Friday, June 3, 2016

#KelasHeritage : Berkenalan Lebih Dekat Dengan Candi Borobudur

Siapa yang tak mengenal Candi Borobudur? Candi Budha terbesar di dunia ini sangat tersohor keberadaannya, baik di Indonesia maupun di mancanegara. Kemegahan bangunan, keindahan relief dan arcanya, serta keluhuran nilai seni dan sejarahnya menjadikan Candi Borobudur ini ditetapkan sebagai salah satu Situs Warisan Dunia (World Heritage) oleh UNESCO. Keberadaan Candi Borobudur juga tak lepas dengan kegiatan pariwisata. Bahkan, Candi Borobudur banyak dijadikan sebagai salah satu tempat wajib yang harus dikunjungi ketika berwisata di Indonesia, khususnya bagi wisatawan yang sedang singgah di Kota Jogja dan sekitarnya. Secara administratif, Candi Borobudur terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Namun banyak orang yang salah kaprah mengira Candi Borobudur berada di wilayah Yogyakarta karena lokasinya yang tergolong dekat dengan Kota Gudeg ini. Saya sudah beberapa kali mengunjungi Borobudur. Sekedar bertamasya, mengambil gambar dengan kamera, dan juga melakukan penelitian sosial di kawasan wisata Candi Borobudur ini ketika duduk di bangku perkuliahan dulu.


Namun, semenjak saya mengikuti acara #KelasHeritage yang diadakan oleh Komunitas Yogyakarta Night At The Museum kemarin (29/5), saya mulai sadar dan mempelajari banyak hal tentang Candi Borobudur sendiri. Bahwasanya candi bukan hanya sekedar tempat monumental yang digunakan untuk tamasya atau berfoto semata, melainkan juga sebagai tempat ibadah pemeluk agama Budha dan yang paling penting sebagai generasi muda adalah kita harus belajar bagaimana menjaga dan melestarikan keberadaan candi ini sebagai sebuah warisan budaya untuk generasi anak cucu kita kelak.


Berdasarkan pemaparan Balai Konservasi Borobudur, jumlah kunjungan wisatawan di Borobudur per harinya bisa mencapai 4.000 sampai 10.000 orang. Belum lagi ketika liburan tiba, terutama saat libur Lebaran, jumlah pengunjung bisa meningkat hingga 50.000 orang pengunjung per harinya. Meningkatnya jumlah pengunjung ini cukup dikhawatirkan oleh Balai Konservasi Borobudur karena bisa merusak kondisi candi. Peningkatan jumlah pengunjung mengakibatkan jumlah beban yang ditanggung candi semakin berat. Peningkatan beban ini mengakibatkan struktur pondasi candi mengalami amblas. Struktur Candi Borobudur ini berada di sebuah bukit, bukan pondasi batu sepenuhnya seperti yang ada di Candi Prambanan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Balai Konservasi Borobudur untuk menjaga kelestarian candi. Jika kalian amati, anak tangga batu yang sering dilewati wisatawan sekarang sudah diberi lapisan kayu. Ada pula di beberapa anak tangga sudah dilapisi karpet khusus yang terbuat dari karet di mana sekilas warna dan strukturnya seperti batuan, namun jika kalian melewatinya, maka perbedaan struktur bantalan karet tersebut akan terasa.


Keberadaan Candi Borobudur memang tidak bisa dilepaskan dari kegiatan pariwisata. Sebagai pengunjung, sudah seharusnya kita mematuhi peraturan-peraturan ketika berkunjung ke kompleks candi. Tidak duduk atau naik di bangunan candi, tidak menumpahkan minuman, atau tidak memegang arca dan relief di candi karena cairan keringat yang dihasilkan oleh tubuh kita secara perlahan dapat merusak struktur batuan candi karena kandungan zat-zat tertentu yang dihasilkan oleh keringat kita. Selain pemaparan mengenai ancaman-ancaman apa saja yang dapat merusak candi, para peserta juga diajak melakukan simulasi langsung bagaimana cara merawat Candi Borobudur ini.


Dalam acara #KelasHeritage yang diadakan pada Minggu, 29 Mei 2016 lalu, para peserta diajarkan bagaimana merawat Candi Borobudur. Para peserta diajak melakukan simulasi pembersihan candi dari lumut-lumut yang menempel di dinding batu dan arca candi. Secara garis besar ada dua cara untuk membersihkan dinding candi, yaitu dengan cara basah dan cara kering. Dalam simulasi kali ini, para peserta diajak untuk membersihkan candi menggunakan cara kering. Alat-alat yang digunakan antara lain sapu lidi dan sikat sabut kelapa. Setelah dibagikan alat, para peserta pun langsung diajak menuju Candi Borobudur untuk melakukan praktik langsung pembersihan candi. Kami dipandu oleh salah satu pegawai Balai Konservasi Borobudur untuk mendampingi acara #KelasHeritage pagi itu. Beliau memberikan penjelasan bagaimana cara membersihkan lumut-lumut yang menempel pada dinding candi menggunakan alat-alat yang telah dibagian sebelumnya




Menyikat dinding candi harus mengikuti alur dari bebatuan candi itu sendiri. Menyikatnya pun harus dilakukan dengan perlahan agar tidak mengikis batuan candi. Untuk lumut-lumut yang menyempil di pori-pori bebatuan candi, kita harus menggunakan satu batang lidi untuk mencongkel lumut tersebut. Bagian yang perlu kehati-hatian lebih saat membersihkan candi adalah bagian relief agar tidak menggores atau mematahkan ukiran halus pada relief itu sendiri. Proses pembersihan candi membutuhkan energi ekstra dengan tingkat kesabaran yang sangat tinggi. Setiap harinya petugas dari Balai Konservasi Borobudur ini melakukan pembersihan candi secara rutin, berpindah dari satu sisi ke sisi lain candi. Saya tidak bisa membayangkan jika musim penghujan tiba, pertumbuhan lumut menjadi lebih cepat, beban kerja petugas Balai Konservasi sudah pasti juga meningkat.


Relief Karmawibangga, bagian ini menceritakan kumpulan orang-orang yang suka bergunjing
Usai melakukan kegiatan pembersihan candi, para peserta kemudian diajak berkeliling ke Candi Borobudur untuk mengenal lebih dalam tentang relief-relef yang ada di candi ini. Spot pertama yang kami kunjungi adalah relief Karmawibangga yang terletak di tingkatan Kamadatu. Relief ini menggambarkan hukum sebab akibat dan gambaran manusia yang masih terikat oleh nafsu duniawi. Relief ini terletak di bagian dasar (pondasi) bangunan candi. Sayang, tidak semua relief dibuka karena jika dibuka semua, dikhawatirkan akan merusak bangunan candi karena lokasinya yang berada di bagian pondasi.



Kami kemudian diajak menuju tingkatan Rupadhatu dan Arupadhatu. Mas Bambang, salah seorang petugas dari Balai Konservasi Borobudur menceritakan relief yang berkisah tentang kelinci dan bulan. Beralih ke tingkatan berikutnya, Mas Bambang melanjutkan cerita relief tentang kisah kelahiran Sang Budha. Hingga pada akhirnya langkah kaki kami tiba di bagian puncak Borobudur yang berisi banyak stupa. Para peserta kemudian diberi waktu bebas untuk berkeliling di area stupa Candi Borobudur yang merupakan tingkatan Arupadhatu. Usai berkeliling candi, perjalanan kami berlanjut menuju Kantor Balai Konservasi Borobudur. Kami semua diajak menuju bagian Studi Sejarah Restorasi Candi Borobudur. Di dalam ruangan ini banyak disajikan cerita-cerita mengenai penemuan Candi Borobudur hingga proses pemugarannya, baik pada masa Pemerintahan Belanda, hingga jaman setelah kemerdekaan tiba. Ruangan ini juga memamerkan alat-alat yang digunakan dalam porses pemugaran Candi Borobudur, termasuk ada juga  sebuah ruang khusus yang menyimpan beberapa arca kepala Budha dengan berbagai ekspresi wajah disimpan dan sampai sekarang masih dilakukan penelitian untuk mencocokan potongan kepala arca tersebut ke tubuhnya.



Candi Borobudur tidak hanya berfungsi sebagai tempat wisata semata. Lebih dari itu, keberadaan Candi Borobudur merupakan sebuah mahakarya dan juga cagar budaya yang harus tetap kita jaga keberadaannya. Sudah selayaknya sebagai generasi penerus, kita harus mulau belajar menjadi wisatawan yang bertanggung jawab ketika mengunjungi sebuah lokasi wisata. Menaati peraturan di lokasi wisata, tidak membuang sampah sembarangan, dan tidak melakukan kegiatan mencorat-coret di lokasi wisata yang kita kunjungi misalnya, adalah sebagian kecil perilaku bertanggung jawab yang bisa kita terapkan. Candi Borobudur sebagai salah satu situs warisan dunia masih membutuhkan keperdulian dan perhatian dari kita semua. Merawat peninggalan nenek moyang berarti kita juga merawat masa depan. Kita semua pasti berharap jika Candi Borobudur masih kokoh berdiri sampai ratusan bahkan ribuan tahun ke depan bukan?

keterangan :
Jika kalian berminat untuk ikut acara #KelasHeritage, silahkan follow akun twitter Komunitas Yogyakarta Night at The Museum di @malamuseum untuk mengetahui kegiatan #KelasHeritage yang diadakan oleh komunitas ini.

19 comments:

  1. Emang keren kok bisa ikutan kelas heritage kali itu.
    Besok kalau ada lagi kabar kabar ya mas :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. oke siap, nanti aku mention ke twitter ya kalau ada kelas heritage lagi :)

      Delete
  2. Replies
    1. follow saja twitter @malamuseum ya untuk acara #KelasHeritage selanjutnya :)

      Delete
  3. Bagus banyak keindahan dan kesenian tradisional

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kak, jangan lupa untuk kunjungi, lindungi, lestarikan !

      Delete
  4. Cool kak, jd lebiiih paham hehee..
    Skalian nih invite yaa.. yuk gabung https://invite.cashtree.id/110bf7

    ReplyDelete
  5. Verry good, care dan membangun peninggalan leluhur bangsa Indonesia.

    ReplyDelete
  6. Verry good, care dan membangun peninggalan leluhur bangsa Indonesia.

    ReplyDelete
  7. Ccandi borobudur bukan di kawasan jogja,,tp dah masuk kawasan magelang ya!!!!

    ReplyDelete
  8. Borobudur bukan kawasan jogja tp magelang

    ReplyDelete

Disclaimer

all photos and articles in this blog copyright by Andika Hermawan
if you want to use any photos and articles in this blog please contact me for further information
feel free to ask me :)

another social media account :
twitter @andikaawan
instagram @andikaawan
email : dikahermawandika@yahoo.com