merupakan ciri khas dari candi peninggalan agama Budha. Karena letak candi yang cukup terpendil di tengah persawahan dan terpisah dengan kelompok candi yang lain, candi ini disebut pula dengan "si Sebatangkara Banu Nibo".





Candi Banyunibo terdiri dari satu bangunan candi induk yang menghadap ke arah barat dan enam bangunan Candi Perwara (candi pengiring) yang terletak di sebelah timur dan selatan candi induk. Bangunan candi induk ini memiliki sebuah ruangan dengan 8 buah jendela yang memiliki pemandangan ke ladang. Hanya saja Candi Perwara atau candi pengiring ini dalam kondisi yang memprihatinkan karena hanya dibiarkan saja sebagai reruntuhan. Hiasan relief kara-makara dan beberapa relief-relief lainnya masih terlihat sangat jelas dan masih dalam keadaan yang utuh dan terawat. Sangat indah menikmati relief-relief yang berada di dinding Candi Banyunibo ini.



Selain relief-relief dan arca yang terpahat di dinding candi, beberapa arca juga diletakkan begitu saja di dekat pos penjagaan stapam, cukup disayangkan sih melihat beberapa arca tersebut hanya digeletakkan begitu saja.


Untuk memasuki Candi Banyunibo ini pengunjung membayar retribusi untuk tiket masuk sebesar Rp 2.000,00 per orang. Cukup murah bukan? Jika Anda menjelajah Yogyakarta jangan lupa untuk mampir sejenak menikmati keindahan Candi Banyunibo ini.

Sunday, November 13, 2011

Candi Ijo - Candi Tertinggi di Jogja


Di sela-sela kesibukan menjalani UTS (Ujian Akhir Semester) di minggu pertama, akhirnya saya mempunyai sedikit waktu luang untuk menjelajah beberapa tempat yang menarik di Yogyakarta. Ya, beginilah enaknya tinggal di kota ini, jika sedang suntuk langsung saja tancap gas menuju lokasi-lokasi yang menarik guna menghilangkan penat di pikiran. 

Pagi ini saya cukup bingung juga ingin menjelajah ke mana lagi. Ritual searching di internet hanya menemukan tempat-tempat yang sudah terlalu sering untuk dikunjungi dan saya cukup bosan juga jika harus mengunjungi tempat-tempat yang itu-itu saja. Tiba-tiba saja saya teringat tentang candi-candi kecil yang tersebar di Yogyakarta, dan saya ingin menjelajahinya. Dengan berbekal ingatan seadanya saya mencoba mencari informasi candi-candi kecil yang tersebar di wilayah Yogyakarta.

Petualangan saya kali ini adalah menuju Candi Ijo, yang konon letaknya berada di bukit paling atas di antara candi-candi lain di Yogyakarta. Tanpa berfikir panjang lagi saya mengemasi barang-barang yang saya butuhkan ke dalam tas, keluar dari kamar kost, dan segera memanasi motor saya untuk melakukan perjalanan.


Secara adiministratif, Candi Ijo terletak di Dukuh Nglengkong, Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Jalan menuju Candi Ijo searah dengan jalan menuju Ratu Boko. Jika dari kota Yogyakarta, ambil saja arah ke timur menuju Candi Prambanan. Sesampainya di pertigaan lampu merah sebelum Candi Prambanan, ambil arah belok ke kanan menuju pasar, lurus saja menuju ke jalan Piyungan. Dari jalan Piyungan sekitar km 4, belok ke kiri (mengikuti papan petunjuk arah). Setelah belok, Anda akan disuguhi pemandangan persawahan yang cukup asri, jalan di sini sudah beraspal namun beberapa kondisinya sudah rusak. Jalan lurus saja sampai menemui persimpangan, di papan petunjuk jika ke Ratu Boko belok ke kiri, ke Candi Banyunibo lurus (ke arah timur), dan ke Candi ijo belok ke kanan. 

Perjalanan menuju Candi Ijo memang awalnya cukup datar dan kondisi jalan yang sudah lumayan baik, melewati perkampungan penduduk, namun ketika memasuki jalan yang menanjak, Anda harus berkonsentrasi mengendarai kendaraan. Jalan menanjak dan cukup curam serta keadaan jalan yang rusak mengharuskan Anda untuk berhati-hati. Saya melakukan penjelajahan menjelang siang hari, cuaca cukup mendung sehingga tidak terlalu panas. Di samping kanan dan kiri selama perjalanan yang menanjak, kita akan disuguhi pemandangan perbukitan yang cukup hijau dan juga beberapa penambang batu kapur yang digunakan untuk bahan bangunan.


Jalan menanjak cukup jauh dan hampir tidak ada jalan yang datar, jangan lupa siapkan dan cek kendaraan terlebih dahulu sebelum menjelajah Candi Ijo. Setelah perjalanan menanjak hampir sekitar 20 menit akhirnya saya sampai juga di lokasi Candi Ijo ini. Setelah memarkirkan motor, saya menuju pos penjaga untuk mengisi buku tamu dan memberikan sumbangan sekedarnya, saya lanjutkan untuk mengelilingi kompleks Candi Ijo ini.



Di bagian kompleks atas (bagian timur kompleks) terlihat empat buah bangunan candi, yang terdiri dari satu bangunan candi utama dan tiga buah Candi Perwara (candi pengiring). Candi Ijo merupakan salah satu candi yang bercorakkan agama Hindu, hal ini terlihat dari lambang Lingga dan Yoni yang cukup besar yang terletak di dalam bangunan candi utama.


Di candi Perwara (candi pengiring) yaitu candi yang terletak di tengah terdapat arca berbentuk sapi yang disebut dengan Nandi, di mana dalam mitologi Hindu, Nandi digunakan sebagai kendaraan oleh Dewa Siwa. Sedangkan candi Perwara yang terletak di sebelah utara terdapat sebuah lubang berbentuk segi empat yang disebut dengan Homa yang berfungsi sebagai tempat untuk pembakaran.




Di kompleks bagian barat, terdapat beberapa reruntuhan bangunan candi berupa bebatuan dan terdapat sebuah candi kecil yang mungkin baru saja selesai dipugar. Saya tidak tahu fungsi candi ini, dan semoga saja proses pemugaran dan restorasi candi terus berlanjut.


Selain menikmati kemegahan candi, berkunjung di kompleks Candi Ijo ini kita juga akan disuguhi pemandangan perbukitan yang indah. Kita dapat melihat pemandangan persawahan serta bukit-bukit hijau yang menyegarkan mata. Udara di sini cukup bersih karena jauh dari hiruk-pikuk kendaraan bermotor. Namun sayang ketika saya berkunjung awan sedang kurang bersahabat dan tertutup oleh mendung. Beruntung bagi saya, ketika menjelajahi Candi Ijo ini, saya bertemu dengan rombongan turis asing yang sedang berkunjung, yah lumayan lah ada teman untuk berkeliling kompleks candi ini.


Candi ijo memang tidak terlalu seterkenal Candi Borobudur, Candi Prambanan, maupun Situs Ratu Boko. Namun, apabila Anda adalah penggemar wisata sejarah dan budaya, situs ini layak Anda jadikan agenda untuk dikunjungi.

Wednesday, November 9, 2011

Sendratari Ramayana - Drama Kolosal dalam Balutan Tarian Etnik Jawa


Hari Selasa (25/10) kemarin, akhirnya saya berkesempatan untuk menyaksikan pertunjukan Sendratari Ramayana di panggung teater terbuka di Prambanan. Saya sungguh beruntung karena saya mendapatkan tiket dengan harga yang cukup terjangkau, kebetulan salah satu UKM di kampus saya bekerja sama dengan pihak penyelenggara Sendratari Ramayana, sehingga saya dan teman-teman dapat memperoleh tiket dengan harga pelajar, lumayan lah dengan Rp 20.000,00 saja saya dapat melihat pertunjukan yang menurut saya sangat spektakuler ini. Tata panggung dibuat dengan latar belakang Candi Prambanan, namun karena tiket yang saya dapatkan bukan tiket kelas pertama jadi saya harus puas dengan tempat duduk yang berada di sisi samping, dan tidak mendapatkan latar Candi Prambanan, ya tidak apalah.

Sendratari Ramayana  atau juga biasa disebut dengan istilah Ramayana Ballet merupakan sebuah pertunjukan yang memadukan antara seni tari, drama, serta unsur musik gamelan yang mengangkat kisah Ramayana, seperti yang dikisahkan di dalam relief Candi Prambanan. Di bawakan oleh puluhan penari, diiringi oleh musik gamelan dan suara sang sinden yang menceritakan alur cerita, serta dipadu dengan tata cahaya yang apik, membuat pertunjukan di panggung terbuka ini begitu istimewa dan terkesan sangat spektakuler.


Jalan cerita dalam pertunjukan Sendratari Ramayana yang panjang diringkas menjadi empat babak, yaitu penculikan Shinta oleh Rahwana, misi Anoman ke kerajaan Alengka, kematian Kumbakarna atau Rahwana, dan pertemuan kembali Rama dan Shinta. Pertunjukan Sendratari Ramayana diawali dengan narasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris mengenai jalan cerita yang akan dilakonkan. Tidak ada dialog yang yang terucap oleh penari, hanya alunan musik gamelan dan nyanyian dari sang sinden lah yang menuturkan alur cerita dalam langgam berbahasa Jawa. 


Cerita dalam Sendratari Ramayana dimulai dengan adegan sayembara yang dilakukan oleh Prabu Janaka untuk mencarikan pendamping bagi putrinya yaitu Dewi Sinta yang dimenangkan oleh Rama Wijaya. Cerita kemudian berlanjut dengan petualangan yang dilakukan Rama, Sinta, dan adik lelaki Rama yang bernama Laksmana di sebuah hutan. Di hutan inilah mereka bertemu dengan Rahwana, di mana Rahwana meninginkan Dewi Sinta yang dia anggap sebagai sosok Dewi Widowati, yaitu sosok wanita yang diinginkan oleh Rahwana.

Rahwana kemudian memerintahkan pengikutnya yang bernama Marica untuk menjelma menjadi seekor kijang untuk menarik perhatian Sinta. Sinta pun akhirnya terpikat dengan kijang tersebut dan meminta Rama untuk menangkapnya. Laksmana, adik Rama, kemudian menyusul mencari Rama yang tak kunjung kembali, sebelum ditinggalkan, Sinta diberikan lingkaran yang diberikan mantra agar tidak bisa diculik oleh Rahwana. Namun, Sinta pada akhirnya bisa diculik oleh Rahwana yang mengubah sosok dirinya menjadi Durna.



Peristiwa penculikan Sinta oleh Rahwana diketahui oleh burung Jatayu yang kemudian mengikuti mereka sampai di Kerajaan Alengka, kerajaan milik Rahwana. Namun malang, burung Jatayu mati terkena panah Rahwana, sebelum dia meninggal, dia sempat memberi tahu penculikan Sinta oleh Rahwana kepada Rama.



Akhir cerita, Sinta berhasil direbut dari tangan Rahwana oleh Hanoman, sosok kera putih yang lincah dan perkasa. Dalam pertunjukan Sendratari Ramayana ini penonton akan dibuat tertawa melihat tingkah laku Hanoman dan kawan-kawannya. Dalam adegan perebutan kembali Sinta dari tangan Rahwana, penonton akan disuguhkan sebuah atraksi yang luar biasa. Atraksi tersebut adalah ketika adegan Hanoman yang akan dibakar hidup-hidup oleh pasukan Rahwana, namun Hanoman berhasil lolos dan kemudian membakar Kerajaan Alengkadiraja milik Rahwana.



Adegan hanoman membakar Kerajaan Alengkadiraja ini merupakan salah satu adegan yang paling saya sukai dan paling saya nanti-nantikan. Adegan ini cukup menegangkan karena adegan pembakaran Kerajaan Alengka ini benar-benar dilakukan dengan api yang berkobar cukup besar.


Pada babak kedua, Hanoman mengembalikan Sinta kepada Rama yang telah berhasil direbutnya dari tangan Rahwana. Namun, Rama meragukan kesucian Sinta, kemudian untuk membuktikan kesucian dirinya, Sinta kemudian membakar dirinya sendiri. Terbukti tidak ada salah atu anggota tubuh Sinta yang terbakar, melainkan kecantikan yang dimiliki Sinta pun bertambah. Rama pun akhirnya menerima Sinta sebagai istri dan mereka pun bersatu.


Sendratari Ramayana merupakan salah satu mahakarya yang wajib Anda tonton. Kemasan pertunjukan yang sangat spektakuler, memadukan antara drama, tari, musik, serta tata panggung yang berada di open area, dan juga tata lampu dan tata suara yang menggambarkan suasana yang disajikan dalam sendratari tersebut.

Bagi Anda yang tertarik dengan pertunjukan Sendratari Ramayana yang diadakan di open theater di Prambanan biasanya diselenggarakan pada bulan Mei sampai dengan Oktober. Anda bisa melihat jadwal pertunjukan di sini.

Bagi Anda yang datang ke Yogyakarta di luar bulan-bulan tersebut, Anda dapat melihat pertunjukan Sendratari Ramayana di Purawisata yang terletak di Jalan Brigjen Katamso, sebelah timur Keraton Yogyakarta. Untuk pertunjukan sendaratri di sini, biasanya sudah dijadikan satu paket dengan makan malam.

Disclaimer

all photos and articles in this blog copyright by Andika Hermawan
if you want to use any photos and articles in this blog please contact me for further information
feel free to ask me :)

another social media account :
twitter @andikaawan
instagram @andikaawan
email : dikahermawandika@yahoo.com