Saturday, May 28, 2011

Jalan-Jalan Galau di Malioboro

Mungkin ketika membaca judul postingan ini membuat geli. Ya tapi namanya juga manusia juga pada saat-saat tertentu merasakan jenuh, bosan, dan bingung mau ngapain, ke mana atau lainnya. Seperti pada suatu malam ketika saya sedang jenuh dengan suasana kost, jenuh dengan rutinitas sehari-hari, penat dengan laptop dan tugas-tugas kuliah yang mulai bejibun. Untuk menghilangkan kejenuhan akhirnya saya putuskan untuk mengendarai motor saya menuju kawasan Malioboro, salah satu landmark kota Yogyakarta. Setelah saya memarkir motor di salah satu sudut jalan, saya lanjutkan menusuri jalanan Malioboro dengan jalan kaki, karena memang lebih menyenangkan menyusuri Malioboro dengan jalan kaki.


Saya mulai menyusuri jalan di Malioboro dari ujung utara, dekat dengan stasiun Tugu. Ramai juga di lokasi ini karena banyak orang yang berfoto ria di bawah tulisan "Jalan Malioboro". Ketika saya sedang asyik mengambil gambar hampir saja saya "dicium" oleh kuda yang sedang menarik andong. Ya ternyata saya sedang berdiri di jalur andong, sontak orang-orang yang sedang berkumpul tertawa terbahak-bahak, tapi saya sih cuek saja dan mencoba untuk stay calm.

Lanjut menyusuri jalan, terlihat suasana mulai sepi, saya melihat arloji ternyata sudah menunjukkan pukul 21.00, pantas saja jajaran toko-toko sudah mulai tutup dan para pedagang mulai mengemasi barang dagangan mereka. Di sekitaran Sosrowijayan  beberapa bule muali berlalu-lalang, yak Sosrowijayan adalah salah satu tempat yang dijadikan penginapan bagi para backpacker karena di daerah sini banyak hotel-hotel dengan harga terjangkau serta lokasinya yang strategis. Saya berhenti di salah satu sudut jalan dan menikmati lampu-lampu yang menghiasi Malioboro Mall.


Setelah mengambil beberapa gambar Malioboro Mall, saya lanjut menyusuri jalan menuju arah selatan. Di sepanjang jalan masih saja ramai pengunjung yang berlalu-lalang menikmati suasana malam di Malioboro. Banyak kumpulan orang-orang yang nongkrong bersama teman-teman mereka, sekedar berfoto narsis, atau menikmati kuliner yang berjajar di kawasan Malioboro.



Walaupun sudah malam ternyata masih banyak juga andong yang berjajar menunggu penumpang. Masih banyak juga tukang becak yang menjajakan jasanya untuk mengantarkan penumpang. Hmmm suasana yang Jogja banget. Akhirnya tidak terasa kaki ini sampai juga di depan Pasar Bringharjo yang terkenal dengan batiknya. Pada malam hari di depan pasar ini banyak pedagang yang menjajakan kuliner. Ada yang menjual klepon, gethuk, lumpia, gudeg, ada juga angkringan dan wedang ronde.


Dari depan Pasar Beringharjo perjalanan saya akhiri karena memang saya tidak berminat ke KM 0 karena terlalu ramai di wilayah ini. Saya kembali menuju parkiran Malioboro Mall untuk mengambil motor yang saya parkirkan. Sepanjang jalan kembali banyak juga orang-orang yang berwisata kuliner. Ada hal yang membuat hati saya jadi bagaimana gitu, bukan karena ngiler lihat makanan yang dijajakan oleh pedagangan, tapi ada sekumpulan musisi jalanan yang menyanyikan lagu "Yogyakarta" nya Kla Project. Ah suatu saat nanti saya akan merindukan sekali suasana seperti ini.

Thursday, May 26, 2011

Museum Affandi, Museum Sang Maestro Seni Lukis




Bertepatan pada tanggal 23 Mei kemarin Museum Affandi free enter bagi pengunjung dalam memperingati hari wafatnya Affandi, sang maestro seni lukis. Saya juga baru dapat infonya malam sebelumnya, dan tak mau berpikir panjang lagi saya harus mengunjungi museum tersebut, ya kapan lagi bisa masuk gratis menikmati tempat wisata yang satu ini. Awalnya saya sudah mengajak teman-teman kampus, tapi sepertinya tak ada yang tertarik, atau mungkin bagi mereka itu hanya buang-buang waktu saja, entahlah, jalan sendirian pun tak masalah bagi saya. Oke setelah kelas selesai sekitar pukul 11.30 saya langsung menggeber motor ke lokasi.


Museum Affandi terletak di Jalan Laksda Adisucipto 167, jalan utama yang menghubungkan kota Yogyakarta dan Solo, di tepi barat sungai Gajahwong, atau tepatnya sekarang di depan kampus UIN Sunan Kalijaga. Kompleks bangunan Museum Affandi menurut saya sangat unik, perpaduan bangunan-bangunan unik yang dulunya adalah kediaman tempat tinggal Affandi dan keluarganya, dikelilingi balkon-balkon yang dibangun menjulang cukup tinggi dan dikelilingi oleh rimbunnya pepohonan, tampak asri ketika memasuki kompleks museum ini. Untuk museumnya sendiri terdapat tiga ruang galeri yang masing-masing adalah ruang galeri I, galeri II, dan galeri III. Selain galeriyang berisi lukisan, terdapat juga Studio Gajah Wong, Cafe Loteng untuk tempat sejenak beristirahat, mushola untuk tempat beribadah, dan juga kompleks rumah kediaman Affandi sendiri. Bangunan di kompleks museum ini sangat unik, terdapat taman dan pohon-pohon dan semak belukar yang rimbun.




Masuk ke dalam ruang galeri I sekaligus sebagai tempat informasi, dipamerkan koleksi asli dari karya-karya Affandi selama masih hidup. Di bangian ujung ruangan ini terdapat koleksi mobil kesayangan Affandi selama masih hidup, yaitu mobil Colt Gallant tahun 1976 yang dimodifikasi menyeruapi bentuk ikan. Selain itu ada pula sepeda onthel yang dipajang bersebelahan dengan mobil tersebut. Hasil karya yang dipajang adalah dua buah patung potret diri Affandi yang terbuat dari tanah liat dan semen serta sebuah reproduksi patung karyanya berupa potret diri bersama putrinya, Kartika. Sebenarnya pada awal saya minta izin untuk motret, tapi ga diperbolehkan, lalu pas ganti penjaga saya mulai ngomong lagi pengen motret ruangannya untuk bahan blog untung saya mendapatkan izin.



Lanjut memasuki ruang galeri II di sini dipamerkan beberapa lukisan hasil karya teman dan kolega dari Affandi. Menurut saya lukisannya sedikit bertema abstrak, tapi indah untuk dinikmati. Di ruangan ini terdapat dua lantai, lantai I digunakan untuk ruang pamer lukisan dan lantai II digunakan untuk staf yang bekerja di museum, entah untuk apa saya tidak mengerti.



Lalu memasuki ruang galeri III, di sini dipajang lukisan-lukisan yang untuk dilelang kepada masyarakat umum yang berminat membeli lukisan-lukisan. Harga lukisannya pun sangat beragam, namun seingat saya harga yang paling fantastis (menurut saya) adalah lukisan dengan bandrolan harga Rp 400.000.000,00. Untuk membuktikan lukisan tersebut dijual dengan harga tersebut berkali-kali saya harus memicingkan mata dan membenarkan letak kacamata saya.




Setelah selesai mengunjungi ketiga galeri yang ada di museum ini, ruang selanjutnya yang saya kunjungi adalah Studio Gajah Wong yang terletak di bagian bawah, dekat dengan Kali Gajahwong, di mana sekarang studio ini digunakan untuk sanggar belajar melukis. Studio Gajah Wong dibagi menjadi dua, yaitu studio Gajah Wong I dan Studio Gajah Wong II. Studio Gajah Wong I digunakan sebagai galeri untuk menampilkan hasil karya lukisan, dan Studio Gajah Wong II digunakan sebagai tempat kursus melukis, bangunannya dibuat semi outdoor. Di depan Studio Gajah Wong I terdapat sebuah kolam renang kecil yang dulu digunakan oleh Affandi berkumpul dengan anak dan cucu-cucunya.


Selesai berkeliling saya sempatkan naik ke atas, menaiki tangga lewat Studio Gajah Wong II, dari sini pemandangan bangunan Museum Affandi terlihat sangat jelas. Bangunannya unik dan menarik.


Setelah puas berkeliling Museum Affandi, Anda bisa sejenak beristirahat di Cafe Loteng yang berada di kompleks museum ini. Cafe ini juga memiliki bangunan yang sama uniknya seperti bangunan-bangunan lain di dalam kompleks museum ini. Museum Affandi buka setiap hari dari pukul 09.00 sampai dengan 16.00. Tutup pada hari libur nasional kecuali dengan permintaan khusus. Tiket masuk sebesar Rp 20.000,00 per orang.

Saturday, May 21, 2011

Indahnya Siluet Merapi


Ada sekelumit kisah kecil setelah saya mengantarkan teman saya menuju Stasiun Tugu untuk mempersiapkan keberangkatannya ke kampung halaman tercinta. Kamis, 3 Maret 2011, pagi hari yang cerah, dengan awan biru yang menyelimuti Kota Yogyakarta pagi itu. Dari kejauhan pemanadangan Gunung Merapi tampak membentang dengan gagahnya. Setelah selesai mengantar kepergian teman saya di Stasiun Tugu, motor saya arahkan menuju sekitaran Kali Code di daerah Kota Baru untuk memotret beberapa foto Merapi di pagi itu.


Tak puas dengan view yang disuguhkan di sekitaran Kali Code, motor kembali saya pacu menuju jembatan baru di daerah Pogung yang menghubungkan Pogung dengan Jalan Monjali, jalur baru menuju kampus UGM. Di sini pemandangan Merapi tampak kokoh dan gagah, walau beberapa bulan sebelumnya sempat batuk-batuk yang cukup menggegerkan warga Yogyakarta dan sekitarnya.

Friday, May 20, 2011

Menikmati Lekker Je Cafe . . . !


Yogyakarta, satu kota yang tak akan pernah habis untuk dieksplorasi keunikannya. Cafe-cafe lumayan banyak bertebaran di kota ini dengan menawarkan berbagai konsep dan keunikan masing-masing. Salah satu cafe yang sering saya kunjungi untuk sejenak melepas penat dari kegiatan dan tugas-tugas yang menumpuk di kampus, atau sekedar mencari inspirasi buat nge-blog atau menulis adalah di Lekker Je Cafe, cafe unik dengan nuansa Rock 'n Roll yang cukup kental. Lokasi cafe ini berada di Jalan Cik Di Tiro 22, atau sekitar 100 meter sebelah selatan bundaran kampus UGM.


"Welcome to The Rock 'n Roll Cafe", begitulah kira-kira keunikan dari cafe yang satu ini. Cafe ini memang unik dan lain dibandingkan dengan cafe lain yang saya kunjungi di Jogja. Rolling Stones, Pink Floyd, Led Zeppelin, The Doors, Genesis, Michael Frank, Bob Marley, Eagles, Queen, dan lain-lain selalu menggema di cafe ini. Yap cafe ini memang selalu memutar musik-musik lawas dari koleksi piringan hitam yang dimiliki. Satu lagu yang paling saya suka ketika sedang nongkrong di cafe ini adalah lagunya Eagles - Hotel California, entahlah tapi menurut saya lagu ini akan selalu mengingatkan saya akan situasi di Lekker Je ini.


Cafe ini memang tidak begitu luas tapi penataan tempatnya ini yang bikin unik. Berbagai poster-poster dan ornamen hiasan dinding menghiasi seluruh sudut ruangan di dalam cafe ini. Buku-buku dan majalah juga disediakan di sini, semuanya ditata dan ditumpuk begitu saja sehingga pengunjung dapat membacanya sesuka hati.






Menu yang ditawarkan Ice Cofee, Cappuchino, Kentang, Pisang keju/coklat, Spaghetti Bollognese, Mushroom & Sosis Ommelete, Ice Jelly dan lain-lain. Fasilitas hotpsot pun juga tersedia di cafe ini. Yak, tempat ini memang cocok untuk nongkrong bareng-bareng teman maupun sendirian. Selain dapat menikmati suasana indoor, Anda juga dapat menikmati suasana outdoor di cafe ini. Cafe ini menyatu dengan Hotel Mentana yang cocok bagi para backpakcer yang ingin mencari penginapan murah di kota Jogja. Jika Anda mengunjungi kota Jogja, luangkan waktu sejenak untuk singgah dan menikmati suasana cafe yang satu ini.

Tuesday, May 17, 2011

Mencicipi Gudeg di Daerah Wijilan


Siapa sih yang tak kenal dengan kuliner yang satu ini, yak gudeg, makanan yang terbuat dari gori atau nangka muda yang dibuat dengan bumbu manis ini adalah makanan khas dari Yogyakarta dan semua orang tau ini. Salah satu sentra makanan gudeg yang terkenal di Yogyakarta adalah di daerah Wijilan, tepatnya di sebelah timur alun-alun utara. Tak lengkap rasanya jika singgah di Yogyakarta tanpa mencicipi kuliner khas yang satu ini.


Di daerah ini merupakan sentra gudeg yang cukup terkenal dan terdapat beberapa deretan warung yang semuanya menjajakan masakan gudeg. Gudeg adalah sayur yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan dan bumbu lain, biasanya berwarna cokelat dan rasanya manis. Penyajian gudeg yang komplit biasanya dengan nasi putih yang dipadukan dengan kuah santan kental yang biasa disebut areh, ayam kampung, telur rebus, tempe dan tahu bacem serta sambal goreng krecek. 


Di Wijilan ini gudeg yang paling terkenal adalag Gudeg Yu Djum, tapi kali ini saya mencoba warung gudeg Bu Lies karena saya tertarik dengan penataan ruang yang cukup nyaman dengan suasana Jawa yang cukup klasik. Untuk rasa gudeg sendiri di tempat ini juga ga kalah enak (menurut lidah saya sih). Selain bisa pakai meja dan kursi di warung ini juga menyediakan tempat untuk lesehan.


Kali ini saya pesan nasi gudeg dengan lauk telur dan tempe bacem, lumayan lah satu porsi Rp 9.000,00 saja untuk menikmati kuliner khas kota Yogyakarta yang satu ini.

Trip To Solo Day 2 : Kampung Batik Kauman




Oke lanjut menyusuri Kota Surakarta atau biasa disebut dengan Kota Solo ini tak lengkap rasanya jika tidak berjalan-jalan menyusuri salah satu perkampungan batik yang terkenal di kota ini yaitu Kampung Batik Kauman. Kampung Batik Kauman ini terletak di sebelah barat Pasar Klewer, tak jauh memang cukup berjalan kaki sekitar 5 menit dari pasar kita sudah sampai di lokasi ini. 


Memasuki gang sempit di kawasan Kampung Batik Kauman ini kita akan disuguhi pemandangan yang cukup menarik dan unik, di antaranya adalah patung orang yang sedang membatik yang bertuliskan "Solo Kota Batik" dan di sisi lain "Solo Kota Budaya". Pas dengan keadaan kota ini yang sarat akan seni dan budaya, serta salah satu kota di Jawa yang merupakan penghasil batik terbesar dan terkenal.


Kampung ini cukup tertata dengan apik dan rapi. Beberapa kerajinan batik masih berbasis home industry yang berkembang di kampung ini. Memang sih ketika saya mengunjungi kampung ini kurang terlihat kegiatan membatik karena saya masih kurang informasi. Yah, daripada saya bingung ga tau mau ngapain saya sempatkan mengelilingi beberapa sudut perkampungan di Kampung Batik Laweyan ini.


Terlihat sekilas rata-rata showroom batik di sini masih dikelola secara rumahan. Barang-barang yang di jual kenayakan adalah kaos-kaos dengan motif batik atau tulisan "Kota Solo". Tempat ini cocok buat mencari oleh-oleh berupa kaos dengan motif batik dan semacamnya yang dapat dijadikan buah tangan untuk teman maupun keluarga. Ada juga kemeja batik, baju wanita, sarung bantal dan sebagainya yang di jual di sini.



Selain bisa memuaskan mata dengan barang-barang bernuansa batik serta memuaskan hasrat untuk berbelanja, di Kampung Batik Kauman ini Anda juga bisa memuaskan mata dengan menikmati keindahan bangunan-bangunan kuno yang mungkin umurnya puluhan atau ratusan tahun. Gaya arsitektur perpaduan Jawa dan Kolonial yang pas, tembok-tembok tua dengan jendela dan pintu yang terbuat dari kayu sangat memanjakan mata dan juga bagi Anda yang hobi memotret jangan lewatkan untuk singgah sejenak di Kampung Batik Kauman ini.

Tuesday, May 10, 2011

Trip To Solo Day 2 : Mampir Pasar Klewer


Salah satu icon Kota Surakarta adalah keberadaan Pasar Klewer yang merupakan pusat perekonomian di kota ini. Pasar yang digolongkan tradisional dengan spesifikasi menjual bahan-bahan tekstil dan pusat grosir batik terbesar di Surakarta bahkan di Jawa Tengah karena banyak pedagang yang berasal dari Yogyakarta,  Semarang dan beberapa kota di Jawa Timur sering membeli barang dagangan di sini, pasar ini bahkan sangat terkenal sampai seluruh Indonesia. Jika berkunjung di Kota Solo tak lengkap rasanya tidak mampir dan berbelanja batik di Pasar Klewer.


Pasar Klewer ini terletak di sebelah barat Keraton Surakarta, atau di sebelah selatan Masjid Agung Surakarta, lokasi yang cukup strategis menurut saya. Filosofi dari Pasar Klewer sendiri adalah dahulunya tempat ini banyak pedagang yang menggelar dagangannya yang berupa kain batik ditaruh di pundak sehingga tampak berkleweran dan akhirnya hingga sekarang terkenal dengan sebutan Pasar Klewer.


Di Pasar Klewer ini pengunjung dijamin akan puas membeli berbagai macam barang yang berbau batik, seperti baju, sprei, jarik, daster, sarung bantal dan sebagainya. Untuk membeli barang di sini jangan lupa untuk menawar harga terlebih dahulu agar Anda mendapatkan barang incaran sesuai dengan harga dan kualitas barang. Keramahan penjual di pasar ini adalah salah satu daya tarik berbelanja di Pasar Klewer. Mengunjungi Pasar Klewer dijamin akan memuaskan dahaga untuk memborong batik dengan harga yang terjangkau.

Saturday, May 7, 2011

Trip To Solo Day 2 : Masjid Agung Surakarta


Satu lagi daya tarik ketika jalan-jalan di sekitar Keraton dan Pasar Klewer adalah Masjid Agung Surakarta yang terletak di sebelah barat alun-alun utara. Mengunjungi Masjid Agung Surakarta ini kita dapat melakukan ibadah bagi umat muslim sekaligus menikmati keindahan arsitektur masjid.


Keunikan bangunan Masjid Agung Surakarta ini adalah bahan interiornya yang hampir sebagian besar terbuat dari kayu jati kualitas nomor satu. Masjid ini mengandung nilai sejarah dan juga seni arsitektur yang tinggi. Hanya sayang saya tak berani mengambil foto yang bayak di masjid ini karena rasa pekewuh dengan jamaah yang lain. Ini beberapa foto yang saya ambil setelah menjalankan ibadah sholat di masjid ini.


Di masjid ini juga terdapat bedug dan kentongan yang mungkin sudah berumur tua yang biasa dibunyikan sebagai seruan sebelum dikumandangkan adzan .


Ini dia bagian utama di dalam masjid yang hampir semuanya dibuat dari bahan kayu jati kualitas nomor satu.

Friday, May 6, 2011

Trip To Solo Day 2 : Menikmati Siti Hinggil Keraton Surakarta



Mengunjungi kompleks Keraton Surakarta tak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi bagian terdepan dari bangunan keraton yang biasa disebut dengan Siti Hinggil. Komplek Siti Hinggil ini dibangun di atas tanah yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya. Tempat ini pada zamannya digunakan sebagai tempat untuk menghadap para punggawa (pejabat menengah ke atas) dalam upacara resmi kerajaan.


Ada bagian yang diberi garis pembatas yang sepertinya digunakan sebagai singgasana raja pada saat acara yang diselenggarakan di Siti Hinggil ini. Bangunan ini dibuat agak lebih tinggi daripada bangunan altar.


Di kompleks ini pula terdapat beberapa meriam yang sekarang dipajang di antara bangunan altar tempat raja dan juga altar untuk para bawahan raja.


Di bagian paling bawah dari Siti Hinggil adalah bagian altar yang mirip dengan bagian pagelaran. Kalau sekarang sih tempat ini sering dijadikan sebagai tempat untuk beristirahat orang-orang di sekitar Pasar Klewer karena tempatnya yang nyaman dan teduh, pas sekali untuk leyeh-leyeh apalagi pada siang hari yang cukup terik.

Thursday, May 5, 2011

Trip To Solo Day 2 : Mengunjungi Si Kebo Bule


Satu lagi daya tarik yang ada di Keraton Surakarta adalah keberadaan si kebo bule yang terkenal dengan sebutan Kebo Bule Kyai Slamet. Setelah selesai mengunjungi keraton, tukang becak yang tadi saya sewa langsung mengantarkan saya mengunjugi si kebo bule ini. kebo-kebo ini sekarang dikandangkan di sekitar alun-alun selatan. Katanya sih kadang kerbau ini dibiarkan bebas begitu saja berkeliling ke mana pun dia mau, dan sebelum malam satu suro dengan sendirinya kerbau ini akan kembali ke keraton.


Menurut saya sih alun-alun selatan ini terkesan kotor dan kurang terawat karena banyak orang-orang yang kurang bertanggung jawab membuang sampah semabarangan. Sayang sekali sih, padahal katanya tiap sore lokasi ini sering dijadikan tempat berkumpul untuk menghabiskan senja.


Kebo bule secara warna kulit memang berbeda dengan kebo-kebo pada biasanya karena warna kulit kebo bule ini cenderung berwarna agak kemerah-merahan, berbeda dengan kebo biasa yang berwarna hitam legam. Kebo bule ini dapat dikatakan menjadi salah satu pusaka keraton karena memiliki kekuatan-kekuatan magis. Pada malam satu suro, kebo ini biasanya diarak mengelilingi kota, dan biasanya banyak warga yang memperebutkan telethong atau kotorannya karena dianggap memiliki berkah, seperti dapat menyuburkan lahan pertanian dan sebagainya.


Ketika menyambangi kebo bule di kandangnya, terlihat beberapa warga khususnya muda-mudi yang sedang bermain-main di sekitar kandang dan memberi makan kebo bule ini. Hiburan gratis di sore hari di sekitar alun-alun selatan Surakarta, dengan menyambangi si kebo bule ini.

Disclaimer

all photos and articles in this blog copyright by Andika Hermawan
if you want to use any photos and articles in this blog please contact me for further information
feel free to ask me :)

another social media account :
twitter @andikaawan
instagram @andikaawan
email : dikahermawandika@yahoo.com