Malam mulai menjelang saat saya selesai membersihkan badan. Teman-teman seperjalanan mulai sibuk menyelesaikan pekerjaan masing-masing untuk persiapan liputan acara Ngopi Sepuluh Ewu 2017 yang akan diselenggarakan esok hari.
Oke, mumpung ada waktu luang, saya pun bergegas jalan-jalan sendirian keluar penginapan. Saya ingat ada tempat unik di Desa Kemiren yang ingin saya datangi, yaitu Pesantogan Kemangi.
Pesantogan Kemangi merupakan sebuah kafe, art shop, dan juga tourist information center yang terletak di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Namun, orang-orang lebih mengenalnya sebagai tempat nongkrong dan ngopi dengan suasana tradisional Suku Osing yang kental.
Dalam bahasa Osing, pesantogan berarti "tempat nongkrong" dan Kemangi merupakan singkatan dari "Kemiren, Banyuwangi".
Dalam bahasa Osing, pesantogan berarti "tempat nongkrong" dan Kemangi merupakan singkatan dari "Kemiren, Banyuwangi".
Akses menuju tempat ini cukup mudah. Dari arah Banyuwangi kota, tinggal arahkan saja kendaraan menuju Desa Kemiren, lalu masuk mengikuti jalan aspal halus hingga menemukan pertigaan besar. Nah, lokasi Pesantogan Kemiren ini berada di kiri jalan, tinggal lurus sedikit dari arah pertigaan jalan besar tadi.
Untuk datang ke sini, saya sarankan menggunakan kendaraan pribadi karena akses kendaraan umum cukup susah, apalagi saat malam hari.
Kedatangan saya di Pesantogan Kemiren bebarengan dengan kedatangan rombongan wisatawan sehingga membuat saya harus masuk ke dalam waiting list malam itu. Kesempatan menunggu antrian ini saya manfaatkan untuk berkeliling lokasi, melihat fasilitas dan suasana yang ditawarkan.
Untuk datang ke sini, saya sarankan menggunakan kendaraan pribadi karena akses kendaraan umum cukup susah, apalagi saat malam hari.
Kedatangan saya di Pesantogan Kemiren bebarengan dengan kedatangan rombongan wisatawan sehingga membuat saya harus masuk ke dalam waiting list malam itu. Kesempatan menunggu antrian ini saya manfaatkan untuk berkeliling lokasi, melihat fasilitas dan suasana yang ditawarkan.
Suasana Tempat
Berada di tengah perkampungan warga Suku Osing membuat Pesantogan Kemangi memiliki suasana tradisional yang terasa kental dan syahdu apalagi saat malam tiba. Oke, jangan bayangkan jika lokasi Desa Adat Suku Osing ini masih tertinggal dan belum tersentuh modernisasi.
Justru, Desa Kemiren ini tergolong cukup maju. Masyarakatnya sudah cukup modern. Aliran listrik lancar, jalanan desa sudah diaspal halus, ada warung kelontong yang cukup modern juga.
Walaupun sudah tersentuh modernisasi, mereka masih mempertahankan tradisi turun-temurun hingga sekarang. Hal ini masih terlihat dari konstruksi bangunan rumah, tata cara kehidupan, dan adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Oke, kembali ke Pesantogan Kemangi. Kafe ini memiliki tiga buah bangunan utama berupa rumah dengan arsitektur khas Suku Osing. Dua buah rumah kayu digunakan sebagai tempat nongkrong pengunjung dan satu rumah semi terbuka yang berlokasi di halaman belakang sebagai tempat pentas kesenian.
Di dekat area pintu masuk terdapat bangunan Paglak, yaitu gubug sederhana dengan ketinggain dua sampai enam meter yang terbuat dari daun bambu dengan atap daun kelapa. Paglak biasanya didirikan area persawahan. Digunakan sebagai tempat beristirahat sekaligus sebagai tempat untuk mengawasi tanaman padi dari gangguan burung.
Sayang, pada saat saya datang, di Pesantogan Kemangi sedang tidak diselenggarakan acara pentas seni. Kesenian yang biasa dipentaskan di sini cukup beragam, seperti gamelan Kemiren, Angklung Paglak, bahkan jika beruntung, ada pertunjukan Jaran Goyang atau Tari Gandrung. Menurut info yang saya dapatkan, pertunjukan seni biasa dipertontonkan saat malam Minggu saja.
Sedangkan pada hari-hari biasa, hanya diperdengarkan musik-musik tradisional khas Suku Osing dari sound sistem. Tak mengapa, tak kalah syahdu kok suasananya. Apalagi ditambah dengan penerangan lampu yang dibuat temaram.
Justru, Desa Kemiren ini tergolong cukup maju. Masyarakatnya sudah cukup modern. Aliran listrik lancar, jalanan desa sudah diaspal halus, ada warung kelontong yang cukup modern juga.
Walaupun sudah tersentuh modernisasi, mereka masih mempertahankan tradisi turun-temurun hingga sekarang. Hal ini masih terlihat dari konstruksi bangunan rumah, tata cara kehidupan, dan adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Oke, kembali ke Pesantogan Kemangi. Kafe ini memiliki tiga buah bangunan utama berupa rumah dengan arsitektur khas Suku Osing. Dua buah rumah kayu digunakan sebagai tempat nongkrong pengunjung dan satu rumah semi terbuka yang berlokasi di halaman belakang sebagai tempat pentas kesenian.
Di dekat area pintu masuk terdapat bangunan Paglak, yaitu gubug sederhana dengan ketinggain dua sampai enam meter yang terbuat dari daun bambu dengan atap daun kelapa. Paglak biasanya didirikan area persawahan. Digunakan sebagai tempat beristirahat sekaligus sebagai tempat untuk mengawasi tanaman padi dari gangguan burung.
Sayang, pada saat saya datang, di Pesantogan Kemangi sedang tidak diselenggarakan acara pentas seni. Kesenian yang biasa dipentaskan di sini cukup beragam, seperti gamelan Kemiren, Angklung Paglak, bahkan jika beruntung, ada pertunjukan Jaran Goyang atau Tari Gandrung. Menurut info yang saya dapatkan, pertunjukan seni biasa dipertontonkan saat malam Minggu saja.
Sedangkan pada hari-hari biasa, hanya diperdengarkan musik-musik tradisional khas Suku Osing dari sound sistem. Tak mengapa, tak kalah syahdu kok suasananya. Apalagi ditambah dengan penerangan lampu yang dibuat temaram.
Pilihan Menu Makanan
Saya harus menunggu kurang lebih 20 menit sebelum akhirnya mendapatkan kursi untuk duduk dan memesan makanan. Menu andalan di Pesantogan Kemiren ini tentu saja kopi dan juga makanan tradisional khas Suku Osing.
Menu pecel pitik menjadi andalan tempat ini. Pecel pitik merupakan makanan tradisional dari Suku Osing. Terbuat dari ayam kampung yang masih muda, berumur sekitar tiga bulan (kalau orang Jawa bilangnya ayam kemanggang), kemudian dibakar di tungku dengan kayu bakar secara utuh. Lalu dibumbui dengan parutan kelapa muda, sambal kacang, dan kemiri.
Pecel pitik biasanya hanya disajikan pada saat-saat tertentu saja, misalnya acara hajatan. Saking larinsnya menu ini di Pesantogan Kemangi, pembeli pun sering kehabisan lho ! Berhubung saya datangnya sudah cukup malam, saya pun kehabisan menu pecel pitik ini. Padahal saya sudah sangat penasaran untuk bisa mencicipinya :(
Sebagai gantinya, saya memesan secangkir kopi Arabica, kucur, gedhang goreng, dan jenang bedhil untuk mengobati sedikit kekecewaan. Kopi di sini boleh dibilang cukup istimewa, karena menggunakan kopi Jaran Goyang yang merupakan kopi asli produksi Desa Kemiren. Jaran Goyang sendiri merupakan brand kopi yang cukup terkenal dari Banyuwangi dan banyak diburu lho !
Saya cukup buta masalah perkopian. Bagi saya, kopi dari Desa Kemiren ini memiliki aroma yang cukup kuat, namun rasanya cukup soft, setidaknya, lambung saya masih bisa menerimanya tanpa masalah.
Jenang Bedhil
Menu selanjutnya yang saya coba adalah jenang bedhil. Lucu ya namanya ! Dilihat sekilas tekstur dan campuran bahan-bahannya mirip seperti jenang grendul di Jawa Tengah. Terbuat dari campuran tepung beras, kuah santan, dan gula aren.
Adonan tepung beras dibuat bulat-bulat dan bertekstur kenyal. Ditambah kuah santan dan gula aren membuat rasa manis dan gurih berpadu dengan pas di lidah. Apa karena bentuknya yang bulat-bulat mirip seperti amunisi senapan makanya dinamakan jenang bedhil ya? Hihi, entahlah, saya hanya menerka-nerka saja !
Oh iya, walaupun disajikan dalam mangkok kecil, tapi jenang bedhil ini terasa sangat mengeyangkan. Rasanya saya hampir menyerah saat baru menghabiskan setengah. Duh, bagaimana nasib cemilan lainnya yang saya pesan?
Kucur
Kucur atau biasa disebut kue cucur di area Jawa Tengah. Jajanan ini terbuat dari tepung beras dan tepung terigu lalu diberi gula aren. Adonan kemudian digoreng di atas wajan. Butuh keahlian khusus untuk membuat kucur karena nyala api benar-benar harus dijaga agar panas minyak stabil. Api tidak boleh terlalu besar atau kecil, karena akan mempengaruhi hasil.
Kucur memiliki cita rasa manis dengan tekstur yang lembut. Cocok disantap selagi hangat untuk teman minum kopi yang nikmat. Satu porsi berisi lima buah dengan harga yang murah. Bisa buat rame-rame lho!
Gedhang Goreng
Gedhang goreng alias pisang goreng. Rasanya cukup standar bagi lidah saya. Hanya pisang yang dilumuri tepung terigu lalu digoreng satu per satu. Oh iya, pisang goreng di sini katanya mengalami dua kali proses pemasakan, yaitu pisang kepok kuning direbus terlebih dahulu, lalu kemudian digoreng.
Selain menu-menu yang saya pesan, ada beberapa menu lain yang tak kalah enak, seperti tape buntut, serabi, kelemben, dan apem juruh kopi. Untuk makanan berat tersedia pecel pitik dan uyah asem. Selain kopi robusta dan arabika, ada juga teh hangat, jeruk hangat dsb.
Harga yang dipatok di Pesantogan Kemangi ini juga terjangkau, mulai dari Rp 5.000,00 sampai Rp 25.000,00 saja. Cukup ramah untuk isi kantong bukan? Pesantogan Kemangi bisa menjadi pilihan tempat untuk menghabiskan waktu bersama teman, keluarga, maupun sahabat saat bertandang ke Banyuwangi. Tempatnya nyaman, suasananya asyik, makanannya oke, plus menyediakan kopinya yang ciamik.
Bagaimana, tertarik mampir ke Pesantogan Kemangi saat berkunjung ke Banyuwangi?
keterangan :
Pesantogan Kemangi
Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi
Buka dari Senin, Selasa, Rabu, Jumat, Sabtu, Minggu
Hari Kamis tutup
buka dari pukul 10.00 - 22.00 WIB
WA : 0822-3127-2069
Saya harus menunggu kurang lebih 20 menit sebelum akhirnya mendapatkan kursi untuk duduk dan memesan makanan. Menu andalan di Pesantogan Kemiren ini tentu saja kopi dan juga makanan tradisional khas Suku Osing.
Menu pecel pitik menjadi andalan tempat ini. Pecel pitik merupakan makanan tradisional dari Suku Osing. Terbuat dari ayam kampung yang masih muda, berumur sekitar tiga bulan (kalau orang Jawa bilangnya ayam kemanggang), kemudian dibakar di tungku dengan kayu bakar secara utuh. Lalu dibumbui dengan parutan kelapa muda, sambal kacang, dan kemiri.
Pecel pitik biasanya hanya disajikan pada saat-saat tertentu saja, misalnya acara hajatan. Saking larinsnya menu ini di Pesantogan Kemangi, pembeli pun sering kehabisan lho ! Berhubung saya datangnya sudah cukup malam, saya pun kehabisan menu pecel pitik ini. Padahal saya sudah sangat penasaran untuk bisa mencicipinya :(
Sebagai gantinya, saya memesan secangkir kopi Arabica, kucur, gedhang goreng, dan jenang bedhil untuk mengobati sedikit kekecewaan. Kopi di sini boleh dibilang cukup istimewa, karena menggunakan kopi Jaran Goyang yang merupakan kopi asli produksi Desa Kemiren. Jaran Goyang sendiri merupakan brand kopi yang cukup terkenal dari Banyuwangi dan banyak diburu lho !
Saya cukup buta masalah perkopian. Bagi saya, kopi dari Desa Kemiren ini memiliki aroma yang cukup kuat, namun rasanya cukup soft, setidaknya, lambung saya masih bisa menerimanya tanpa masalah.
Jenang Bedhil
Menu selanjutnya yang saya coba adalah jenang bedhil. Lucu ya namanya ! Dilihat sekilas tekstur dan campuran bahan-bahannya mirip seperti jenang grendul di Jawa Tengah. Terbuat dari campuran tepung beras, kuah santan, dan gula aren.
Adonan tepung beras dibuat bulat-bulat dan bertekstur kenyal. Ditambah kuah santan dan gula aren membuat rasa manis dan gurih berpadu dengan pas di lidah. Apa karena bentuknya yang bulat-bulat mirip seperti amunisi senapan makanya dinamakan jenang bedhil ya? Hihi, entahlah, saya hanya menerka-nerka saja !
Oh iya, walaupun disajikan dalam mangkok kecil, tapi jenang bedhil ini terasa sangat mengeyangkan. Rasanya saya hampir menyerah saat baru menghabiskan setengah. Duh, bagaimana nasib cemilan lainnya yang saya pesan?
Kucur
Kucur atau biasa disebut kue cucur di area Jawa Tengah. Jajanan ini terbuat dari tepung beras dan tepung terigu lalu diberi gula aren. Adonan kemudian digoreng di atas wajan. Butuh keahlian khusus untuk membuat kucur karena nyala api benar-benar harus dijaga agar panas minyak stabil. Api tidak boleh terlalu besar atau kecil, karena akan mempengaruhi hasil.
Kucur memiliki cita rasa manis dengan tekstur yang lembut. Cocok disantap selagi hangat untuk teman minum kopi yang nikmat. Satu porsi berisi lima buah dengan harga yang murah. Bisa buat rame-rame lho!
Gedhang Goreng
Gedhang goreng alias pisang goreng. Rasanya cukup standar bagi lidah saya. Hanya pisang yang dilumuri tepung terigu lalu digoreng satu per satu. Oh iya, pisang goreng di sini katanya mengalami dua kali proses pemasakan, yaitu pisang kepok kuning direbus terlebih dahulu, lalu kemudian digoreng.
Selain menu-menu yang saya pesan, ada beberapa menu lain yang tak kalah enak, seperti tape buntut, serabi, kelemben, dan apem juruh kopi. Untuk makanan berat tersedia pecel pitik dan uyah asem. Selain kopi robusta dan arabika, ada juga teh hangat, jeruk hangat dsb.
Harga yang dipatok di Pesantogan Kemangi ini juga terjangkau, mulai dari Rp 5.000,00 sampai Rp 25.000,00 saja. Cukup ramah untuk isi kantong bukan? Pesantogan Kemangi bisa menjadi pilihan tempat untuk menghabiskan waktu bersama teman, keluarga, maupun sahabat saat bertandang ke Banyuwangi. Tempatnya nyaman, suasananya asyik, makanannya oke, plus menyediakan kopinya yang ciamik.
Bagaimana, tertarik mampir ke Pesantogan Kemangi saat berkunjung ke Banyuwangi?
keterangan :
Pesantogan Kemangi
Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi
Buka dari Senin, Selasa, Rabu, Jumat, Sabtu, Minggu
Hari Kamis tutup
buka dari pukul 10.00 - 22.00 WIB
WA : 0822-3127-2069
No comments:
Post a Comment