Tuesday, July 31, 2012

Perjalanan dari Jogja Menuju Dieng Plateau !


Upss.. akhirnya dapat juga koneksi internet, numpang di warnet deket basecamp sih. Pertengahan tahun ini saya mendapatkan "tugas suci" dari kampus untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat atau istilahnya KKN (Kuliah Kerja Nyata). Saya mendapatkan lokasi di Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. Kebetulan memang di basecamp saya miskin sinyal internet, boro-boro internet, sinyal hape saja kadang kembang kempis :( 

Hehehehe udah dulu ah curconya :P

Sebenarnya saya ingin memposting tempat-tempat menarik di Dieng, namun karena keterbatasan waktu dan koneksi internet kali ini saya aka membahas how to going to Dieng dulu. Oke perjalanan menuju Dieng cukup mudah ditempuh kok baik menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Kali ini saya akan memberikan informasi ke Dieng menggunakan kendaraan umum.

Rute Yogyakarta - Dieng

  1. dari arah Jogja ambil saja bus jurusan ke Magelang, tersedia bus ukuran besar dengan tarif Rp 8.000,00 per-orang. Jika Anda dari Jogja disarankan naik bus dari Terminal Jombor untuk menghemat waktu perjalanan. Waktu tempuh dari Jogja ke Magelang memakan waktu sekitar satu jam perjalanan.
  2. dari Terminal Magelang oper bus kecil 3/4 tujuan Magelang-Temanggung-Wonosobo. Biasanya bus ini sudah mangkal di depan terminal. Tarif bus Magelang-Wonosobo adalah Rp 14.000,00,  memakan waktu tempuh sekitar 2 jam perjalanan.
  3. sesampainya di Terminal Wonosobo lanjut lagi menggunakan mini bus, dengan tarif Rp 2.000,00, bilang saja cari bus arah ke Dieng.
  4. setelah naik minibus, Anda akan diturunkan di sebuah perempatan, lalu lanjut naik minibus lagi arah ke Dieng dengan tarif Rp 8.000,00 memakan waktu tempuh satu jam perjalanan.
Nah sepanjang perjalanan Temanggung-Dieng, Anda kan disuguhi pemandangan cantik Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, dan juga hamparan perkebunan teh :)

Monday, July 2, 2012

Menghabiskan Senja di Kopitiam Oey Jogja


Kebanyakan galau akademik memang membuat saya lebih banyak butuh tempat pelarian untuk sejenak menenangkan diri lari dari rutinitas. Salah satu tempat yang menjadi "pelarian" saya untuk menghabiskan waktu adalah Kopitiam Oey Jogja (baca : Kopitiam Wi), yang merupakan salah satu jaringan rumah makan milik Pak Bondan Winarno yang terkenal dengan acara kulinernya itu. Inilah yang mebedakan kopitiam yang satu ini dengan kopitiam-kopitiam yang lain. Hmmm...agak bingung juga mau menyebutnya rumah makan atau cafe ya, karena konsepnya cukup unik. Mau dibilang rumah makan tapi tempatnya tidak terlalu luas dan menu makanannya tidak terlalu variatif, tapi jika dibilang cafe tempatnya terlalu luas untuk ukuran cafe dan menu makanannya cukup berat. Satu lagi, nama tempat ini mengandung kata-kata "kopi", dan tagline dari tempat ini adalah "Koffie Manteb, Harganja Djoedjoer" jadi yang saya pikir adalah tempat ini spesialisasi menjual menu kopi berpadu dengan nuansa galau, eh masa lampau.


Entahlah, yang pasti tempat yang satu ini sangat homy dengan nuansa bangunan tempoe doeloe, perpaduan antara arsitektur Belanda dipadukan dengan ornamen-ornamen hiasan khas Tionghoa. Tempat ini memang telah dijadikan sebagai salah satu bangunan cagar budaya oleh pemerintah Kota Jogja. Bangunan Kopitiam Oey Jogja ini dibangun sekitar tahun 1923, jadul banget kan? Tak hanya tempatnya yang memiliki nuansa tempoe doeloe, daftar menunya pun juga menggunakan ejaan lama yang belum disempurnakan yang semakin menambah nuansa jadul dari tempat yang satu ini.



Kebetulan sore itu saya sedang galau akut dan butuh semacam pelarian, jadilah saya mendamparkan diri ke Kopitiam Oey Jogja sambil menikmati beberapa sajian di tempat tersebut. Kopitiam Oey Jogja terletak di Jalan R.W. Monginsidi nomor 19 Jogja, lokasinya cukup strategis kok, antara Jalan Magelang dan Jalan A.M Sangaji tepatnya sih di sebelah barat perempatan Jetis. Berhubung masih sore dan saya tidak ingin makan makanan yang berat, saya putuskan untuk memesan Fish n' Chips sebagai kudapan ditemani dengan segelas Milo Dinosaurus plus ditemani netbook jadilah saya sukses menggalau sore itu.

Oke mari mulai kita review menu yang saya pesan sore itu :)


Fish n' Chips
Melihat daftar menu yang disajikan, saya pun memutuskan untuk memesan fish n' chips sebagai teman kudapan bersantai sore. Di dalam penyajiannya, menu ini terdiri dari enam buah bulatan ikan yang digoreng dengan balutan tepung, kentang goreng, dan saus mayonaise. Untuk ikan goreng tepungnya sendiri memang kurang terasa krispi, lebih menojolkan tekstur dan rasa dari si ikan. Saya kurang tahu sih ikan apa yang dipakai sebagai bahan, tapi taste and smell dari si ikan sangat terasa. Menurut saya masih kurang nendang bumbu-bumbu yang dipakai untuk memasak si ikan, saus mayonaisenya juga sangat kental dan agak sedikit rasa getar. Satu porsi menu fish n' chips ini dibandrol dengan harga Rp 22.000,00. Ya menu ini memang bukan andalah dari resto ini, namun lumayan lah sebagai kudapan. Nilai yang saya berikan (7/10) untuk menu fish n' chips ini.

Beberapa menu makanan yang menjadi andalah tempat ini adalah Mie Kepiting Pontianak, nasi goreng kambing, bakmie jawa, ada juga kuliner khas Jogja seperti Brongkos Bringharjo dan Gudeg Manggar. Nah menu Gudeg Manggar ini spesial karena hanya disajikan saat akhir pekan saja. Sayang pas saya bertandang kebetulan bukan akhir pekan.


Milo Dinosaurus
Nah, menu yang satu ini adalah salah satu menu andalan dari resto yang satu ini. Tak salah memang jika banyak pengunjung yang memesan menu yang satu ini. Bahan dasarnya memang dari susu Milo, diberi sentuhan wipe cream di atasnya, dan diberi topping saus strowbery sebagai pemanis tampilan, serta bubuk susu Milo di sela-sela wipe creamnya. Pantas saja menu ini diberi embel-embel nama dinosaurus, karena dalam penyajiannya disajikan di dalam sebuah gelas dengan ukuran yang cukup besar. Rasa manisnya pas, dan yang pasti akan membuat Anda cukup kenyang. Segelas milo dinosaurus ini dibandrol dengan harga Rp 18.000,00. Nilai yang saya berikan untuk milo dinosaurus ini adalah (9/10)


Oh iya di dalam penyajian menu-menu yang kita pesan, kita akan mendapatkan free cemilan berupa stik cumi-cumi, lumayan sebagai teman mengunyah, hehehe. Satu lagi, harga-harga yang tercantum di menu belum termasuk pajak 10% dari menu yang kita pesan lho. Tempat ini lumayan nyaman sebagai tempat kumpul keluarga, tempat meeting ataupun sekedar nongkrong bersama teman. Jam bukanya juga lumayan lama, mulai dari jam 07.00 sampai dengan pukul 24.00 malam. Penasaran dengan suasana dan juga hidangan yang disajikan? Monggo pinarak wonten Kopitiam Oey Jogja.

Sunday, July 1, 2012

Aku, Safari Dharma Raya, dan Tragedi Lima Jam di Terminal Arjosari, Malang


Di dalam sebuah perjalanan pasti ada sebuah kisah yang lucu, menggelitik, atau bahkan mungkin terkesan tolol. Namanya juga saya, orangnya sedikit labil dan selalu saja penasaran dengan hal-hal yang baru. Seharusnya jika on the track mengikuti itinerary yang saya buat, sesampainya di terminal Probolinggo seharusnya langsung mencari bus tujuan Surabaya, namun siang itu sepertinya otak saya sedikit mengalami "gangguan". Entah setan apa yang menghampiri saya, tiba-tiba saja saya kepikiran untuk pulang melalui Kota Malang. Oke, akhirnya siang itu pun saya putuskan menaiki bus patas tujuan Malang dengan tarif Rp 23.000,00, sama seperti tarif bus patas tujuan Surabaya. Perjalanan dari Probolinggo menuju Malang memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Sepanjang perjalanan saya pun tertidur cukup lelap, walaupun beberapa kali sempat terbangun karena goncangan yang kurang mengenakkan. Beruntung siang itu penumpang tujuan ke Malang lumayan lengang.

Sekitar pukul 14.30 pun Bus Akas yang saya tumpangi sudah memasuki daerah Lawang. Saya pun berchit-chat ria dengan beberapa teman di Malang, sedikit meminta petunjuk dan pencerahan mengenai kota tersebut. Sebenarnya ingin sekali menghabiskan akhir pekan di kota ini, tapi apa daya tugas-tugas di Jogja pun sudah menanti untuk saya jamah satu per satu. Sekitar pukul 15.00 bus yang saya tumpangi pun memasuki terminal Arjosari, yang ada di pikiran kala itu mengenai terminal adalah preman dan calo tiket, jadi ya sebisa mungkin saya menampilkan tampang sok tenang, walau tetap saja ada sedikit rasa was-was. Lumayan bingung juga dengan kondisi Terminal Arjosari, tidak tahu sistem pembelian tiket dan sebagainya, serta parahnya saya tidak menemui satu pun bus tujuan Jogja sore. Pemandangan di sepanjang terminal keberangkatan bus jarak jauh hanya penumpang dengan barang-barang yang berjubel serta entah mereka calo tiket atau orang-orang dari agen tiket, agak terkesan agresif sih memang ketika menawarkan pembelian. Saya pun berjalan memasuki sebuah warung, alibinya membeli air minum sambil bertanya jadwal keberangatan bus.

Si mbak penjaga warung menjawab pertanyaan saya dengan logat Malang yang khas. Jujur sih agak sedikit bingung karena bahasa Jawa yang digunakan sedikit berbeda logatnya dengan bahasa Jawa yang saya dengar sehari-hari di Jogja. Ternyata oh ternyata bus tujuan Jogja baru berangkat sekitar pukul 19.00 malam. Saya pun masih memasang tampang kalem menunggu di bagian deretan kursi penumpang, dan ngobrol-ngobrol kecil dengan beberapa calon penumpang. Dari mereka lah saya baru tahu jika ingin naik bus jarak jauh harus pesan tiket terlebih dahulu, agak berbeda memang seperti di terminal Jogja yang asal naik bus saja nanti bayar karcis di dalam.

Saya pun mendekati orang-orang yang entah calo tiket atau agen itu dan bertanya kepada mereka mengenai jadwal dan tarif tiket tujuan Jogja. Hmmm, ternyata mereka orangnya ramah dan baik hati menjelaskan tarif dan bus mana saja dengan tujuan ke Jogja serta mengantarkan saya menuju loket pembelian tiket bus antar kota, oke don't judge book from the cover ._.

Saya pun memilih bus Safari Dharma Raya atau OBL untuk menemani perjalanan saya pulang ke Jogja. Tarif yang dikenakan memang menohok sih, Rp 110.000,00 untuk tiket Malang-Jogja, tapi memang fasilitas yang diberikan sepadan, tempat duduk yang nyaman dan cukup luas serta adanya fasilitas bantal dan selimut. Ada alternatif lain untuk bus tujuan Malang-Jogja, bisa menggunakan PO Handoyo atau PO Zena dengan tarif sekitar Rp 72.000,00, tapi saya telat mendapatkan info itu, terlanjur membeli tiket OBL -__-

Satu hal yang bikin agak nyesek sebenarnya, jadwal keberangkatan OBL adalah pukul 20.00 WIB, jadilah saya sukses harus menunggu sekitar 5 jam di dalam terminal. Oh iya, hati-hati juga membeli makanan di warung deretan terminal Arjosari ini, terkadang kalkulator si pedagang sedikit eror kali ya, mie gelas + teh botol dihargai Rp 10.000,00 berhasil mendarat dengan kurang mengenakkan di dalam tenggorokan saya, hehehe maklum sampai di Malang perut saya sudah meminta jatah, karena selama dua hari di Bromo saya hanya makan berat satu kali saja, itu pun hanya mie goreng ditambah nasi *menu anak kost banget*, selebihnya saya hanya memakan bekal roti crackers dan roti basah yang saya bawa, lumayan lah untuk menghemat biaya makan selama travelling

Perjalanan dari Malang menuju Jogja memakan waktu sekitar 9 jam perjalanan. Dan lagi-lagi rumah makan tempat singgah bus adalah di Rumah Makan Duta, Ngawi, tapi menu kali ini prasmanan walau rasanya tidak karuan. Dari Malang saya berangkat pukul 20.00 malam dan tiba di Jogja sekitar pukul 05.00 pagi, ya sebuah keapesan yang menambah pengalaman lucu saya selama perjalanan menjelajahi Bromo :)

Petualangan di Bromo pun Berakhir di Pasir Berbisik


Tidak dipungkiri lagi spot Pasir Berbisik di kawasan Bromo memang memiliki daya tarik tersendiri bagi siapa pun yang pernah singgah di sana. Keindahan pasir berbisik Bromo akan lebih terasa daya pikatnya jika kita berkunjung pada siang hari, ketika matahari sudah cukup terik dan angin-angin mulai menerbangkan partikel-partikel pasir. Romantis, sekaligus magis, ada daya tarik tersendiri sehingga bagi siapa pun akan berdecak kagum menikmati suasana di Pasir Berbisik Bromo.


Pada hari sebelumnya saya memang sudah mengunjungi spot Pasir Berbisik ini, tapi kali ini kunjungan saya ke spot yang sama seperti mengucapkan "kata pamitan" kepada Bromo karena hari ini adalah hari terakhir saya berada di sini. Badai pasir memang menjadi pemandangan yang lumrah di area ini, namun justru itulah yang menjadi daya tarik lokasi Pasir Berbisik. Hmmm, berat memang rasanya meninggalkan Bromo, rasanya ingin memperpanjang lama tinggal agar saya bisa mengeksplorasi keindahan di kawasan ini.


Motor pun kembali dinyalakan dan langsung menuju ke penginapan. Siang itu spot Pasir Berbisik maupun pendakian Bromo sudah tampak lengang, banyak wisatawan yang telah meninggalkan Bromo untuk kembali melanjutkan perjalanan mereka. Sesampainya di penginapan saya pun segera bergegas untuk mengemasi barang dan membersihkan diri. Untung saja di depan penginapan sudah tersedia sebuah bison, jadi saya bisa langsung melanjutkan perjalanan ke Probolinggo. Untuk perjalanan menggunakan bison dari sini tarif yang dipatok memang fix Rp 25.000,00 per-orang, jadi tak usah khawatir untuk tawar-menawar harga seperti pemberangkatan dari Probolinggo. Saya pun segera berpamitan kepada mas-mas tukang ojek yang mengantarkan saya tadi yang masih satu keluarga dengan si pemilik penginapan. 


Siang itu sepertinya Bromo memang berat meninggalkan saya kali ya, sepanjang perjalanan pulang kondisi cuaca tiba-tiba saja mendung dan turun kabut, berbeda dengan sewaktu saya tiba yang cuacanya cerah, hehehe. Ya, Bromo memang memberikan kenangan dan pengalaman yang manis bagi saya :)

Disclaimer

all photos and articles in this blog copyright by Andika Hermawan
if you want to use any photos and articles in this blog please contact me for further information
feel free to ask me :)

another social media account :
twitter @andikaawan
instagram @andikaawan
email : dikahermawandika@yahoo.com