Monday, December 31, 2018

Berwisata Alam, Religi, dan Konservasi di Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi

Mengunjungi Alas Purwo untuk kedua kalinya membuat saya kembali bernostalgia. Suasana hutan lebat dengan deretan pepohonan rapat di sepanjang jalan seolah menyambut kedatangan saya saat memasuki area taman nasional. Ada beberapa hal yang berubah, namun suasana magis yang saya rasakan masih sama seperti kedatangan pertama pada awal tahun 2015 silam.



Awan mendung menggelayut membuat saya harap-harap cemas selama perjalanan menuju Taman Nasional Alas Purwo. Ah, masak sih kali ini harus turun hujan lagi seperti dulu?

Namun semesta sedang berbaik hati kali ini. Awan mendung dan tetesan gerimis yang sempat turun dari langit akhirnya perlahan reda, berganti dengan awan biru dan sinar mentari yang cerah.


Tapi kok, ada yang sedikit berubah ya saat memasuki area Taman Nasional Alas Purwo?

Jalur Menuju Alas Purwo Dulu dan Sekarang
Jalur masuk menuju Taman Nasional Alas Purwo sekarang sudah halus tanpa hambatan. Dahulu, untuk bisa memasuki area Taman Nasional dibutuhkan perjuangan. Hanya kendaraan jenis tertentu saja (baik roda dua dan roda empat) yang sanggup melibas jalur menuju Alas Purwo. Tentu saja, dibutuhkan driver dengan kemampuan yang lihai untuk melewati jalanan yang super rusak menuju kawasan ini.

Kondisi Jalan Menuju Taman Nasional Alas Purwo, Mei 2015
Jalan rusak berlubang penuh kubangan air yang cukup dalam saat musim penghujan menjadi tantangan tersendiri. Belum lagi jalur yang licin penuh lumpur yang membuat roda kendaraan selip membuat para pengendara harus eksta hati-hati saat memasuki Alas Purwo ini

Kini?

Jalanan yang rusak sudah diaspal halus sepanjang jalur menuju kawasan Alas Purwo ini. Tak hanya sampai area pintu masuk pengunjung saja, jalur aspal halus ini sudah sampai ke area Pantai Pancur yang menjadi titik terakhir wisatawan umum yang berkunjung ke Taman Nasional.


Bahkan, untuk ke depan, pengerjaan aspalisasi jalan juga akan diteruskan hingga menuju Pantai Plengkung. Pantai ini menjadi destinasi unggulan bagi para peselancar dunia yang datang ke Banyuwangi, terutama bagi mereka yang tertantang untuk mencoba grade ombaknya.

Pilihan Wisata di Taman Nasional Alas Purwo
Walaupun berstatus sebagai Taman Nasional, beberapa bagian di kawasan Alas Purwo dibuka untuk kegiatan pariwisata dan juga keagamaan. Ada beberapa alternatif pilihan lokasi wisata yang bisa disambangi ketika berpetualang di Taman Nasional Alas Purwo ini, antara lain adalah :

1. Gapura Selamat Datang dan Lorong Hutan
Entah mengapa spot gapura selamat datang yang terlatak tak jauh dari loket pembelian tiket masuk Taman Nasional Alas Purwo ini menjadi salah satu lokasi favorit untuk berfoto bagi wisatawan yang datang memasuki area taman nasional ini. Boleh dikata, lokasi ini menjadi salah satu landmark dari Alas Purwo.

Kondisi Gerbang Masuk Taman Nasional Alas Purwo, Mei 2015

Belum sah rasanya jika berkunjung ke Alas Purwo tidak berfoto di depan gapura selamat datang ini. Oh iya, bagi saya, hal yang menarik di gerbang ini adalah adanya patung burung merak yang terlihat ikonik di bagian tengah gapura (di bagian atas) dengan latar belakang pemandangan lorong hutan lebat yang nampak magis saat suasana sepi.

Selain di gapura selamat datang, area lorong hutan yang terletak di sepanjang jalur masuk setelah loket pembelian tiket juga menjadi spot favorit para wisatawan untuk berfoto ria. Deretan hutan lebat dengan dedaunan cokelat yang berguguran di tanah menawarkan pemandangan yang menarik. Bak musim gugur di negara yang memiliki empat musim.


Tak hanya disambangi para wisatawan, pada saat saya datang, area ini juga dipenuhi siswa-siswi dari sekolah yang ada di Banyuwangi yang sedang membuat foto untuk buku tahunan dengan latar belakang lorong hutan. Bahkan ada pula pasangan yang melangsungkan foto pre-wedding di sana.

Oh iya, kalau ingin berfoto-foto ria di lorong hutan ini jangan lupa lihat kondisi jalan ya. Soalnya lokasi ini cukup ramai oleh lalu-lalang kendaraan pengunjung yang datang. Takutnya kalau meleng sedikit aja, yang ada malah ditabrak kendaraan yang lewat, bukannya malah senang-senang menikmati suasana sambil mengabadikan momen dengan kamera!

2. Pura Giri Salaka dan Situs Kawitan
Di Taman Nasional Alas Purwo memiliki pura tempat peribadatan umat Hindu. Lokasi pura ini tak jauh dari pos penarikan retribusi pengunjung. Banyak umat yang berdatangan untuk bersembahyang di pura ini, baik dari Banyuwangi bahkan juga dari Pulau Bali. Salah satu upacara yang terkenal diadakan di pura ini adalah Perayaan Pager Wesi yang diadakan setiap 210 hari sekali.


3. Savana Sadengan
Savana Sadengan adalah salah satu lokasi yang wajib dikunjungi ketika berpetualang di kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Sadengan merupakan savana yang terbentuk semi alami, diperuntukkan untuk habitat satwa-satwa yang ada di dalam area taman nasional.


Beberapa satwa yang bisa diamati di kawasan Savana Sadengan antara lain adalah banteng jawa (Bos javanicus), rusa, babi hutan, burung merak, bangau tongtong. Bahkan jika kalian beruntung, kalian bisa menemukan ajag (anjing hutan). Oh iya, jenis banteng jawa di Alas Purwo ini sejenis dengan banteng yang ada di Baluran.


Populasi banteng jawa di alam liar konon sudah hampir mendekati kepunahan. Tapi, di Savana Sadengan ini kalian masih dapat melihat mereka hidup bebas berkeliaran di area savana. Oh iya, waktu terbaik untuk melihat satwa-satwa ini bebas berkeliaran adalah saat pagi dan sore tiba. Pada siang hari biasanya mereka masuk ke dalam hutan untuk mencari tempat berteduh.


Fasilitas di sekitar Savana Sadengan tergolong lengkap. Ada menara pandang untuk mengamati satwa, fasilitas meja dan kursi untuk bersantai pengunjung sambil menikmati suasana savana, bahkan toilet pun lengkap tersedia.


Oh iya, di sekitara Savana Sadengan ini sengaja di bangun pagar pembatas yang mengelilingi area. Selain demi menjaga satwa, pagar pembatas ini juga difungsikan untuk menjaga keselamatan pengunjung yang ada di sana.

Kalau pinter ambil angle foto, hasilnya ciamik deh. Serasa sedang liburan di luar negeri! Hehehe..

4. Pantai Triangulasi
Tak jauh dari kawasan Savana Sadengan, terdapat Pantai Triangulasi. Pantai ini menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Alas Purwo, terutama rombongan komunitas yang sedang mengadakan kegiatan gathering.


Pantai ini memiliki pasir putih yang halus dan bentangan garis pantai yang cukup panjang. Ada lapangan dan pendopo untuk berkumpul dan bermain. Di sekitar pantai juga terdapat pepohonan yang rindang untuk tempat berteduh.

Banyak wisatawan yang menghabiskan waktunya di area Pantai Triangulasi ini. Duduk bersantai menikmati suasana. Ada pula yang bermain bola atau berlarian di tepi pantai. Oh iya, wisatawan tidak disarankan ya untuk mandi di pantai ini karena ombaknya cukup berbahaya !


Oh, iya, di pantai ini juga terdapat pedagang makanan dan minuman juga, terutama pada saat akhir pekan tiba.

Di dekat area Pantai Triangulasi ini juga terdapat bangunan yang ke depannya akan digunakan sebagai tempat penginapan yang akan dikelola oleh Taman Nasional. Tapi belum tau kapan peresmiaannya.

5. Pantai Pancur
Boleh dikata, Pantai Pancur adalah titik pemberhentian terakhir bagi wisatawan umum yang berkunjung di dalam area Taman Nasional Alas Purwo. Selain ada pantai berpasir putih, di area ini juga disediakan camping ground  bagi para pengunjung yang ingin menginap dan mendirikan tenda.


Fasilitas di Panta Pancur juga tergolong komplit. Ada toilet, warung makan, dan juga mushola untuk tempat beribadah. Oh iya, pos Pantai Pancur ini adalah pos awal bagi para wisatawan yang ingin melanjutkan perjalanan menuju Pantai Plengkung atau yang lebih popler disebut dengan G-Land.

Untuk menuju G-Land, para wisatawan diwajibkan menggunakan kendaraan dengan gardan khusus yang sudah disediakan oleh pihak pengelola. Biaya sewa per-mobilnya sekitar Rp 250.000,00 PP yang bisa diisi 6-8 orang.

Ada apa saja sih di Pantai Pancur ini?

Oh iya, konon penamaan Pantai Pancur sendiri dikarenakan di dekat pantai ini ada mata air tawar yang mengalir bak pancuran menuju arah pantai. Mata airnya sendiri tak terlalu besar, malah sekilas terlihat seperti saluran air biasa.


Pantai Pancur menawarkan keunikan berupa pantai pasir putih dengan bebatuan karang, perpaduan air laut yang berwarna hijau tosca dan kebiruan, dengan ombak yang relatif lebih tenang dibanding dengan Pantai Triangulasi.


Sebelum turun ke Pantai Pancur, saya diajak Mas Alan untuk menuju sebuah tempat yang digunakan sebagai salah satu pengamatan titik Hilal di Indonesia. Kami berjalan dari pos pantau Pancur memasuki semak belukar yang mengarah ke sebuah bangunan mirip pendopo.

Di sekitar bangunan pendopo inilah kita dapat melihat sebuah bukit kecil yang menghadap langsung ke lautan lepas. Nah, di sinilah biasanya  pengamatan titik hilal dilakukan oleh pemerintah melalui lembaga yang bersangkutan.

Keunikan lain dari pantai ini adalah adanya tebing-tebing menjulang yang bisa kalian daki, pantai pasir berwarna putih, dan batuan karang berwarna hitam di sekitaran pantai. Di sela bebatuan karang ini kalian bisa menangkap ikan-ikan kecil yang terperangkap di sana. Bahkan jika beruntung, kalian bisa menangkap umang-umang (kelomang) yang hidup bebas di sekitaran pantai.


Oh iya, di sekitar Pantai Pancur ini memiliki pasir putih yang teksturnya unik, mirip seperti lada. Bulat-bulat kecil berwarna putih gading. Selain teksturnya seperti lada, ada pula pasir pantai yang berwarna agak pink yang berasal dari serpihan karang dan kerang yang terkena ombak.

Ah, untung saja lokasi pantai ini berada di bawah Taman Nasional, sehingga keberadaan pasir pantai ini masih aman dari kegiatan penambangan. Coba jika lokasinya bukan berada di bawah pengelolaan Taman Nasional, mungkin saja pasir pantai ini sudah ditambang dan dijadikan souvenir dan bahan penghias perabot ruangan barangkali.

Menurut penuturan Mas Alan, Pantai Pancur ini adalah salah satu spot terbaik untuk menanti matahari tenggelam (sunset) di Taman Nasional Alas Purwo lho !

6. Pantai Plengkung (G-Land)
Pantai Plengkung adalah salah satu obyek wisata terkenal yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Pesonanya pun tersohor hingga ke turis manca negara. Daya tarik utama dari Pantai Plengkung adalah grade ombaknya yang tergolong menantang untuk olahraga selancar (surfing).


Diperlukan kendaraan khusus untuk menuju Pantai Plengkung. Dari pos Pancur, pengunjung dapat menggunakan jasa persewaan kendaraan gardan khusus yang disediakan oleh pihak pengelola. Biaya yang harus dikeluarkan sekitar Rp 250.000,- per-mobil untuk rute pulang pergi. Satu buah mobil dapat memuat 5-6 orang penumpang. Menurut saya cukup terjangkau sih jika dihitung secara share cost.

Rute menuju Pantai Plengkung cukup menantang. Kita diajak melewati hamparan hutan yang masih lebat dengan medan jalan yang masih terasa off road yang kadang naik-turun sehingga cukup menguji adrenalin saat berjalan menuju kawasan Pantai Plengkung ini.


Selain grade ombak yang menantang bagi para peselancar, daya tarik dari Pantai Plengkung bagi saya adalah suasananya yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk pengunjung. Pantai Plengkung memang terkesan cukup eksklusif karena untuk menuju tempat ini pengunjung harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menyewa mobil khusus yang disediakan oleh pegelola.

Adanya kebijakan penggunaan kendaraan khusus dari pihak pengelola untuk menuju Pantai Plengkung ini bagi saya cukup memberikan dampak yang positif. Lalu-lalang kendaraan bisa dihitung dengan jari sehingga dapat menjaga kualitas udara di kawasan ini. Selain itu, ekosistem hutan juga dapat lebih terjaga karena pengunjung tidak bisa seenaknya masuk ke area di sekitaran pantai ini.


Oh iya, Pantai Plengkung boleh dikata sudah lazim disebut sebagai salah satu destinasi wisata bertaraf internasional. Sudah terdapat beberapa surf camp yang bisa kalian jadikan lokasi untuk menginap jika berminat untuk bermalam di area ini. Salah satu yang cukup terkenal sih Joyo's Surf Camp. Pengelola surf camp pun menerapkan konsep eco-friendly untuk mengelola bisnis mereka agar dapat selaras dan menjaga kelestarian lingkungan di kawasan Pantai Plengkung ini.

Di saat musim ombak kurang bagus seperti sekitaran bulan November, Pantai Plengkung boleh dikata cukup sepi dari kunjungan wisatawan asing. Di saat ombak kurang bagus untuk kegiatan surfing, para wisatawan asing ini lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk bersantai ria di tepi pantai. Ada pula yang menghabiskan waktu untuk memancing ikan di sekitaran G-Land ini.

Oh iya, bagi pengunjung biasa, mereka dapat menghabiskan waktu di Pantai Plengkung ini untuk jalan-jalan menyusuri bibir pantai. Kegiatan leyeh-leyeh sambil menikmati semilir angin pun juga bisa dilakukan. Apalagi pantai ini tergolong cukup sepi dan nyaman untuk beristirahat.

Oh iya, ada fasilitas warung makan juga di dekat landasan pacu. Jadi, saat kalian mampir ke G-Land tak perlu khawatir kelaparan atau kehausan. Eh, tapi kalau mau menghemat biaya, sebaiknya persiapkan bekal dari rumah sih, hehehe !


Berwisata ke Taman Nasional Alas Purwo memberikan pengalaman yang menarik bagi saya. Di sini kita dapat menikmati lebatnya pepohonan di dalam hutan, mengamati aneka macam satwa yang hidup liar di alam bebas, menikmati keindahan pantai serta menghirup udara yang relatif bersih dan segar, serta tak lupa wisata spiritual yang menenangkan pikiran.

Tak hanya sekedar menikmati keindahan alam, berwisata di kawasan Taman Nasional Alas Purwo juga dapat menambah pengetahuan. Misalnya saja saat kita berada di kawasan Sadengan. Tak hanya sekedar melihat-lihat banteng liar saja. Kita juga dapat belajar tentang konservasi alam dan lingkungan.

Saya berharap, setelah berkunjung ke Taman Nasional Alas Purwo kita semakin sadar untuk dapat merawat dan menjaga alam sekitar. Cara paling sederhana adalah dengan tidak membuang sampah dengan sembarangan sehingga dapat mengotori lingkungan misal.

Ah, selalu ada hal seru saat kita menjelajahi alam sekitar. Semoga keberadaan Taman Nasional Alas Purwo selalu terjaga, lingkungannya selalu lestari, walaupun jumlah kunjungan wisatawan kian hari kian bertambah karena perbaikan fasilitas dan sarana prasarana yang semakin memadai.

Keterangan :
Untuk menuju Taman Nasional Alas Purwo diperlukan waktu tempuh kurang lebih selama dua jam perjalanan dari Banyuwangi Kota.

Akses untuk menuju Taman Nasional Alas Purwo sudah sangat baik. Jalan aspal halus dan papan petunjuk jalan cukup jelas sepanjang perjalanan menuju kemari.

Lebih baik bawa kendaraan sendiri (motor atau mobil) karena akses kendaraan umum masih sangat minim untuk ke sini. Selain itu, membawa kendaraan sendiri juga lebih memudahkan akses untuk menuju area taman nasional dan sekitarnya.

5 comments:

  1. Kalo jalan dah mulus turis akan semakin senang berkunjung yah. Pasir pantainya keren.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bang, pas saya datang kemarin pengunjungnya cukup banyak, didominasi oleh rombongan muda-mudi dan keluarga (mengkin pengharuh pas weekend juga), akses ke Alas Purwo sekarang sudah oke banget sih dibanding dulu, waktu tempuhnya juga jadi lebih cepat pas menyusuri area di dalam Taman Nasional yang dibuka untuk kegiatan wisata

      Delete
    2. Sayangnya jauh dari kota saya tinggal. Seru tuh bisa ngajak anak2 ke sana. Menaranya bisa dinaiki pengunjung yah ?

      Delete
    3. bisa kok bang, pengunjung bebas naik ke atas menara pandang untuk mengamati satwa yang ada di Savana, saran aja sih kalau ke Savana lebih baik datang ke sini pagi atau sore karena satwa-satwa sedang berkumpul di sekitaran padang rumput

      Delete

Disclaimer

all photos and articles in this blog copyright by Andika Hermawan
if you want to use any photos and articles in this blog please contact me for further information
feel free to ask me :)

another social media account :
twitter @andikaawan
instagram @andikaawan
email : dikahermawandika@yahoo.com