Thursday, May 31, 2012

Tempuran, Pertemuan Dua Arus Sungai di Desa Sriharjo, Imogiri, Yogyakarta


Berawal dari kegiatan kuliah lapangan di Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta dan ketidaksengajaan atas informasi penduduk sekitar lah saya dapat menemukan tempat yang menurut saya cukup unik ini. Penduduk sekitar menyebutnya sebagai daerah tempuran, yaitu pertemuan di antara dua buah arus sungai, antara Sungai Oyo yang berhulu di Gunung Kidul dan juga Sungai Opak. 


Pemandangan di Desa Sriharjo ini tak kalah cantik. Diapit oleh deretan pegunungan karst di sisi selatan dan hamparan persawahan yang cukup subur. Pemandangan yang cukup meneduhkan mata di tengah aktivitas di perkotaan yang padat dengan lalu lalang kendaraan. Penduduknya pun tak kalah ramah menyambut kedatangan kami yang akan melakukan penelitian.



Daerah tempuran ini memang sedikit agak tersembunyi di antara ladang dan sawah milik penduduk. Jalur menuju ke daerah ini masih jalan setapak, tentu saja setelah keluar dari jalan desa yang sudah dibangun. Setelah melewati jalur setapak, kita masih harus berjalan kaki melewati tegalan milik penduduk sebelum akhirnya menemukan pertemuan dua buah arus sungai yang memiliki pemandangan yang cantik ini.




Suasananya memang cukup sepi karena agak tersembunyi. Jeram-jeram yang ada di sungai ini mengingatkan saya ketika saya melakukan river tubing di Gunung Kidul, rasanya ingin langsung masuk saja ke sungai untuk menikmati alirannya, hehehe. Pemandangan di pinggir sungai cukup cantik dengan batu-batu padasnya, serta hujaunya pepohonan di sekitar sungai cocok juga kok untuk berfoto ria di tempat ini.

Friday, May 25, 2012

Gudeg Bu Djuminten - Manis Legitnya Gudeg Bercampur Areh


Jogja memang identik dengan kuliner khasnya yang fenomenal yaitu gudeg, yang berbahan dasar dari nangka muda yang diberi bumbu berwarna cokelat yang memiliki cita rasa manis. Yap, kuliner Jogja memang rata-rata memiliki rasa yang dominan manis pada setiap masakannya. Di Jogja sendiri memang ada satu wilayah di dekat Kraton yaitu daerah Wijilan yang dijadikan sebagai sentra gudeg. Namun, selain di Wijilan sendiri masih ada beberapa lokasi warung gudeg yang memiliki ciri khas masing-masing. Salah satunya adalah gudeg Bu Djuminten yang cukup legendaris di Jogja. Konon kabarnya warung gudeg ini mulai buka sejak tahun 1926. 


Warung gudeg bu Djuminten ini berlokasi di daerah Kranggan, salah satu wilayah pecinan di Jogja, tepatnya di Jalan Asem Gede no. 4 / Jalan Kranggan no. 69 Jogja. Untuk mencari warung ini tidak sulit kok, walau agak sedikit masuk gang. Ancer-ancernya dari tugu Jogja ambil saja jalan ke utara, masuk saja gang pertama di sebelah kiri jalan arah ke pasar (arah ke barat), lurus sampai menemukan perempatan, lalu belok ke kanan lurus saja sampai menemukan perempatan lagi. Nah, warung gudeg Bu Djuminten ini terletak pas di pojokan perempatan jalan, bangunan warungnya memiliki warna cat yang khas yaitu warna hijau.


Apa saja keistimewaan dari gudeg Bu Djuminten ini?
Nah, menurut saya ada dua hal yang menjadi keistimewaan warung gudeg yang satu ini, selain dari rasa gudegnya sendiri, juga dari tempatnya yang memiliki suasana khas bangunan tempo dulu yang hingga kini masih dipertahankan keberadaannya. Oke, mari kita mulai mereview warung gudeg yang satu ini :)



Saya mulai dari tempatnya ya ! Seperti yang saya tuliskan sebelumnya, tempat ini memiliki corak bangunan kuno khas, memiliki pintu dan jendela kaca yang lebar serta tembus pandang, sehingga sirkulasi udara terus terjaga, memberikan pencahayaan yang cukup, dan juga memberikan kesan luas bagi ruangan. Keunikan lain adalah interior ruang yang terdapat tulisan "sugeng rawuh" pada bagian dinding atas lapak gudeg, seolah-olah memberikan sambutan kepada tamu-tamu yang datang berkunjung, serta tulisan "matur nuwun" pada bagian dinding pintu keluar. Tulisan ini tidak menggunakan huruf latin lho, melainkan menggunakan aksara Jawa alias huruf Jawa yang semakin memberikan nuansa Jawa yang cukup kental.



Lanjut, setelah sekilas membahas mengenai tempat, mari kita bahas mengenai rasa gudeg di warung satu ini. Gudeg yang dijual di warung Bu Djuminten ini termasuk gudeg basah. Untuk icip-icip kali ini saya memesan nasi gudeg+suwiran+telur. Ciri khas dari warung gudeg ini adalah campuran areh pada gudegnya yang manis gurih. Menurut saya rasa gudeg yang dicampur areh ini manis dan gurihnya pas. Keistimewaan lainnya adalah sambal goreng krecek untuk campuran  dalam sajian gudeg. Pedasnya tidak terlalu pedas dan juga masih ada tekstur sambal uleg di dalam penyajiannya. Entah ini disengaja atau tidak, biasanya sambel goreng krecek sudah tidak terlihat tekstur sambal ulegnya, namun di warung ini tekstur sambal ulegnya masih jelas terlihat. Suwiran ayamnya cukup gurih, telurnya juga tidak terlalu manis dalam pemberian bumbunya. Over all in my opinion saya memberi penilaian 8/10 untuk gudeg yang satu ini.  Menurut saya yang menjadi kekurangan menu ini adalah porsi nasinya yang kecil. Oke, tapi tidak masalah kok, karena gudeg ini rasanya memang pas dan tidak membuat eneg. Untuk satu porsi gudeg yang saya pesan ini dibandrol dengan harga Rp 13.000,00 per-porsinya. Tak perlu khawatir kocek Anda terkuras, di warung ini terdapat beberapa pilihan menu gudeg dengan bermacam lauk, harganya mulai dari Rp 6.000,00 untuk seporsi nasi gudeg polos.


Bagaimana dengan pilihan menu minuman? Selain es teh, es jeruk dan sejenisnya, ada beberapa minuman menarik yang disajikan di sini, mungkin sedikit tidak lazim ditemukan di warung-warung gudeg, yaitu adanya menu beras kencur, es tape, dan tape anget. Menurut saya, minuman es tape maupun tape anget ini lebih lazim ditemukan di warung-warung angkringan. Untuk harga minuman dibadrol dari harga Rp 500,00 sampai dengan Rp 3.500,00 saja per-gelas.

Bagi Anda yang ingin membawa gudeg ini sebagai oleh-oleh juga disediakan gudeg dalam kemasan kendil serta kemasan kotak box. Untuk harga gudeg kendil mulai dari Rp 100.000,00 sampai dengan Rp 150.000,00. Untuk kemasan kotak atau box mulai dari Rp 25.000,00 sampai dengan Rp 60.000,00. Untuk perbedaan harga ini tergantung dari jumlah lauk yang dipilih di dalam setiap kemasannya.


Oh iya, gudeg ini konon katanya tidak membuka cabang di manapun di kota Jogja, hanya ada satu cabangnya di Jakarta. Saya masih bingung apakah ada hubungan antara gudeg Bu Djuminten dan gudeg Yu Djum yang terkenal seantero Jogja yang memiliki beberapa cabang itu? Entahlah, sepertinya tidak ada hubungannya karena logo pada gudeg yang berbeda fotonya.

Bagi Anda yang gemar berburu gudeg, monggo mampir ke warung gudeg Bu Djuminten yang ada di sebelah barat pasar Kranggan ini untuk mencicipi gudeg arehnya yang manis legit :)

Wednesday, May 23, 2012

Dunkin' Donut Breakfast Menu


Dunkin' memang lebih familiar di mata masyarakat perkotaan pada umumnya sebagai salah satu gerai yang menyediakan berbagai macam donat. Yap, kali ini saya tidak akan membahas donat-donat yang dijual di gerai ini, melainkan saya akan mereview salah satu menu yang ditawarkan, yaitu breakfast menu alias menu sarapan. Namanya juga menu sarapan, jadi menu ini khusus dijual pada pukul 06.00 sampai dengan pukul 10.00 pagi. Dibutuhkan sedikit perjuangan memang untuk bisa mencicipi menu ini alias harus berusaha ekstra untuk bisa bangun pagi. Yap, kadang sebelum menghadiri kelas pada pukul 9.30 pagi, saya sempatkan untuk icip-icip menu sarapan ini.

Hmmm... memang tidak semua gerai Dunkin' menjual menu sarapan ini. Di Jogja misalnya hanya gerai yang berada di Jalan Kaliurang dan di Malioboro (kompleks Ramai Mall) saja yang menyediakan breakfast menu ini. Oh iya just for your information saja, hang out di cafe pada pagi hari itu tak kalah nikmatnya dengan hang out pada malam hari. In my opinion, hang out in the morning is fresher, we can enjoy the situation because there is no more people there, just a quiet situation, and we can more enjoying the place also. Jadi, intinya hang out di pagi hari itu menurut saya lebih menyenagkan karena kondisi gerai yang masih sepi belum terlalu banyak orang yang berkeliaran di sana.

Oke, breakfast menu apa sih yang ditawarkan di Dunkin'? Yap, untuk menu sarapan di Dunkin' kita akan diberikan sebuah sandwich and hot baverages. Untuk minumannya bisa memilih antara kopi atau teh, tapi untuk sarapan saya lebih memilih kopi untuk mengawali pagi.

Yap, let's review this breakfast menu !




From the sandwich !
Namanya sih juga menu sarapan ala barat, jadi jangan harap akan mendapatkan menu sarapan yang super berat seperti kebiasaan orang Indonesia. Nah, menurut saya sandwich untuk menu sarapan di Dunkin' ini memang salah satu sandwich yang juara. Roti yang digunakan adalah roti Perancis atau biasa disebut dengan croisant, teksturnya lembut tapi kulitnya crunchy, tastenya gurih khas olesan margarin. Untuk isiannya sendiri ada scrambled egg, daun selada, potongan tomat, potongan bawang bombay, keju cheddar lembaran, dan diberi toping saus mayonaise. Yap, kunci dari sebuah sajian sandwich menurut saya adalah dari kesegaran bahan-bahan yang digunakan untuk isian dan juga taste dari saus mayonaisenya. Setiap tempat memiliki ciri khas rasa tersendiri di dalam racikan saus mayonaise. Walau porsinya tidak terlalu besar tapi rasa yang ditawarkan cukup sebanding, perpaduan antara rasa gurih dari roti, keju, telur dipadu dengan kesegaran dari sayur-sayuran serta dipadukan dengan saus mayonaise dengan cita rasa yang khas menjadikan menu ini memang sangat cocok untuk sarapan, apalagi bagi Anda yang tidak terlalu suka sarapan dengan porsi besar namun kaya akan protein. Menurut penilaian saya sih skor yang saya berikan untuk menu sandwich ini adalah (8/10).


Hot Coffee for the Baverage !
Untuk minumannya saya memesan kopi. Untuk kopinya sendiri kita akan diberikan hot black coffee yang disajikan di atas cangkir. Kopinya sendiri tidak memiliki ampas, rasanya cukup pekat namun tidak terlalu berat. Dalam penyajiannya Anda akan diberikan gula pasir di dalam kemasaan sachet sebanyak dua buah, namun jika Anda masih merasa terlalu pahit bisa meminta tambahan gula lagi. Panas kopinya pas, tidak terlalu panas dalam penyajiannya. Namun, bagi saya porsi secangkir kopi ini cukup jumbo untuk ukuran sarapan. Tidak dianjurkan bagi Anda yang memiliki penyakit maag, lebih baik diganti dengan teh saja. Untuk nilainya saya beri (7/10).

Berapa harga untuk breakfast menu ini? Yap untuk mendapatkan secangkir kopi panas dan sandwich ini Anda cukup merogoh kocek sebesar Rp 13.900,00 saja per-porsinya. Lumayan terjangkau harganya sebanding dengan rasa dari menu yang ditawarkan. Just for the tips, lebih baik untuk sarapan ini ajaklah teman Anda atau kerabat. Beside you have a breakfast, you also can have a warm conversation to starting your day :)

Saturday, May 19, 2012

Mangut Lele dan Gudeg Mbah Marto Nggeneng


Jogja memang tidak bisa dipisahkan dengan beragam kulinernya yang khas. Kota ini memang memiliki kuliner legendaris yang patut untuk Anda cicipi satu per satu bagi Anda yang memang gemar berburu kuliner. Acara hunting kuliner kali ini saya putuskan untuk icip-icip ke warung sego Nggeneng Mbah Marto yang terletak di daerah Sewon, Bantul, tepatnya di belakang kampus ISI (Institut Seni Indonesia). Dari beberapa artikel dan acara kuliner di televisi, warung ini lebih terkenal dengan sajian mangut lele dan gudegnya.

Oke mari langsung saja kita mulai review-nya :)

Bagaimana cara menuju warung ini?
Oke dibutuhkan kejelian untuk menemukan warung sego Nggeneng Mbah Marto ini karena letaknya berada di tengah-tengah perkampungan penduduk dan hampir tidak ada papan petunjuk nama warung ini seperti warung-warung atau rumah makan pada umumnya. Oke saya akan sedikit menjelaskan ancer-ancer menuju warung ini. Dari arah Jogja langsung saja ambil jalan menuju Jalan Parangtritis arah ke kampus ISI Jogja. Dari kampus ISI masih lurus saja ke selatan sampai menemukan Kantor Pos cabang Sewon di kiri jalan. Nah di seberang jalan Kantor Pos tersebut (di sebelah kanan) ada gang kecil, masuk saja ke sana terus saja ketemu tikungan belok saja ke kiri sampai pertigaan yang dekat masjid. Dari pertigaan tersebut belok saja ke kiri ikuti jalan sampai Anda menemukan gang pertama di kanan jalan setelah jembatan kecil. Masuk saja gang di sebelah kanan tersebut sampai menemukan sebuah bangunan warung kecil di kanan jalan. Di depan warung tersebut ada gang kecil, masuk saja sampai Anda menemukan sebuah rumah kecil di kanan jalan yang terdapat sumur di depannya. Nah itulah warungnya Mbah Marto. Karena memang lokasinya yang mblusuk dan jalannya yang cukup kecil, jadi pintar-pintarlah untuk memilih waktu kedatangan, kalau Anda tidak ingin ribet untuk mencari tempat parkir kendaraan. Kalau masih bingung dengan lokasinya yang agak sedikit njlimet, silahkan menggunakan GPS manual alias bertanya kepada penduduk sekitar, pasti mereka akan menjelaskan lokasinya karena warung ini memang cukup terkenal.

Bagaimana dengan warungnya sendiri?
Nah, ini salah satu ciri khas dari warungnya Mbah Marto, jika warung-warung lain pada umumnya menggelar dagangannya di bagian depan warung, berbeda halnya dengan warung ini. Warung ini berdiri menyatu dengan rumah permanen sederhana, bagian depannya hanya ada beberapa meja dan kursi yang menanjang. Jangan harap Anda akan menemukan dagangan makanan di bagian depan, yang ada adalah orang yang ramai-ramai makan di depan rumah.


Pengunjung yang akan membeli makanan harus masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke bagian pawon atau dapur yang masih beralaskan tanah. Ini yang menjadi keunikan warung ini, yaitu makanan yang dijual disajikan langsung di pawon ini. Pawon yang masih khas dapur Jawa pada jaman kuno, memberikan nostalgia tersendiri bagi saya. Kompor yang digunakan masih menggunakan tungku yang terbuat dari batu bata, bahan bakar untuk memasak yang masih menggunakan kayu bakar dan sabut kelapa, dan adanya pemandangan ROL (ray of light) yang ditimbulkan dari asap dapur yang mengepul saat digunakan memasak yang terkena pancaran sinar matahari dari bagian atap rumah.


Makanannya pun disajikan di baskom-baskom besar yang diletakkan di atas amben (dipan yang terbuat dari kayu). Pengunjung yang akan makan disitu biasanya dipersilahkan untuk mengambil sendiri menu-menu makanan yang mereka sukai. Bagi yang ingin dibungkus, Mbah Marto dengan sabar dan telaten akan melayani pelanggan disertai dengan sendau gurau beliau. Oh iya karena Mbah Marto ini sudah sepuh (tua), dan pendengaran beliau mulai menurun, jadi bagi Anda yang akan berkomunikasi dengan belau harap menggunakan suara yang agak sedikit keras volumenya, dan satu lagi gunakanlah bahasa Jawa untuk mempermudah komunikasi dengan beliau secara langsung karena beliau tidak bisa berbicara dengan bahasa Indonesia :)

Bagaimana dengan menu-menunya?
Warung sego Nggeneng Mbah Marto ini lebih terkenal dengan mangut lele dan gudegnya yang memiliki ciri khas tersendiri. Untuk icip-icip kali ini saya memang tidak berpikir panjang lagi dan langsung mengambil nasi, mangut lele, gudeg, serta kerupuk. Sebenarnya cukup banyak pilihan menu yang disediakan di warung ini antara lain adalah opor ayam yang terdiri dari ayam, tahu, tempe, dan telur yang diberi bumbu kuning yang segar, ada juga sambel goreng krecek, serta ada pula garang asem.


Masakan mangut lelenya ini memiliki ciri khas yaitu lele ditusuk dengan pelepah daun kelapa dan diasap dengan sabut kelapa yang memberikan aroma sangit pada lelenya. Kuahnya ini yang bikin nagih, yaitu rasa pedas yang memberikan sensasi rasa segar apalagi untuk sajian makan siang yang semakin menggugah selera. Tapi menurut saya bumbunya ini masih kurang merasuk ke dalam lelenya sih, tapi sensasi pedas dan segar dari rasa kuah mangut ini boleh lah untuk dimaafkan.


Gudegnya sendiri juga unik, berbeda dengan gudeg-gudeg lainnya yang hanya berbahan dasar nangka muda, gudeg di warung ini diberi campuran daun pepaya. Jadi ya rasa gudeg ini jadi ada rasa pahit-pahitnya gitu yang semakin menambah kenikmatan dan konon daun pepaya juga menambah nafsu makan. Nah, sembari menikmati mangut lele dan gudeg, jangan lupa untuk mengambil kerupuknya yang menurut saya tak kalah istimewa. Kerupuknya berukuran besar dan rasanya gurih.

Bagaimana dengan harganya?
Untuk menu-menu yang saya ambil, yaitu nasi, gudeg, mangut lele, kerupuk dan es teh dihargai Rp 14.000,00 saja oleh si embah. Menurut saya cukup terjangkau, sebanding dengan rasa, suasana warung yang tradisional khas pawon ndeso dan juga keramahan dari Mbah Marto yang selalu setia melayani pelanggannya dengan setulus hati.


Nah, penasaran dengan kenikmatan mangut lele langsung dari pawon ini? Silahkan saja blusukan ke warung mbah Marto Nggeneng yang terletak di belakang kampus ISI Jogja ini :)

Wednesday, May 16, 2012

Wedang Uwuh - Wedang "Sampah" Khas Imogiri


Jalan-jalan ke wilayah Imogiri tak lengkap rasanya jika tidak mencicipi salah satu minumah khas yang bernama wedang uwuh. Di dalam bahasa Jawa, wedang berarti minuman hangat, dan uwuh berarti sampah. Nah, banyak orang yang menyebut wedang uwuh ini sebagai wedang sampah karena wedang ini terdiri dari bahan-bahan dedaunan sehingga tampilannya sekilas mirip seperti sampah ketika dicampur di dalam gelas.


Tidak sulit untuk menemukan warung yang menjual wedang uwuh ini di sekitar Pemakaman Imogiri. Icip-icip wedang uwuh ini saya dan teman mencoba di salah satu warung yang letaknya tak jauh dari pasar. Jika dilihat dari warnanya, wedang uwuh ini memiliki warna kemerah-merahan dengan aroma herbal yang khas. 


Bahan-bahan campuran wedang uwuh ini antara lain adalah jahe, serutan kayu secang, kayu manis, cengkih, daun pala, batang sereh, dan diberi gula batu. Nah, bahan serutan batang secang inilah yang memberikan efek warna kemerahan pada wedang uwuh ini. Aromanya khas, rasanya perpaduan dari manis, pedas yang berasal dari jahe dan bahan rempah lainnya serta memberikan efek hangat pada badan. Wedang uwuh ini memang cocok dinikmati ketika sore atau malam hari.


Satu gelas wedang uwuh ini dihargai Rp 3.000,00 saja. Bila masih belum cukup minum satu gelas wedang uwuh ini jangan khawatir, karena si penjual juga menyediakan termos yang berisi air panas untuk menyeduh kembali wedang uwuh Anda. Selain diminum di tempat, warung-warung ini juga menyediakan wedang uwuh di dalam kemasan yang dapat Anda seduh sendiri dan cocok untuk dijadikan untuk buah tangan khas dari daerah Imogiri, Bantul.

Saturday, May 12, 2012

Sowan ke Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri


Apa sih yang Anda pikirkan jika mendengar daerah Imogiri? Pasti yang terbersit pertama di dalam pikiran adalah sebuah kompleks makam raja-raja keturunan Mataram, baik raja dari Surakarta maupun Yogyakarta yang terletak di atas bukit atau sebuah area pemakaman yang memiliki ratusan buah anak tangga untuk menuju kompleksnya. Ya, berbekal rasa penasaran untuk merasakan bagaimana atmosfer kompleks pemakaman raja-raja Mataram tersebut saya dan teman segera bertolak menuju daerah selatan Yogyakarta ini. Oke tenang saja saya tidak akan membahas hal-hal yang mistis dipostingan ini, saya hanya ingin memberikan gambaran saja mengenai tempat ini yang menurut saya memiliki keindahan arsitektur tersendiri khas bangunan Jawa kuno. Kompleks pemakaman Imogiri memang lebih dikategorikan sebagai wisata spiritual.


Secara administratif, lokasi ini terletak di Dusun Pajimatan, Desa Girirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Perjalanan dari Jogja menuju daerah Imogiri ini memakan waktu sekitar 30 menit perjalanan dengan menggunakan motor. Ya, untuk memudahkan mobilitas Anda, saya sarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju Imogiri ini. Rute yang ditempuh adalah dari Kota Jogja ambil saja jalan menuju Terminal Giwangan yang melalui Jalan Pramuka, lalu lurus saja menyeberang ring road, susuri saja Jalan Imogiri Timur maka Anda akan tiba di area pemakaman Raja-Raja Mataram Imogiri ini. Tenang saja, jalan untuk ke lokasi sudah diaspal halus dan cukup datar tidak ada tanjakan berat.




Apa saja yang dapat kita temui di makam Raja-Raja Mataram di Imogiri ini? Hmmm sepanjang pengamatan saya ada beberapa hal yang cukup menarik yang saya temui di Imogiri ini, antara lain adalah :
  1. Banyaknya anak tangga yang harus kita lewati. Ya ini lah tantangan pertama yang harus kita takhlukkan sekaligus untuk menguji ketahanan fisik kita. Jumlah anak tangga yang harus kita lewati untuk dapat mencapai area pemakaman raja-raja ini sekitar kurang lebih 409 buah anak tangga. Pada awal perjalanan dari anak tangga pertama yang dekat dengan area parkir memang belum terasa sih, tapi setelah masuk di dalam gerbang maka Anda akan menemukan sebuah kejutan yaitu anak tangga yang menjulang tinggi menuju atas bukit. Hehehe....tapi tenang saja, pemandangan di kanan-kiri tangga cukup menyejukkan mata karena pepohonan di hutan yang masih terjaga keasriannya.
  2. Setelah memasuki sebuah gapura sebelum menaiki anak tangga pertama yang menuju ke area pemakaman, ada sebuah masjid dengan bangunan tua yang beratapkan limasan dan terdapat sebuah tugu jam yang bertuliskan PB X. Masjid tua nan sederhana ini masih digunakan untuk tempat beribadah masyarakat sekitar. Sebelum menaiki tangga terdapat kotak infaq untuk biaya pemeliharaan masjid tersebut.
  3. Sepanjang menaiki anak tangga tersebut jangan kaget jika di sebelah kanan dan kiri tangga terdapat beberapa nisan, karena perbukitan ini memang juga dijadikan sebagai area pemakaman oleh masyarakat sekitar, dikenal dengan nama Wanalaya, pasarean umum Pajimatan. Karena bukit ini cukup dikeramatkan, maka memang tidak diperbolehkan untuk berbuat yang tidak sopan, berburu, mengambil kayu dan merusak tanaman. Pantaslah jika perbukitan ini kondisinya masih asri dengan pepohonan yang masih sangat terjaga.
  4. Keunikan selanjutnya adalah keindahan bangunan kompleks pemakaman Imogiri ini sendiri, yaitu sebagian besar dari bangunannya terbuat dari konstruksi batu bata dan memberikan kesan bangunan Jawa kuno yang kental. Ya, keindahan ini akan kita temukan setelah kita meniti ratusan anak tangga tersebut dan sampailah kita di gerbang masuk kompleks pemakaman, yang terkenal dengan nama "gapura supit urang".
  5. Di dalam gerbang "gapura supit urang" ini terdapat dua buah pendopo bagi abdi dalem, yaitu pendopo untuk Kraton Surakarta yang terletak di sebelah kanan dan pendopo untuk Kraton Yogyakarta di sebelah kiri, pun demikian dengan kompleks makamnya, untuk makam Sultan Agung dan keturunan raja Mataram Islam ditempatkan di bagian tengah, makam raja-raja Yogyakarta dan keturunannya di tempatkan di sebelah kiri, dan makam raja-raja Surakarta dan keturunannya di tempatkan di sebelah kiri.
  6. Di kompleks pendopo ini juga terdapat empat buah gentong (alat penyimpan air dari tanah liat) yang merupakan persembahan dari kerajaan-kerajaan sahabat Sultan Agung. Air yang terdapat di gentong ini konon memiliki khasiat, bagi pengunjung yang menginginkannya dapat meminta air tersebut dengan memberi sumbangan seikhlasnya.



Bagi pengunjung yang hanya sekedar jalan-jalan menikmati suasana dan keindahan bangunan di pemakaman Imogiri ini dipersilahkan, tidak ada persyaratan khusus. Nah, bagi pengunjung yang ingin berziarah ke sini ada persyaratan khusus, antara lain bagi pria harus memakai pakaian berupa beskap berwarna hitam atau biru tua garis-garis tanpa memakai keris. Bagi perempuan diwajibakan untuk memakai kemben dan kain panjang. Tenang saja, abdi dalem di sini sudah menyediakan persewaan baju tersebut dengan biaya Rp 6.000,00 per-baju (data Mei 2012). Oh iya bagi peziarah juga tidak diperkenankan menggunakan perhiasan. Bagi Anda yang ingin berziarah ada waktu-waktu tertentu yang disediakan antara lain adalah :
  • Minggu (10.00 -13.00 WIB)
  • Senin (10.00 - 13.00 WIB)
  • Jumat (13.30 - 16.00 WIB)
  • tanggal 1 Syawal, 8 Syawal, dan 10 besar (10.30 - 13.00 WIB

Nah, saya akan membahas sedikit saja "keunikan" lain yang dimiliki oleh pemakaman raja-raja di Imogiri ini. Selain dari air yang berasal dari gentong yang memiliki khasiat, ada juga hal unik lain seperti adanya daun tujuh macam yang memiliki khasiat bagi suami-istri yang sudah menikah lama tapi belum mendapat momongan. Ada juga cincin kayu, yaitu cincin yang berasal dari kayu dahulu merupakan tongkat milik Sultan Agung yang ditanam dan menjadi pohon. Bagi Anda yang menginginkan cincin kayu ini harus diuji dahulu, yaitu dengan cara kayu tersebut ditaruh ke dalam air, jika tenggelam maka kayu tersebut boleh dibawa pulang oleh pengunjung. Konon kayu ini memiliki khasiat bagi pemiliknya.



Terlepas dari cerita-cerita tersebut memang Jogja merupakan salah satu daerah yang memiliki kearifan lokal dan budaya Jawa yang cukup kental, bahkan cerita-cerita klenik masih dijunjung tinggi oleh masyarakat. Saya sendiri juga belum sempat untuk berziarah masuk ke dalam kompleks makam. Kunjungan saya kali ini memang hanya mengeksplor hingga bagian gerbang supit urang saja. Banyak sekali keunikan-keunikan yang saya dapatkan di kompleks makam Imogiri ini, selain juga menguji ketahanan fisik untuk menaiki dan menuruni ratusan anak tangga.


Bagi Anda yang ingin menguji fisik sekaligus belajar mengenai sejarah Mataram, monggo tempat ini dapat dijadikan sebagai rujukan agenda kunjungan Anda selanjutnya :)

Saturday, May 5, 2012

Warung Ys Sido Semi mBok Mul - Warung Es Legendaris Kotagede dengan Konsep Warung Jadulnya


Kotagede merupakan salah satu wilayah di Yogyakarta yang memiliki keunikan tersendiri bagi saya. Selain terkenal dengan sentra kerajinan peraknya, Kotagede juga terkenal dengan gudangnya bangunan-bangunan tua dengan corak bangunan arsitektur Jawa yang kental. Kotagede juga terkenal dengan beberapa kuliner khususnya jajanan seperti Cokelat Monggo maupun kipo yang merupakan jajanan khas dari Kotagede yang memiliki cita rasa manis legitnya.



Jika ditanya ada tempat apa lagi yang menarik di Kotagede selain makam Raja-Raja Mataram, maka saya akan memberikan rekomendasi kepada Anda untuk mampir di salah satu warung es yang legendaris di Kotagede ini, yaitu warung ys Sido Semi yang dibaca warung es Sido Semi. Warung es ini memiliki keunikan yaitu nuansa jadul yang ditawarkan oleh tempat ini yang menjadikan ciri khas tersendiri. Mulai dari tempatnya yang memiliki dingklik, lincak, dan meja-meja panjang khas warung Jawa, ada pula stoples-stoples jadul yang berisi rempeyek kacang, hiasan-hiasan dinding seperti lukisan jadul dan juga beberapa tulisan dalam aksara Jawa yang terlihat kusam dan semakin menambah nuansa jadul di warung ini.


Satu hal lagi yang menjadi ciri khas dari warung es Sido Semi ini adalah daftar menu yang terpampang di salah satu sudut ruangan yang masih menggunakan ejaan lama dan harga menu yang masih menggunakan sen, seperti ys strup 2,50 sen, ys katjang idjo 3 sen, ys soklat 2,50 sen dsb. Hmmm....makin terasa kan nuansa jadul dari warung ini.


Oke setelah sekilas mereview tentang tempatnya, mari kita review tentang menu-menu yang disediakan di warung es Sido Semi ini. Untuk makanan, menu yang menjadi andalan warung ini adalah menu baksonya. Sekilas memang penampilan bakso di warung ini sangat sederhana, berbeda dengan tampilan bakso-bakso di warung lainnya. Satu mangkuk bakso ini terdiri dari lima buah bakso, mie kuning yang agak gepeng, potongan tahu, taburan daun seledri, taburan bawang goreng, dan ini satu hal yang baru saya temui ketika makan bakso adalah bakso di warung es Sido Semi ini diberi irisan tomat segar. Walaupun bagi saya kurang lazim jika bakso diberi potongan tomat segar, namun potongan tomat ini malah menambah kesegaran si bakso ini sih, sama sekali tidak merusak rasa. Kuah baksonya sendiri bening tidak terlalu kental, dan walau penampilannya sangat sederhana seperti bakso ndeso yang jadul, tapi soal rasa bakso ini berani diadu kok. Rasa bakso ini tidak sesederhana penampilannya dan kuah bakso ini serasa nagih sampai sruputan tetes terakhir. Satu porsi bakso ini dihargai Rp 6.000,00 saja, cukup murah bukan :)


Oke selanjutnya apa saja minuman khas yang menjadi menu pilihan yang ada di warung es Sido Semi ini? Ada beberapa pilihan menu es yang siap memuaskan dahaga Anda. Menu es yang saya pilih adalah es kacang ijo yang katanya sih menjadi menu otentik warung ini. Satu mangkuk es kacang ijo ini terdiri dari campuran kacang ijo, ketan putih, santan, diberi serutan es batu lalu disiram dengan gula jawa cair di atasnya. Rasanya manis bercampur gurih dan ada sedikit aroma jahe dicampuran es kacang ijo ini. Satu mangkuk es kacang ijo dihargai Rp 3.000,00 dan siap menuntaskan dahaga Anda.


Menu lain dari warung ini adalah es buah yang terdiri dari campuran nanas, serutan kelapa muda, cendol, kolang-kaling, tape, serutan es batu lalu disiram dengan sirup cocopandan berwarna merah. Rasa manisnya pas, dan isi dari buah-buahan tadi semakin menambah kesegaran dari es buah ini. Nah, satu mangkuk es bauh ini hanya dibandrol dengan harga Rp 3.000,00 saja.







Apalagi keunikan dari warung es yang satu ini? Selain dari tata ruang yang memberi nuansa jadul khas warung-warung ndeso, tempat ini juga memiliki keunikan lain seperti adanya deretan botol limun Sar Saparila yang mungkin sekarang jarang sekali kita temukan. Terakhir saya melihat botol-botol limun seperti ini sih pas jaman saya SD dulu di kampung halaman. Botol-botol minuman ini juga menjadi sekat antara warung dan dapur tempat si penjual meracik es dan bakso pesanan pelanggan. Kita dapat melihat proses meracik pesanan menu-menu ini secara langsung. Di bagian dapur sendiri ada satu hal yang unik yaitu alat untuk menyerut es batu yang sangat jadul, entah zaman kapan alat itu dibuat. Selain itu di tempat ini juga disediakan beberapa kipas yang terbuat dari bambu, biasanya sih buat kipas bakar sate, namun di sini kipas ini digunakan oleh pelanggan yang ingin kipas-kipas untuk menghilangkan gerah, cukup unik memang.


Ada satu hal lagi yang unik dari warung ini, yaitu tulisan yang terpampang di bagian pintu masuk warung yang bertuliskan "yen seloso' tutup" yang jika diartikan bahwa jika hari Selasa warung ini tutup, namun ada yang bilang bahwa kalau warung ini buka "sak selo ne" atau ketika waktu luang atau senggang saja. Cukup unik memang dan saya pernah membuktikan mengunjungi warung ini pada hari Selasa dan memang benar warung ini tutup :P


Warung ini berlokasi di Jalan Canteng, Kotagede. Untuk lokasinya sendiri warung ini cukup mudah kok kita temukan. Dari pasar Kotagede ambil saja jalan menuju ke arah Kompleks Makam Raja Mataram tapi tidak usah masuk ke kompleks, tinggal lurus saja sedikit ikuti jalan, warung ini berada di kanan jalan persis di sebelah pos kampling. Warung ini  dari luar memang sekilas terlihat seperti rumah-rumah biasa khas rumah-rumah di Kotagede. Namun, warung ini ada plangkat kecil berwarna kuning usang dan memiliki jendela-jendela yang terbuka lebar. Warung ini mulai buka pada pukul 10.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB tapi tergantung kondisi juga sih, kalau dagangannya sudah habis sebelum pukul 18.00 ya warung ini tutup.

Jadi bagi yang sedang bokek tak usah khawatir untuk mampir ke warung ini. Cukup dengan Rp 9.000,00 saja Anda sudah bisa mencicipi nikmatnya bakso dan segarnya es buah di warung es Sido Semi ini. Bagi Anda yang ingin menikmati suasana warung es khas ndeso yang satu ini, monggo mampir ke warung es Sido Semi mBok Mul di Kotagede ini :)

Disclaimer

all photos and articles in this blog copyright by Andika Hermawan
if you want to use any photos and articles in this blog please contact me for further information
feel free to ask me :)

another social media account :
twitter @andikaawan
instagram @andikaawan
email : dikahermawandika@yahoo.com