Wednesday, March 30, 2016

Menanti Senja di Tanjung Papuma

Ada satu alasan tersendiri mengapa saya kembali mengunjungi Papuma lagi. Pemandangan terbit dan tenggelamnya matahari di satu lokasi menjadi alasan saya untuk kembali menjelajahi pantai ini !

Selesai mengurus persewaan penginapan, saya pun bergegas untuk meletakkan barang dan berganti pakaian. Saya mengajak kawan saya untuk segera bersiap menuju Bukit Siti Hinggil, menanti terbenamnya matahari di ufuk barat. Papuma kini tentu saja berbeda dengan Papuma empat tahun lalu, saat pertama kali saya menginjakkan kaki di pantai ini. Perbedaan yang kental terasa adalah jumlah kunjungan wisatawan yang semakin meningkat jumlahnya. Kendaraan baik roda empat maupun roda dua terlihat memenuhi bagian parkir kendaraan. Pun demikian dengan warung makan yang menjajakan makanan terlihat semakin banyak jumlahnya. Satu lagi, populasi primata yang dulu cukup mudah ditemui berkeliaran di sekitaran pantai kini sudah jarang ditemui. Menurut driver yang mengantar kami, populasi primata liar yang menghuni Papuma kini sudah berkurang banyak jumlahnya. Kondisinya juga cukup memprihatinkan, badan mereka terlihat kurus katanya. Ah, benar juga, kawanan primata yang dulu dengan mudah saya temui berkeliaran di sekitar pantai kini sudah jarang terlihat. Mungkin karena terdesak dengan jumlah pengunjung yang semakin banyak, maka primata tersebut memilih untuk masuk ke dalam hutan.


Jalan menuju kawasan Siti Hinggil dan Pantai Malikan sekarang sudah dibangun dengan baik. Jalan berupa paving block sudah dibuat rapi sehingga nyaman dilalui pejalan kaki maupun kendaraan yang lewat di sana. Kawasan Bukit Siti Hinggil sudah ramai dikunjungi wisatawan yang sedang menantikan datangnya senja. Di kawasan Bukit Siti Hinggil ini kita dapat menikmati pemandangan Pantai Malikan dari ketinggian dengan latar belakang Gunung Kajang yang menjadi ikon wisata Tanjung Papuma ini. Karena berada di atas ketinggian bukit yang langsung menghadap jurang, maka tak heran jika pengelola memasang pagar pembatas demi keselamatan pengunjung yang datang ke sana.


Ada beberapa anak tangga yang telah dibangun secara permanen untuk menuju puncak Bukit Siti Hinggil. Di sana terdapat sebuah bangunan pendopo yang digunakan untuk duduk sambil melihat pemandangan matahari tenggelam. Pendopo tersebut langsung menghadap ke Gunung Kajang yang menjadi ikon Tanjung Papuma, Tak heran jika pendopo ini selalu ramai didatangi pengunjung yang ingin mengabadikan gambar. Saya duduk di pendopo, sambil berbincang dengan kawan dan menanti matahari tenggelam. Sayang, matahari nampak malu-malu pulang ke peraduan. Awan mendung menggelayut di langit sehingga menutupi sinar matahari yang ingin kembali ke peraduannya. Hanya seberkas cahaya kemerahan saja yang nampak di ufuk barat, lainnya tertutup awan hitam kelabu. Tak apa, kali ini memang senja tak terlalu sempurna, tapi akhirnya ku tepati janjiku untuk kembali lagi ke Papuma.


Usai menikmati tenggelamnya matahari, saya pun beranjak menuju pantai. Di sini mulai terlihat geliat kegiatan para nelayan yang sedang mempersiapkan perahu untuk melaut. Nampak para nelayan tersebut begitu kompak bergotong-royong untuk mendorong perahu menuju bibir pantai. "Selamat melaut pak, semoga hasil tangkapan ikan malam ini menggembirakan !", gumam saya dalam batin. Gerimis mulai turun membasahi bumi. Saya segera bergegas kembali ke penginapan untuk membersihkan diri dan bersiap mencari santap malam.

2 comments:

  1. Sayang sekali ya Mas Andika, hewan dan primata semakin susah ditemui di Papuma karena terdesak ramainya pengunjung. Padahal kalau di Pangandaran, biarpun wisatawan sangat ramai, monyet malah suka dan makin keluar hutan untuk menganggu pengunjung. Rusa di pangandaran juga sekarang malah keluar hutan, malah berkeliaran di pantai ramai pengunjung, di jalan-jalan pinggir hotel. Ngak tahu kenapa, mungkin rusanya sudah terlalu banyak di hutan, dan cadangan makanan di hutan ngak cukup buat populasi rusa yang semakin banyak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. apa gara-gara mereka mulai terbiasa diberi makan pengunjung kali bang? seperti monyet-monyet di pantai Bama, Baluran, sekarang malah terkesan beringas jika melihat pengunjung yang datang karena mereka kira akan diberi makan

      Delete

Disclaimer

all photos and articles in this blog copyright by Andika Hermawan
if you want to use any photos and articles in this blog please contact me for further information
feel free to ask me :)

another social media account :
twitter @andikaawan
instagram @andikaawan
email : dikahermawandika@yahoo.com