Kedai kopi yang satu ini memang tergolong
mungil sesuai dengan namanya, Kopi Ketjil. Menempati sebuah bangunan kios
berukuran 3x10 meter persegi di kawasan Demangan, kedai kopi mini ini
menawarkan suasana yang syahdu untuk menikmati me time, sekedar bercengkrama
bersama kawan atau barista serta sejenak melupakan notikasi yang masuk di
gadget kita.
Kopi Ketjil
termasuk salah satu kedai kopi yang tergolong cukup lama buka di Jogja. Kedai
kopi mungil yang berdiri sejak tahun 2014 ini menyajikan kopi lokal dari
Indonesia. Ada banyak pilihan biji kopi yang bisa kita pesan, seperti biji kopi
dari Toraja, Aceh, Mandailing, Bali, Jawa hingga Papua. Kalian bisa memesan
menu black coffee, black coffee with sweet milk, black coffee
with fresh milk, serta tak lupa chocolate
and tea.
Memasuki ruangan
Kopi Ketjil ini kita akan disambut oleh coffee
bar tempat barista bekerja dan beberapa kursi tamu yang mengitari coffee bar tersebut. Di sebelah coffee bar terdapat sebuah meja komunal
yang biasa digunakan pengunjung untuk berbagi tempat duduk dengan pengunjung
lainnya. Sedangkan di ujung ruangan terdapat mesin roasting kopi yang biasa dioperasikan pada malam hari seusai kedai
kopi ini tutup.
Ruangan di dalam
coffee shop ini memang luasnya tak
seberapa. Diisi sepuluh orang pengunjung saja rasanya sudah cukup berdempet-dempetan
di dalamnya. Penataan kedai kopi ini terkesan messy namun terasa nyeni.
Pencahayaan ruangan dibuta sedikit temaram dengan playlist musik yang nyaman diputar sehingga membuat siapa saja
cukup betah berlama-lama menikmati kopi dan larut dalam suasana.
Satu hal yang
menjadi “nilai jual” dari kedai kopi yang satu ini adalah keakraban yang
tercipta antara sang barista dan pembeli yang mampir ke tempat ini. Seolah
tidak ada batasan antara barista dan para pengunjung dalam berinteraksi seperti
di kedai kopi lainnya.
Saya memilih
duduk di area coffee bar. Selain bisa
berbincang langsung dengan barista, saya pun dapat melihat dan mengamati
langsung bagaimana mereka bekerja meracik kopi pesanan pembeli.
Pagi ini saya
memesan black coffee single origin dari Mandailing sesuai
dengan rekomendasi Mas Putra, barista yang sedang bekerja pagi ini di Kopi
Ketjil. Menurut beliau, biji kopi dari Mandailing ini memiliki karakteristik yang
soft dibandingkan dengan stok biji
kopi lainnya yang tersedia di sana. Saya memilih teknik penyeduhan V60 sehingga
menghasilkan cita rasa kopi yang clean
dan cukup ringan di indra perasa.
Ada hal yang
menarik perhatian saya saat melihat para barista ini sedang bekerja menyiapkan
pesanan pelanggan. Tak ada mesin pembuat espresso
otomatis seperti kedai kopi kebanyakan yang ada di Kota Jogja. Pembuatan espresso yang menjadi base dalam meracik minuman kopi masih
menggunakan alat manual yang disebut rok
presso.
Jadilah pagi itu
pandangan saya khusuk mengamati cara kerja alat ini sambil sesekali berbincang
dengan barista yang menyiapkan pesanan kopi. Sungguh sebuah pengalaman yang tak
terlupakan di kedai kopi mungil ini.
Kekurangan kedai
kopi ini adalah tidak menyediakan makanan pendamping untuk menikmati kopi.
Sesekali hanya ada cookies saja,
itupun kalau sedang ada stoknya. Selebihnya, tamu-tamu yang datang memang lebih
banyak mengkhususkan diri untuk menikmati kopi sambil berbincang dengan teman,
pembeli lain maupun barista yang sedang bertugas
Kekurangan lainnya adalah
parkir kendaraan yang tergolong sempit. Solusinya sih kalian bisa menggunakan
jasa kendaraan online kalau tidak mau
pusing cari parkir.
Untuk harga yang ditawarkan, kedai ini cukup terjangkau sih menurut saya. Menu black coffee dibandrol mulai harga Rp 10.000,- per-gelas, sedangkan varian black coffee with milk dibandrol mulai harga Rp 15.000,- sampai Rp 29.000,- saja.
Overall,
kalau kalian sedang mampir ke Jogja dan butuh tempat ngopi dengan suasana yang
berbeda, atau mau ajak gebetan kamu untuk ngobrol-ngobrol santai sambil
menikmati secangkir kopi yang oke, kalian bisa mencoba kedai Kopi Ketjil yang
berlokasi di sebelah Sekolah De Brito ini.
Keterangan :
Kopi Ketjil
Jalan Demangan
Baru No 5, Sleman, Yogyakarta
Buka dari pukul
9 pagi sampai 10 malam.
*Artikel ini dimuat di website Generasi Pesona Indonesia Regional Jogja (www.genpijogja.com) pada Januari 2019
No comments:
Post a Comment