Jalan setapak berdebu dan berbatu membentang sepanjang kurang lebih tiga kilometer membelah padang savanna. Udara yang panas nan kering tetap setia menjadi teman perjalanan selama berkelana. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana orang-orang yang nekat untuk memutuskan jalan kaki dari savanna Bekol menuju Pantai Bama. Panas, kering, berdebu, namun pemandangan selama perjalanan memang bisa menjadi obat lelah yang mujarab. Sebuah goresan kuas Sang Hyang Widhi yang maha sempurna, komposisi dari pemandangan savanna, pepohonan yang beraneka rupa, dengan Gunung Baluran sebagai latar belakangnya.
Laju motor kembali saya hentikan ketika memasuki hutan menjelang gerbang masuk Pantai Bama. Saya melihat deretan pohon yang menjulang tinggi bak salah satu scene film Avatar. Tumbuhan sejenis pohon lontar ini memberikan pemandangan cantik dengan latar belakang langit biru yang bersih. Beberapa pohon nampak sudah tidak memiliki daun, hanya terlihat butiran biji-biji dengan jumlah yang cukup banyak di bagian dahan. Menurut Pak Sukir, tukang ojek yang mengantar kami, pohon sejenis lontar inilah yang mendapat julukan "mati satu tumbuh seribu". Jika pohon induk mati, maka akan muncul banyak tunas baru yang berasal dari biji-biji pohon yang jatuh ke tanah. Usai menikmati pemandangan pohon "mati tumbuh seribu" ini pun perjalanan kami lanjutkan menuju Pantai Bama yang memiliki deburan ombak yang cukup tenang.
Pantai Bama masih merupakan bagian dari Taman Nasional Baluran. Pantai ini terletak di sebelah timur, maka tak heran jika pantai ini sering dijadikan sebagai salah satu lokasi untuk berburu matahari terbit. Pantai Bama memiliki garis pantai yang tidak terlalu panjang, memiliki pasir pantai berwarna putih, ombak yang tenang, serta gradasi warna air laut yang cantik, terdiri dari warna biru tua, biru muda, dan hijau tosca. Pantai ini memiliki hutan mangrove yang membentang di sisi kiri dan kanan, seolah menjadi pagar pembatas sehingga garis pantainya tidak terlalu panjang. Pantai ini memiliki fasilitas pariwisata yang cukup lengkap, tengok saja ada beberapa bangunan berbentuk cottage yang digunakan pengunjung untuk meninap, fasilitas mushola dan MCK, serta tidak ketinggalan fasilitas arena permainan seperti ayunan dan flying fox. Namun sayang, kesemua fasilitas tersebut sekarang sedang ditutup karena menunggu perpanjangan izin dari pemerintah pusat. Satu lagi, dengar-dengar pemandangan bawah laut di sekitar Pantai Bama ini juga tak kalah cantik. Dahulu ada persewaan alat untuk snorkling dan juga sewa perahu untuk menuju lokasi, namun semenjak adanya kegiatan monev (monitoring dan evaluasi) serta perbaikan fasilitas di Taman Nasional, hampir seluruh kegiatan tersebut terhenti.
Mungkin benar adanya jika di sekitar Pantai Bama memiliki pemandangan bawah air yang cantik. Saya hanya mengira-ira, dari banyaknya serpihan batu karang yang terbawa ombak hingga akhirnya terdampar di tepi pantai. Satu hal yang saya sukai di Pantai Bama ini adalah suasananya yang cukup tenang sehingga kita dapat mendengarkan alunan angin dan ombak yang seolah sedang membentuk sebuah harmonisasi nada alam yang apik. Selebihnya? Anda harus esktra berhati-hati ketika menikmati pantai ini ! Kenapa? Karena banyak kawanan monyet abu-abu yang menghuni pantai ini. Monyet-monyet ini cukup agresif dengan keberadaan manusia, apalagi bagi Anda yang membawa tas punggung dan juga makanan. Entah naluri atau indra penciuman mereka yang peka, mereka tidak segan-segan untuk merebut barang bawaan Anda jika Anda lengah sedikit saja.
Ada pengalaman menarik mengenai kelakukan monyet-monyet penguni Pantai Bama ini. Ada dua orang wisatawan yang sedang asyik mengambil gambar dan meninggalkan tas mereka. Tak lama kemudian datanglah seekor monyet dengan tubuh besar yang disusul oleh kawanannya langsung mengambil tas tersebut dan membukanya. Untung saja si pemilik tas cukup sigap dan berhasil mengambil kembali tasnya. Coba saja jika si pemilik tas tidak bisa mengambil tasnya, mungkin saja akan fatal hasilnya. Tingkah agresif monyet-monyet di Pantai Bama ini memang tidak bisa dilepaskan dari kelakuan pengunjung yang dahulu sering memberikan makanan kepada mereka sehingga terbentuklah pola seperti sekarang. Mungkin monyet-monyet tersebut berpikir bahwa semua pengunjung yang datang ke Pantai Bama membawa makanan untuk mereka. Saya menyarankan untuk waspada terhadap barang bawaan Anda ketika berada di Pantai Bama ini, lebih baik tidak usah membawa makanan daripada mengundang kerumunan kawanan monyet-monyet ini yang cukup membuat Anda was-was.
Kembali menikmati suasana Pantai Bama, kaki pun saya langkahkan menuju bagian kiri dari pantai ini, melewati hutan dengan pepohonan bakau yang cukup lebat. Di bagian ini saya menikmati sisi lain dari Pantai Bama, tak hanya pasir putih melainkan juga bebatuan hitam yang menghiasi pinggir pantai semakin mempercantik pemandangan. Dari balik pohon bakau ini pula terlihat pemandangan sebuah gunung jika suasana sedang cerah. Di bagian pantai ini sepertinya sering digunakan untuk lokasi camping. Selain lokasinya cukup tenang, di bagian ini pula tidak ada "serangan" dari monyet liar. Namun sayang, mungkin saja kesadaran pengunjung pula masih kurang. Lagi-lagi banyak sampah yang berserakan di area ini. Banyak sampah anorganik seperti botol minuman dan bungkus makanan ditinggalkan di area ini, cukup disayangkan memang.
Terlepas dari kekuarangan yang ada, Pantai Bama memang sebuah tempat yang cukup nyaman untuk melepas lelah sesuai menjelajah padang savanna. Menikmati alunan ombak yang tenang dengan pemandangan gradasi air laut yang kontras menjadi penutup perjalanan yang indah di Taman Nasional Baluran ini.
Laju motor kembali saya hentikan ketika memasuki hutan menjelang gerbang masuk Pantai Bama. Saya melihat deretan pohon yang menjulang tinggi bak salah satu scene film Avatar. Tumbuhan sejenis pohon lontar ini memberikan pemandangan cantik dengan latar belakang langit biru yang bersih. Beberapa pohon nampak sudah tidak memiliki daun, hanya terlihat butiran biji-biji dengan jumlah yang cukup banyak di bagian dahan. Menurut Pak Sukir, tukang ojek yang mengantar kami, pohon sejenis lontar inilah yang mendapat julukan "mati satu tumbuh seribu". Jika pohon induk mati, maka akan muncul banyak tunas baru yang berasal dari biji-biji pohon yang jatuh ke tanah. Usai menikmati pemandangan pohon "mati tumbuh seribu" ini pun perjalanan kami lanjutkan menuju Pantai Bama yang memiliki deburan ombak yang cukup tenang.
Pantai Bama masih merupakan bagian dari Taman Nasional Baluran. Pantai ini terletak di sebelah timur, maka tak heran jika pantai ini sering dijadikan sebagai salah satu lokasi untuk berburu matahari terbit. Pantai Bama memiliki garis pantai yang tidak terlalu panjang, memiliki pasir pantai berwarna putih, ombak yang tenang, serta gradasi warna air laut yang cantik, terdiri dari warna biru tua, biru muda, dan hijau tosca. Pantai ini memiliki hutan mangrove yang membentang di sisi kiri dan kanan, seolah menjadi pagar pembatas sehingga garis pantainya tidak terlalu panjang. Pantai ini memiliki fasilitas pariwisata yang cukup lengkap, tengok saja ada beberapa bangunan berbentuk cottage yang digunakan pengunjung untuk meninap, fasilitas mushola dan MCK, serta tidak ketinggalan fasilitas arena permainan seperti ayunan dan flying fox. Namun sayang, kesemua fasilitas tersebut sekarang sedang ditutup karena menunggu perpanjangan izin dari pemerintah pusat. Satu lagi, dengar-dengar pemandangan bawah laut di sekitar Pantai Bama ini juga tak kalah cantik. Dahulu ada persewaan alat untuk snorkling dan juga sewa perahu untuk menuju lokasi, namun semenjak adanya kegiatan monev (monitoring dan evaluasi) serta perbaikan fasilitas di Taman Nasional, hampir seluruh kegiatan tersebut terhenti.
Mungkin benar adanya jika di sekitar Pantai Bama memiliki pemandangan bawah air yang cantik. Saya hanya mengira-ira, dari banyaknya serpihan batu karang yang terbawa ombak hingga akhirnya terdampar di tepi pantai. Satu hal yang saya sukai di Pantai Bama ini adalah suasananya yang cukup tenang sehingga kita dapat mendengarkan alunan angin dan ombak yang seolah sedang membentuk sebuah harmonisasi nada alam yang apik. Selebihnya? Anda harus esktra berhati-hati ketika menikmati pantai ini ! Kenapa? Karena banyak kawanan monyet abu-abu yang menghuni pantai ini. Monyet-monyet ini cukup agresif dengan keberadaan manusia, apalagi bagi Anda yang membawa tas punggung dan juga makanan. Entah naluri atau indra penciuman mereka yang peka, mereka tidak segan-segan untuk merebut barang bawaan Anda jika Anda lengah sedikit saja.
Ada pengalaman menarik mengenai kelakukan monyet-monyet penguni Pantai Bama ini. Ada dua orang wisatawan yang sedang asyik mengambil gambar dan meninggalkan tas mereka. Tak lama kemudian datanglah seekor monyet dengan tubuh besar yang disusul oleh kawanannya langsung mengambil tas tersebut dan membukanya. Untung saja si pemilik tas cukup sigap dan berhasil mengambil kembali tasnya. Coba saja jika si pemilik tas tidak bisa mengambil tasnya, mungkin saja akan fatal hasilnya. Tingkah agresif monyet-monyet di Pantai Bama ini memang tidak bisa dilepaskan dari kelakuan pengunjung yang dahulu sering memberikan makanan kepada mereka sehingga terbentuklah pola seperti sekarang. Mungkin monyet-monyet tersebut berpikir bahwa semua pengunjung yang datang ke Pantai Bama membawa makanan untuk mereka. Saya menyarankan untuk waspada terhadap barang bawaan Anda ketika berada di Pantai Bama ini, lebih baik tidak usah membawa makanan daripada mengundang kerumunan kawanan monyet-monyet ini yang cukup membuat Anda was-was.
Kembali menikmati suasana Pantai Bama, kaki pun saya langkahkan menuju bagian kiri dari pantai ini, melewati hutan dengan pepohonan bakau yang cukup lebat. Di bagian ini saya menikmati sisi lain dari Pantai Bama, tak hanya pasir putih melainkan juga bebatuan hitam yang menghiasi pinggir pantai semakin mempercantik pemandangan. Dari balik pohon bakau ini pula terlihat pemandangan sebuah gunung jika suasana sedang cerah. Di bagian pantai ini sepertinya sering digunakan untuk lokasi camping. Selain lokasinya cukup tenang, di bagian ini pula tidak ada "serangan" dari monyet liar. Namun sayang, mungkin saja kesadaran pengunjung pula masih kurang. Lagi-lagi banyak sampah yang berserakan di area ini. Banyak sampah anorganik seperti botol minuman dan bungkus makanan ditinggalkan di area ini, cukup disayangkan memang.
Terlepas dari kekuarangan yang ada, Pantai Bama memang sebuah tempat yang cukup nyaman untuk melepas lelah sesuai menjelajah padang savanna. Menikmati alunan ombak yang tenang dengan pemandangan gradasi air laut yang kontras menjadi penutup perjalanan yang indah di Taman Nasional Baluran ini.
Pantai seindah ini, sepi pengunjung Mas Dika ? Asyik juga ya, indah dan tenang.
ReplyDeleteMungkin karena saya datang di hari kerja makanya pantainya cukup sepi
DeleteKata pengelola sih pantai ini cukup ramai pengunjung pas hari libur :D
Baca ini jadi kangen sama Baluran... nggak ada bosennya dengan pemandangan laut, gunung, savannah di sana. Yang bikin penasaran itu cuma satu...belum ketemu banteng Jawa yang legendaris secara langsung hehehe ^^
ReplyDeletekalau banteng liar memang susah ditemuin sih
Deletekalau banteng yang dikonsevasi di kandang ada kok, lokasinya ga jauh dari kantor pengawas TNB, deket sama menara pandang itu