Wisata religi bisa menjadi alternatif pilihan wisata yang menyenangkan untuk dikunjungi. Menikmati keindahan bangunan peribadatan, mengamati kegiatan pengunjung yang lalu-lalang, atau memanjatkan doa kepada Gusti Agung di tempat ibadah yang dikunjungi bisa membawa pengalaman tersendiri ketika berwisata religi.
Ada kesan tersendiri ketika melakukan wisata bertemakan religi. Suasana hening, ketenangan yang saya rasakan di dalam batin, serta suasana damai yang menyelimuti tempat ibadah yang terasa indah. Seiring perkembangan jaman, banyak tempat ibadah yang juga difungsikan sebagai tempat wisata, entah karena keunikan arsitektur bangunannya, sejarah yang melatarbelakangi adanya bangunan peribadahan tersebut, tokoh pejuang agama yang dimakamkan di sana, maupun suasana bangunan yang menarik perhatian orang untuk mengunjunginya. Sebagai salah satu pusat perdagangan internasional di masa lampau, Kota Semarang cukup kental dengan akulturasi budaya termasuk dengan keragaman agama di sana. Tak sulit menemukan tempat-tempat wisata bertemakan religi di Kota Loenpia. Salah satu lokasi wisata religi yang banyak dikunjungi wisatawan adalah Masjid Agung Jawa Tengah. Masjid yang diresmikan pada tahun 2006 ini memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Keindahan arsitektur bangunan yang dipadu dengan pemandangan alam di sekitar masjid menjadi gimmick tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke sana.
Luas, kesan pertama saya memasuki kompleks Masjid Agung Jawa Tengah yang terletak di bilangan Jalan Gajahraya, Semarang. Megah, kesan selanjutnya ketika saya menginjakkan kaki di kompleks bangunan masjid tersebut. Keunikan arstitektur bangunan Masjid Agung Jawa Tengah ini sangat terasa ketika kita memasuki bagian gerbang depan masjid. Nuansa bangunan Romawi Kuno sangat kental terasa di sini. Bangunan gerbang yang terdiri dari pilar-pilar ini dibangun menyerupai bangunan koloseum, terdiri dari 25 lengkung yang menyimbolkan 25 Nabi dalam ajaran agama Islam. Di bagian atas gerbang dihiasi dengan ornamen kaligrafi, di mana salah satu sisinya bertuliskan dua kalimat syahadat.
Bangunan utama masjid memiliki atap berbentuk limas, di mana bangunan limas merupakan bangunan tradisional rumah-rumah di Jawa. Di bagian ujung atap masjid diberi bangunan kubah lengkap dengan empat menara di tiap bagian penjuru atapnya yang melambangkan bangunan masjid Islam secara universal. Kesan megah juga semakin terlihat dengan adanya payung otomatis raksasa di bagian serambi masjid yang mengadopsi bangunan payung yang serupa di Masjid Nabawi di Kota Madinah. Hanya saja, payung elektrik ini hanya akan dibuka pada hari tertentu saja seperti perayaan Sholat Jumat, Hari Raya Idul Adha, atau Hari Raya Idul Fitri, sehingga dapat menampung lebih banyak jamaah di bagian pelataran masjid.
Semakin sore, semakin banyak pengunjung berlalu-lalang di sekitar pelataran masjid, tepatnya di lokasi sekitar serambi masjid, Lokasi ini menjadi tempat favorit para pengunjung untuk mengambil gambar Masjid Agung Jawa Tengah. Pemandangan di sekitar serambi masjid ini cukup menarik. Selain bisa mengabadikan gambar masjid dengan gerbang berbentuk pilar-pilar bak bangunan koleseum, pemandangan gunung dan bukit nun jauh di sana juga menjadi penyegar suasana di kompleks Masjid Agung Jawa Tengah ini. Hanya sayang, bangunan air mancur yang berada di tengah-tengah pelataran nampak kurang terawat. Air di kolam nampak terlihat kusam, belum lagi sampah bekas botol minuman yang dibuang oleh pengunjung yang tidak bertanggung jawab banyak berserakan di dalam kolam. Andai saja bagian kolam dan air mancur ini lebih terawat, pemandangan di kompleks masjid ini akan nampak lebih indah dan membuat nyaman pengunjung yang datang.
Sore itu mendung menggelayut di atas awan Kota Semarang. Sayang, senja yang saya nantikan tak akan datang karena sang sinar senja tertutup oleh awan kelabu yang begitu menggebu. Rasanya saya masih beruntung karena hanya awan mendung yang menggelayut di atas sana, bukan tetesan air hujan yang jatuh dari atas awan. Menjelang senja para jamaah pun satu per satu mulai memasuki masjid untuk bersiap menunaikan ibadah Magrib berjamaah. Kapasitas bangunan utama masjid dapat menampung jamaah sekitar 6.000 orang, sedangkan bagian serambi dan plasa masjid bisa menampung sekitar 10.000 orang jamaah. Di dalam bangunan utama masjid juga terdapat sebuah Al Quran raksasa yang ditulis dengan tangan. Selain itu terdapat pula sebuah bedug raksasa yang merupakan replika dari bedug raksasa yang terdapat di Purworejo.
Menara Al Husna
Usai memunaikan ibadah Magrib, seorang mengajak saya menuju Menara Al Husna yang berada di dekat plasa masjid. Menara Al Husna ini menjadi tempat yang spesial dan tidak boleh terlewatkan ketika mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah. Menara Al Husna buka setiap hari namun hanya di jam-jam tertentu saja. Bangunan 19 lantai ini menawarkan pemandangan cantik Kota Semarang dari atas ketinggian. Cukup membayar Rp 7.000,00 per orang, maka pengunjung bisa menuju lantai atas bangunan menara ini. Seorang petugas akan memandu pengunjung untuk menuju lift. Kami harus antri untuk bisa naik ke atas lift. Ada beberapa ruangan di dalam bangunan Menara Al Husna ini. Lantai dasar terdapat Studio Radio DAIS (Dakwah Islam). Lantai 2 dan 3 difungsikan sebagai Museum Kebudayaan Islam. Di lantai 18 terdapat Kafe Muslim yang bisa berputar 360 derajat dengan pemandangan Kota Semarang. Sedangkan saya memilih untuk langsung menuju lantai 19, di mana saya dapat melihat pemandangan Kota Semarang dari menara pandang.
Rasa decak kagum langsung saya rasakan ketika keluar dari lift di lantai 19. Kerlap-kerlip lampu Kota Semarang di malam hari menyajikan pengalaman yang menarik. Bak melihat cahaya kerlip bintang dari jarak yang cukup dekat. Selain pemandangan Kota Semarang, kita juga dapat melihat detail kompleks bangunan Masjid Agung Jawa Tengah dari atas ketinggian. Bangunan yang begitu luas di bawah nampak begitu kecil dari atas. Menara pandang ini juga dilengkapi dengan fasilitas teropong. Tinggal masukkan koin, maka kalian bisa menggunakan teropong ini untuk melihat pemandangan di kejauhan sana.
Sayang, saya tidak bisa berlama-lama menikmati semua keindahan yang disajikan dari menara pandang karena rombongan perjalanan sudah menanti kami di parkiran. Rasanya masih ingin berlama-lama menikmati keindahan Kota Semarang dari atas ketinggian di menara pandang. Mungkin suatu hari saya akan kembali lagi ke Semarang, menikmati pemandangan malam Kota Semarang dari menara pandang lagi barangkali.
Bangunan utama masjid memiliki atap berbentuk limas, di mana bangunan limas merupakan bangunan tradisional rumah-rumah di Jawa. Di bagian ujung atap masjid diberi bangunan kubah lengkap dengan empat menara di tiap bagian penjuru atapnya yang melambangkan bangunan masjid Islam secara universal. Kesan megah juga semakin terlihat dengan adanya payung otomatis raksasa di bagian serambi masjid yang mengadopsi bangunan payung yang serupa di Masjid Nabawi di Kota Madinah. Hanya saja, payung elektrik ini hanya akan dibuka pada hari tertentu saja seperti perayaan Sholat Jumat, Hari Raya Idul Adha, atau Hari Raya Idul Fitri, sehingga dapat menampung lebih banyak jamaah di bagian pelataran masjid.
Semakin sore, semakin banyak pengunjung berlalu-lalang di sekitar pelataran masjid, tepatnya di lokasi sekitar serambi masjid, Lokasi ini menjadi tempat favorit para pengunjung untuk mengambil gambar Masjid Agung Jawa Tengah. Pemandangan di sekitar serambi masjid ini cukup menarik. Selain bisa mengabadikan gambar masjid dengan gerbang berbentuk pilar-pilar bak bangunan koleseum, pemandangan gunung dan bukit nun jauh di sana juga menjadi penyegar suasana di kompleks Masjid Agung Jawa Tengah ini. Hanya sayang, bangunan air mancur yang berada di tengah-tengah pelataran nampak kurang terawat. Air di kolam nampak terlihat kusam, belum lagi sampah bekas botol minuman yang dibuang oleh pengunjung yang tidak bertanggung jawab banyak berserakan di dalam kolam. Andai saja bagian kolam dan air mancur ini lebih terawat, pemandangan di kompleks masjid ini akan nampak lebih indah dan membuat nyaman pengunjung yang datang.
Sore itu mendung menggelayut di atas awan Kota Semarang. Sayang, senja yang saya nantikan tak akan datang karena sang sinar senja tertutup oleh awan kelabu yang begitu menggebu. Rasanya saya masih beruntung karena hanya awan mendung yang menggelayut di atas sana, bukan tetesan air hujan yang jatuh dari atas awan. Menjelang senja para jamaah pun satu per satu mulai memasuki masjid untuk bersiap menunaikan ibadah Magrib berjamaah. Kapasitas bangunan utama masjid dapat menampung jamaah sekitar 6.000 orang, sedangkan bagian serambi dan plasa masjid bisa menampung sekitar 10.000 orang jamaah. Di dalam bangunan utama masjid juga terdapat sebuah Al Quran raksasa yang ditulis dengan tangan. Selain itu terdapat pula sebuah bedug raksasa yang merupakan replika dari bedug raksasa yang terdapat di Purworejo.
Menara Al Husna
Usai memunaikan ibadah Magrib, seorang mengajak saya menuju Menara Al Husna yang berada di dekat plasa masjid. Menara Al Husna ini menjadi tempat yang spesial dan tidak boleh terlewatkan ketika mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah. Menara Al Husna buka setiap hari namun hanya di jam-jam tertentu saja. Bangunan 19 lantai ini menawarkan pemandangan cantik Kota Semarang dari atas ketinggian. Cukup membayar Rp 7.000,00 per orang, maka pengunjung bisa menuju lantai atas bangunan menara ini. Seorang petugas akan memandu pengunjung untuk menuju lift. Kami harus antri untuk bisa naik ke atas lift. Ada beberapa ruangan di dalam bangunan Menara Al Husna ini. Lantai dasar terdapat Studio Radio DAIS (Dakwah Islam). Lantai 2 dan 3 difungsikan sebagai Museum Kebudayaan Islam. Di lantai 18 terdapat Kafe Muslim yang bisa berputar 360 derajat dengan pemandangan Kota Semarang. Sedangkan saya memilih untuk langsung menuju lantai 19, di mana saya dapat melihat pemandangan Kota Semarang dari menara pandang.
Rasa decak kagum langsung saya rasakan ketika keluar dari lift di lantai 19. Kerlap-kerlip lampu Kota Semarang di malam hari menyajikan pengalaman yang menarik. Bak melihat cahaya kerlip bintang dari jarak yang cukup dekat. Selain pemandangan Kota Semarang, kita juga dapat melihat detail kompleks bangunan Masjid Agung Jawa Tengah dari atas ketinggian. Bangunan yang begitu luas di bawah nampak begitu kecil dari atas. Menara pandang ini juga dilengkapi dengan fasilitas teropong. Tinggal masukkan koin, maka kalian bisa menggunakan teropong ini untuk melihat pemandangan di kejauhan sana.
Sayang, saya tidak bisa berlama-lama menikmati semua keindahan yang disajikan dari menara pandang karena rombongan perjalanan sudah menanti kami di parkiran. Rasanya masih ingin berlama-lama menikmati keindahan Kota Semarang dari atas ketinggian di menara pandang. Mungkin suatu hari saya akan kembali lagi ke Semarang, menikmati pemandangan malam Kota Semarang dari menara pandang lagi barangkali.
No comments:
Post a Comment