Saturday, December 31, 2011

Candi Mendut - Kemegahan Arca Budha di Dalam Candi


Setelah kemarin selesai mencari data dan menjelajahi Candi Borobudur, tak afdol rasanya jika melewatkan candi ini begitu saja. Candi Mendut, candi yang lokasinya tepat di pinggir jalan utama dari Magelang menuju wilayah Candi Borobudur, sangat mudah untuk menemukan lokasi Candi Mendut ini. 



Tiket yang harus dibayarkan untuk memasuki area Candi Mendut adalah Rp 2.000,00 per-orang, cukup murah bukan? Jika dilihat bangunan fisiknya, Candi Mendut memiliki satu bangunan induk tanpa didampingi oleh candi perwara. Bangunan induk candi memiliki sebuah ruangan yang cukup luas. Di dalam ruangan tersebut terdapat tiga buah arca Budha yang cukup besar. Candi Mendut juga merupakan salah satu candi yang masih digunakan untuk beribadah pemeluk agama Budha, dan candi ini masih digunakan dalam prosesi perayaan Waisak.



Relief-relief yang terpahat di dinding-dinding candi sebagain besar masih dalam kondisi yang utuh dan terawat dengan baik. Dari beberpa sumber yang saya baca, arca-arca di Candi Mendut ini menceritakan tentang ceita Jataka yang sarat dengan makna hukum "sebab-akibat". Decak kagum tak habis saya rasakan ketika menikmati keindahan ukiran-ukiran relief yang ada di dinding Candi Mendut ini, sungguh mahakarya yang sangat luar biasa.


Untuk menuju lokasi Candi Mendut, Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Beberapa bus kecil tujuan Borobudur dapat kita gunakan dan berhenti pas di depan lokasi kompleks Candi Mendut ini. Bagi Anda yang suka berburu cinderamata unik, di sekitar Candi Mendut juga terdapat cukup banyak kios yang menjual cindera mata unik, ya tinggal pandai-pandai saja menawar.


Bagi Anda yang akan menuju maupun setelah berkeliling Candi Borobudur, tak ada salahnya sekalian mampir di Candi Mendut ini.

Sunday, December 25, 2011

Candi Borobudur - Candi Budha Terbesar di Indonesia



Before I write this blog I would say that I am proud being Indonesian, Saya bangga menjadi orang Indonesia karena Indonesia memiliki kekayaan seni, budaya, keindahan alam mulai dari gunung hingga bawah laut,  serta mahakarya-mahakarya yang luar biasa :D


Penjelajahan candi-candi kali ini akhirnya saya mendapatkan moment yang pas untuk mengunjungi Candi Borobudur, candi Budha yang sangat terkenal baik di dalam maupun di luar negeri. Candi Borobudur pernah menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia, dan kini Candi Borobudur terdaftar sebagai World Heritage atau warisan dunia yang tercatat oleh badan UNESCO.


Candi Borobudur terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Untuk menuju ke sana menempuh perjalanan sekitar satu jam perjalanan dari Yogyakarta. Untuk menuju Candi Borobudur cukup mudah, kita dapat menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Akses menuju lokasi Candi Borobudur sangat baik, mengingat destinasi wisata ini sudah menjadi salah satu destinasi wisata yang bertaraf internasoinal. Penjelajahan kali ini saya menggunakan sepeda motor dengan teman-teman saya mengingat kami harus mengurus beberapa perizinan untuk mencari data untuk tugas salah satu mata kuliah. Tak perlu khawatir kesasar jika menggunakan kendaraan sendiri karena papan petunjuk arah untuk menuju Candi Borobudur cukup jelas.


Letak Candi Borobudur yang diapit oleh deretan pegunungan dan perbukitan menoreh, hawanya cukup sejuk dan sepanjang mata memandang, candi ini dikelilingi oleh perbukitan berwarna hijau. Tapi, memasuki area candi cuaca menjadi cukup panas karena terpaan sinar matahari langsung. Oke disarankan untuk membawa payung atau topi serta memakai sunblock jika Anda tidak tahan dengan panas.


Tiket masuk untuk memasuki Candi Borobudur sekitar Rp 22.500,00. Pengunjung akan ditarik biaya tambahan jika menaiki kereta mini untuk mengantarkan dari pintu loket sampai pintu masuk pelataran candi, yaitu Rp 5.000,00 per-orang. Karena saya dan teman-teman ke sini untuk mencari data, maka setelah wawancara dengan pihak pengelola, kami dipersilahkan untuk masuk ke area candi secara gratis ! Hahaha lumayan lah pengiritan bagi anak kost sekaligus bisa refreshing :P


Candi Borobudur menceritakan kosmologi dalam agama Budha di mana alam semesta dibagi menjadi tiga bagian, yang digambarkan dari kaki candi hingga bagian atas candi. Bagian dasar disebut dengan Kamadhatu yang berarti manusia di dunia masih terikat oleh nafsu duniawi. Tingkatan kedua disebut dengan Rupadhatu yang berarti bahwa manusia sudah terlepas dari hawa nafsu namun masih terikat dengan rupa atau bentuk, yang dilambangkan dengan patung Budha yang masih terbuka. Pada tingkatan yang paling atas dinamakan Arupadhatu yang melambangkan bahwa manusia sudah lepas dari hawa nafsu, rupa, dan bentuk. Tingakatan inilah tingkatan paling tinggi dalam agama Budha, dilambangkan dengan patung Budha yang tertutup di dalam stupa. Ada mitos sih siapa yang bisa memegang patung Budha di dalam stupa maka keinginannya akan terwujud, tapi entah benar apa salah namanya juga mitos yang berkembang.


Candi Borobudur menurut saya memang candi yang sangat istimewa karena relief-relief yang terpahat di dinding-dinding candi dalam keadaan baik dan utuh. Memang berbeda sih dibandingkan dengan candi-candi yang pernah saya kunjungi sebelumnya. Ketika sampai di bagian paling atas candi kita akan disuguhi pemandangan perbukitan nan hijau di sekeliling kita. Hmmm, benar-benar memanjakan mata !


Selain bangunan Candi Borobudur sendiri, di kompleks Taman Candi Borobudur juga terdapat museum Borobudur. Saya tidak memasuki museum karena memang dikejar waktu untuk segera kembali ke Jogja. Ketika keluar kompleks candi kita akan disambut oleh pedagang asongan yang menawarkan barang dagangannya. Jujur saya agak risih sih dengan cara mereka, ya saya cuma bisa menolak dengan halus tawaran mereka, namanya juga perjuangan untuk mencari sesuap nasi. Semoga ada perhatian dari pihak terkait untuk memperbaiki nasib mereka dan menjadikan Candi Borobudur lebih nyaman lagi untuk dikunjungi.

Saturday, December 17, 2011

Candi Sambisari - Candi Unik di Bawah Permukaan Tanah


Perjalanan menjelajahi candi-candi di Yogyakarta kali saya saya lanjutkan menuju Candi Sambisari, candi yang memiliki keunikan karena letaknya lebih rendah daripada permukaan tanah. Secara adminitratif candi ini terletak di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Untuk menuju ke Candi Sambisari cukup mudah, rute dari Yogyakarta lewat saja Jalan Raya Jogja-Solo arah ke Prambanan, setelah pertigaan lampu merah bandara jalan lagi ke timur sampai pertigaan kecil, lalu belok ke kiri (arah utara), lurus saja hingga Anda menemukan lokasi candi. Lebih disarankan menggunakan kendaraan pribadi untuk mempermudah akses perjalanan Anda. Untuk memasuki area candi retribusi yang harus kita bayarkan cukup Rp 2.000,00 saja per-orang.



Ketika saya sampai di lokasi saya cukup terkejut dan terheran-heran dengan lokasi candi yang berada sekitar 6,5 meter di bawah permukaan tanah, memang hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri. Kebetulan ketika saya berkunjung, banyak turis asing yang berasal dari Asia dan beberapa orang bule yang sedang berkunjung, cukup ramai juga dibandingkan dengan situs-situs marjinal lainnya, mungkin karena keunikan letak candinya yang membuat daya tarik tersendiri. 




Jika dilihat dari atas memang candi ini akan terlihat sangat kecil, namun ketika turun ke bawah candi ini cukup besar juga menurut saya. Bangunan Candi Sambisari memiliki 1 buah candi induk dan 3 buah candi perwara. Bangunan candi induk menghadap ke barat, di bagian tubuh candi terdapat relung-relung yang ditempati oleh sebuah patung yaitu Dewi Durga di sisi utara, arca Ganesa di sisi timur, dan arca Agastya di sisi barat. Di dalam bangunan candi induk sendiri terdapat patung lingga dan yoni yang mirip seperti yang saya lihat di Candi Ijo tempo hari.


Selain pemandangan turis yang sedang mengunjungi candi ini, pemandangan sore itu juga diwarnai dengan beberapa muda-mudi yang memadu kasih di kompleks candi. Geli juga sih melihat tingkah laku mereka, padahal kan menurut mitos sih ada pantangan untuk pacaran di area candi :P

Monday, December 12, 2011

Candi Sewu - Candi Budha Terbesar Kedua Setelah Candi Borobudur


Penjelajahan saya mengeksplorasi keindahan candi-candi yang ada di Yogyakarta berlanjut ke Candi Sewu, candi yang bercorakkan agama Budha yang berada satu kompleks dengan Candi Prambanan. Jika dilihat dari lokasinya yang dekat dengan Candi Prambanan yang bercorakkan agama Hindu, dapat diasumsikan bahwa dahulu antara agama Hindu dan agama Budha dapat hidup dalam sebuah keselarasan dan keharmonisan.


Candi Sewu merupakan candi Budha terbesar kedua setelah Candi Borobudur dan telah terdaftar sebagai salah satu dari warisan dunia (World Heritage) oleh UNESCO. Secara administratif, Candi Sewu terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Perjalanan menuju candi ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Untuk memasuki candi ini terdapat dua buah pintu masuk, yang pertama melalui pintu masuk Candi Prambanan, yaitu dengan membeli tiket masuk Candi Prambanan, setelah puas mengelilingi candi tersebut, kita dapat menggunakan jasa kereta mini yang akan mengantarkan kita berkeliling sampai Candi Sewu dengan membayar obgkos tiket tambahan sebesar Rp 5.000,00 per-orang.

Cara kedua yaitu melalui pintu masuk belakang, dengan terlebih dahulu kita melapor kepada petugas keamanan dan membayar retribusi sebesar Rp 5.000,00 per-orang. Untuk kali ini saya memilih masuk lewat pintu belakang karena lebih dekat dan lebih murah, karena saya memang tidak berminat mengunjungi Candi Prambanan, jadi itung-itung irit bayar ongkos tiketnya.


Dilihat dari sejarahnya, Candi Sewu ini dibangun oleh Sri Maharaja Rakai Panangkaran pada masa pemerintahan kerajaan Mataram Kuno. Candi Sewu selesai dibuat sekitar tahun 714 Saka atau 792 Masehi, berdasarkan penemuan Prasasti Manjusrigrha yang ditemukan di dekat candi perwara yang menjelaskan tentang perayaan Prasada, Wajrasana Manjusrighra pada tahun tersebut. 


Dilihat dari latar belakang keagamaannya, Candi Sewu termasuk candi yang bercorakkan agama Budha, hal ini terlihat dari karakter candi Budha yang terdapat di Kompleks Candi Sewu yaitu dapat dilihat dari arca-arca yang ditemukan di candi ini dan juga bentuk atap bangunan candi yang berbentuk stupa yang merupakan ciri khas cari bangunan candi Budha.


Bangunan yang ada di kompleks Candi Sewu sendiri terdiri dari 249 bangunan candi, yaitu 1 buah bangunan candi induk, 4 pasang candi Apit, dan 240 Candi Perwara (candi pengiring). Bangunan candi induk terdapat di tengah-tengah kompleks dikelilingi oleh bangunan Candi Apit dan Candi Perwara. Selain itu terdapat 4 pasang patung Dwarapala yang berada di keempat sisi pintu masuk halaman kedua.


Di Candi Sewu memang tidak ada jasa guide atau pemandu, tapi jangan khawatir karena di sisi depan candi terdapat sebuah papan yang menjelaskan mengenai Candi Sewu secara garis besar, menurut saya informasi yang disampaikan di papan tersebut cukup jelas dan menambah pengetahuan kita mengenai keberadaan candi Sewu ini.


Saya juga masih bingung mengapa candi ini dinamakan Candi Sewu, atau mungkin memang benar jumlah bangunannya yang seribu buah candi? Atau hanya karena jumlah candinya yang banyak dan susah untuk dihitung sehingga dinamakan Candi Sewu? Entahlah yang jelas candi ini  memiliki pesona tersendiri bagi saya. Bagi Anda yang tertarik menjelajahi candi-candi, monggo sejenak mampir dan nikmati pesona Candi Sewu ini.

Friday, December 9, 2011

Candi Sojiwan, Kondisimu Kini !


Tidak jauh dari lokasi Candi Prambanan, terdapat sebuah candi yang sayang untuk tidak dijelajahi. Candi Sojiwan, candi yang bercorakkan agama Budha ini merupakan salah satu peninggalan pada masa raja-raja Mataram kuno yang sayang untuk dilewatkan. Memang candi ini tidak seterkenal candi-candi lainnya, karena candi ini baru saja selesai dilakukan pemugaran, dan jujur saja saya juga baru mendengar nama Candi Sojiwan dari satpam yang menjaga lokasi Candi Plaosan tempo hari.


Secara administratif Candi Sojiwan ini terletak di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. Rute untuk menuju lokasi candi ini cukup mudah, disarankan menggunakan kendaraan pribadi agar lebih mempermudah akses perjalanan. Bila Anda berangkat dari kota Yogyakarta, ikuti saja Jalan Raya Jogja-Solo arah menuju Candi Prambanan. Dari perempatan lampu merah Candi Prambanan lurus saja sampai menemui perempatan lampu merah lagi, lalu belok ke kanan (arah selatan) menuju Stasiun Brambangan. Ikuti saja jalan tersebut sampai Anda menemui pertigaan tugu, lalu belok ke kiri (arah selatan) menyeberangi rel kereta api. Lurus saja ikuti jalan besar yang ada di kampung Kebondalem Kidul tersebut, Anda akan menemui Candi Sojiwan ini di sebelah kiri jalan (sebelah selatan).

Rute lain yang bisa ditempuh adalah dengan melewati jalan pertama sebelah timur dari tugu perbatasan DIY dan Jawa Tengah yang terletak di sekitar pasar Prambanan. Lurus saja sampai melintasi rel kereta api sekitar 300 meter kemudian belok ke kiri (arah timur), dari kejauhan bangunan candi ini sudah nampak. Sepanjang pengamatan saya sih memang masih minim papan petunjuk arah menuju candi ini, saya sempat ragu juga melewati jalan tersebut, dan hanya bermodal nekat akhirnya bisa sampai ke lokasi.


Ketika saya berkunjung ke candi ini memang belum sepenuhnya pembangunan kompleks candi rampung dilaksanakan. Namun, keberadaan candi induk yang menghadap ke barat menurut saya sudah rampung dikerjakan. Menurut sumber yang saya baca, dahulu candi ini hanya berupa tumpukan batu-batu yang terlihat rapuh dan siap roboh jika kita sentuh, hingga akhirnya ketika gempa yang mengguncang Yogyakarta pada tahun 2006 benar-benar merusak bangunan candi ini. 


Candi Sojiwan bercorakkan agama Budha terlihat dari bangunan stupa-stupa yang terdapat di candi ini. Candi Sojiwan terdiri dari satu buah bangunan candi utama yang cukup besar, utama memiliki satu buah pintu masuk dan terdapat satu buah ruangan yang cukup besar. Untuk memasuki candi utama, kita harus menaiki beberapa anak tangga, lalu kita akan disambut semacam pintu gerbang, lalu baru kita masuk ke dalam ruang candi tersebut. 


Sebelum memasuki ruangan di candi, tepatnya setelah memasuki pintu gerbang, kita dapat melihat beberapa pahatan relief-relief yang masih dalam kondisi yang cukup baik dan terawat. Beberapa relief berbentuk binatang, dan beberapa lainnya berbentuk manusia.




Sepanjang pengamatan saya candi ini tidak memiliki candi perwara (candi pendamping). Pada saat saya mengunjungi candi tersebut masih banyak pekerja yang membenahi bagian halaman di sekitar bangunan candi utama, dan mengerjakan beberapa bangunan seperti stupa dan sebagainya sebagai pelengkap kompleks candi ini. Menurut saya masih cukup sulit untuk mencari sumber dan literatur yang membahas candi ini, jadi masih sulit untuk mencari informasi mengenai candi ini.


Untuk tiket masuknya sendiri ketika saya berkunjung ke Candi Sojiwan adalah gratis alias tidak dipungut biaya apapun, tapi tak tahu ya untuk jangka ke depan. Menurut saya untuk ke depan, setelah pemugaran dan pembangunan kompleks Candi Sojiwan ini rampung dikerjakan, kompleks candi ini akan tampak sangat mengesankan.

Wednesday, December 7, 2011

Menikmati Senja

Mungkin bulan Desember identik dengan hujan deras setiap hari, namun karena anomali cuaca akhir-akhir ini menurut saya bulan Desember tidak setiap hari turun hujan lebat. Mungkin kemarin (6/12) boleh dibilang suatu kebetulan yang membawa keberuntungan, di saat saya menunggu seorang teman di kampus. Cukup lama saya dan kawan-kawan saya menunggu, dan akhirnya terlihat semburat kemerahan di ufuk barat.  Sayang saya tidak membawa kamera, hanya mengandalkan kamera ponsel yang saya bawa untuk mengabadikan pemandangan senja di ufuk barat tersebut.





"masih ada semburat cahaya kemerahan di ufuk barat, tertutup di antara mendung-mendung yang bergelayutan di atas langit kota ini, Desember, di antara awan kelabu mu, engkau masih menyisihkan sedikit ruang bagi sang senja untuk menyemburatkan cahaya keemasannya sebelum ia kembali ke peraduannya "

Sunday, December 4, 2011

Ini Bukan di Moskow, Rusia, Namun di Yogyakarta Lho !


Satu lagi bangunan unik yang dapat kita temui di Yogyakarta, ingat ini di Yogyakarta bukan di Moskow, Rusia ! Yak, bangunan masjid An Nurumi, yang terletak di Desa Sambisari, Kecamatan Kalasan, atau tepatnya di Jalan Raya Jogja-Solo ini memiliki keunikan pada arsitektur bangunannya. Letak keunikan bangunan masjid kecil ini terletak di bagian kubahnya yang berwarna-warni, mirip salah satu bangunan yang ada di Moskow, Rusia.

Masjid yang mulai dibangun tahun 2005 dan selesai pada tahun 2007 ini sering digunakan beribadah oleh masyarakat sekitar serta para pelancong yang melintas di wilayah ini. Keunikan arsitekturnya memang menjadi daya tarik tersendiri. Mengenai bentuk arsitektur bangunan, terinspirasi oleh salah satu bangunan yang ada di Lapangan Merah Rusia, yaitu Katedral Saint Basil.


Masjid ini memiliki sembilan menara berkubah dengan warna yang beraneka ragam serta mencolok, menurut saya sih mirip dengan permen lolipop. Selain keunikan eksteriornya, masjid ini juga memiliki keunikan di bagian interiornya. Pada bagian dalam menara terdapat tulisan ayat suci Al Qur'an, tersusun rapi dari atas sampai dengan bawah sepanjang bagian dalam menara dengan warna-warna yang cukup mencolok.

Jika Anda melewati daerah Kalasan atau Jalan Raya Jogja-Solo, tak ada ruginya jika sejenak mampir ke masjid ini untuk beribadah sekaligus menikmati keindahan arsitekturnya.

Disclaimer

all photos and articles in this blog copyright by Andika Hermawan
if you want to use any photos and articles in this blog please contact me for further information
feel free to ask me :)

another social media account :
twitter @andikaawan
instagram @andikaawan
email : dikahermawandika@yahoo.com