Selain menawarkan keindahan alamnya yang menawan, Dieng juga memiliki adat-istiadat serta budaya yang unik dan tak kalah menarik. Adalah rambut anak rambut gimbal, anak istimewa, titipan dari dewa.
Dataran Tinggi Dieng tersohor dengan keindahan alamnya yang mempesona. Deretan perbukitan yang gagah, telaga warna yang anggun, candi-candi peninggalan kejayaan peradaban Hindu yang masih terjaga keberadaannya, hingga kawah vulkanik yang terlihat cantik namun menyimpan bahaya. Selain keindahan alam, Dataran Tinggi Dieng juga menyimpan sebuah keunikan yang mungkin tidak akan dapat kita temukan di daerah lain. Adalah anak berambut gimbal, yang dipercaya sebagai titisan Kyai Kolodite, leluhur masyarakat Di Hyang, yang bersemayam di dalam raga anak-anak yang dianggap pilihan.
Anak rambut gimbal seolah memiliki kharisma tersendiri. Rambut gimbal mereka tumbuh secara alami, bukan karena hasil karya tangan-tangan kapster yang bekerja di salon. Anak berambut gimbal dipercaya memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan anak-anak lain sebayanya karena mereka dianggap sebagai anak pilihan, sehingga memang ada perlakuan khusus semacam diistimewakan. Pada saat kecil, anak berambut gimbal ini tumbuh selayaknya anak-anak pada umumnya. Namun ketika memasuki usia sekitar dua atau tiga tahun, mereka tiba-tiba mengalami demam yang tinggi, dan pada keesokan harinya tumbuh rambut gimbal secara tiba-tiba di rambut mereka.
Dalam acara #FamTripJateng kemarin, kami diajak mengenal lebih dekat sosok anak rambut gimbal penghuni kawasan Dataran Tinggi Dieng ini. Bertempat di Pendopo Soeharto Whitlam, para travel blogger diajak untuk berdiskusi langsung dengan narasumber seperti Mbah Naryono (sesepuh adat Dieng), mas Alif Fauzi (ketua Pokdarwis di Dieng) dan serta dua anak rambut gimbal, yaitu Nafis dan Sri Nuria yang didampingi oleh orang tua masing-masing.
Pada acara diskusi tersebut, Mbah Naryono bercerita mengenai prosesi ritual pemotongan rambut gimbal. Pemotongan rambut gimbal tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Rambut gimbal dianggap sebagai suatu hal yang cukup sakral, sehingga untuk memotongnya perlu dilakukan serangkaian acara ritual khusus atau ruwatan. Acara pemotongan anak berambut gimbal juga baru bisa dilaksanakan ketika si anak sudah memiliki satu buah permintaan khusus kepada orang tua mereka. Orang tua mereka pun harus menyanggupi permintaan yang terucap dari mulut anak gimbal tersebut. Jika pemotongan rambut gimbal dilakukan tanpa adanya kegiatan ruwatan, maka dipercaya rambut gimbal tersebut akan tetap tumbuh kembali di kepala si anak.
Permintaan anak gimbal yang akan diruwat pun bermacam-macam. Ada permintaan yang mudah dikabulkan seperti meminta mainan, makanan, dan sebagainya. Namun, ada pula beberapa permintaan anak gimbal yang cukup berat untuk dikabulkan, seperti meminta ternak, sepeda motor, bahkan ada pula permintaan yang terkadang susah dinalar dengan akal biasa. Seperti Nafis, gadis kecil yang rencananya akan diruwat dalam perhelatan Dieng Culture Festival tahun 2015 ini memiliki permintaan yang cukup sedehana khas bocah sebayanya, yaitu meminta es lilin buatan dari tetangganya sendiri. Atau Sri Nuria, gadis kecil yang baru saja diruwat dalam acara Dieng Culture Festival tahun 2014 kemarin meminta hewan ternak berupa seekor kambing.
Lalu, bagaimana cara untuk mengetahui permintaan si anak sebelum dilakukan ruwatan rambut gimbal? Ketika si anak berumur sekitar 6 tahun, orang tua mereka, terutama sang ibu akan menanyakan permintaan si anak. Permintaan tersebut ditanyakan ketika mereka baru bangun tidur pada pagi hari. Biasanya si anak gimbal tersebut akan mengucapkan permintaan yang sama ketika ditanya setiap paginya. Maka dari itu, orang tua mereka akan menyiapkan permintaan anak gimbal tersebut saat akan dilakukan ruwatan.
Acara ruwatan anak gimbal sendiri dahulu kala dilakukan secara perorangan, namun sekitar tahun 2010, acara ruwatan anak gimbal dilakukan secara bersama yang dikemas dalam acara Dieng Culture Festival. Acara Dieng Culture Festival memang diselenggarakan untuk melestarikan budaya sekaligus menambah atraksi wisata di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Oh iya, sekedar bocoran nih, acara Dieng Culture Festival tahun 2015 ini rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 1-2 Agustus 2015 lho ! Bagi yang berminat untuk melihat acara Dieng Culture Festival ini silahkan catat tanggalnya ya ! Informasi Dieng Culture Festival dapat diintip di akun twitter mereka @FestivalDieng ya :)
Anak rambut gimbal seolah memiliki kharisma tersendiri. Rambut gimbal mereka tumbuh secara alami, bukan karena hasil karya tangan-tangan kapster yang bekerja di salon. Anak berambut gimbal dipercaya memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan anak-anak lain sebayanya karena mereka dianggap sebagai anak pilihan, sehingga memang ada perlakuan khusus semacam diistimewakan. Pada saat kecil, anak berambut gimbal ini tumbuh selayaknya anak-anak pada umumnya. Namun ketika memasuki usia sekitar dua atau tiga tahun, mereka tiba-tiba mengalami demam yang tinggi, dan pada keesokan harinya tumbuh rambut gimbal secara tiba-tiba di rambut mereka.
Dalam acara #FamTripJateng kemarin, kami diajak mengenal lebih dekat sosok anak rambut gimbal penghuni kawasan Dataran Tinggi Dieng ini. Bertempat di Pendopo Soeharto Whitlam, para travel blogger diajak untuk berdiskusi langsung dengan narasumber seperti Mbah Naryono (sesepuh adat Dieng), mas Alif Fauzi (ketua Pokdarwis di Dieng) dan serta dua anak rambut gimbal, yaitu Nafis dan Sri Nuria yang didampingi oleh orang tua masing-masing.
Pada acara diskusi tersebut, Mbah Naryono bercerita mengenai prosesi ritual pemotongan rambut gimbal. Pemotongan rambut gimbal tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Rambut gimbal dianggap sebagai suatu hal yang cukup sakral, sehingga untuk memotongnya perlu dilakukan serangkaian acara ritual khusus atau ruwatan. Acara pemotongan anak berambut gimbal juga baru bisa dilaksanakan ketika si anak sudah memiliki satu buah permintaan khusus kepada orang tua mereka. Orang tua mereka pun harus menyanggupi permintaan yang terucap dari mulut anak gimbal tersebut. Jika pemotongan rambut gimbal dilakukan tanpa adanya kegiatan ruwatan, maka dipercaya rambut gimbal tersebut akan tetap tumbuh kembali di kepala si anak.
Permintaan anak gimbal yang akan diruwat pun bermacam-macam. Ada permintaan yang mudah dikabulkan seperti meminta mainan, makanan, dan sebagainya. Namun, ada pula beberapa permintaan anak gimbal yang cukup berat untuk dikabulkan, seperti meminta ternak, sepeda motor, bahkan ada pula permintaan yang terkadang susah dinalar dengan akal biasa. Seperti Nafis, gadis kecil yang rencananya akan diruwat dalam perhelatan Dieng Culture Festival tahun 2015 ini memiliki permintaan yang cukup sedehana khas bocah sebayanya, yaitu meminta es lilin buatan dari tetangganya sendiri. Atau Sri Nuria, gadis kecil yang baru saja diruwat dalam acara Dieng Culture Festival tahun 2014 kemarin meminta hewan ternak berupa seekor kambing.
Lalu, bagaimana cara untuk mengetahui permintaan si anak sebelum dilakukan ruwatan rambut gimbal? Ketika si anak berumur sekitar 6 tahun, orang tua mereka, terutama sang ibu akan menanyakan permintaan si anak. Permintaan tersebut ditanyakan ketika mereka baru bangun tidur pada pagi hari. Biasanya si anak gimbal tersebut akan mengucapkan permintaan yang sama ketika ditanya setiap paginya. Maka dari itu, orang tua mereka akan menyiapkan permintaan anak gimbal tersebut saat akan dilakukan ruwatan.
Acara ruwatan anak gimbal sendiri dahulu kala dilakukan secara perorangan, namun sekitar tahun 2010, acara ruwatan anak gimbal dilakukan secara bersama yang dikemas dalam acara Dieng Culture Festival. Acara Dieng Culture Festival memang diselenggarakan untuk melestarikan budaya sekaligus menambah atraksi wisata di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Oh iya, sekedar bocoran nih, acara Dieng Culture Festival tahun 2015 ini rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 1-2 Agustus 2015 lho ! Bagi yang berminat untuk melihat acara Dieng Culture Festival ini silahkan catat tanggalnya ya ! Informasi Dieng Culture Festival dapat diintip di akun twitter mereka @FestivalDieng ya :)
Unik sekali postingannya. Jadi tertarik buat ke Dieng :)
ReplyDeletemari berkunjung ke Dieng :)
DeleteAnak gimbal ini memang salah satu keunikan dari daerah dieng sih :)
ReplyDeleteiya, salah satu yang bikin istimewa Dieng karena keberadaan anak gimbal tersebut :)
DeleteRuwatan buat anak gimbal ini unik sekali, ada yang lekat soal tradisi dan fenomena luar biasa bagi saya yang awam di tengah-tengah mereka :)
ReplyDeleteagendain aja lihat acara Dieng Culture Festival sekitar Juli apa Agustus nanti untuk melihat langsung prosesi ruwatannya :)
DeleteApakah anak gimbal ini masih tetep gimbal hingga sekarang?? wahh itu bisa gimbal kenapa ya???
ReplyDeletevisite me >> http://jellygamatgoldgarut.com/obat-tradisional-penyakit-cacingan-pada-anak.html
pernah satu kali ke Pegunungan Dieng dan masih ingat banyak candi kecil-kecil, diantaranya candi Arjuna dan yang paling berkesan adalah munculnya beberapa titik air mendidih yang keluar dari tanah (kalau menurut saya adalah awal munculnya kawah)tidak tahu sekarang besarnya seberapa, kalau tidak salah saya ke pegunungan Dieng sekitar tahun 1994 atau tahun 1995
ReplyDeletewah sudah lama banget ya mas ke sananya :D
Delete