Wednesday, October 31, 2012

Kawah Sileri - Kawah Terluas, Namun Minim Fasilitas


Di balik pesona wisata alamnya yang begitu menawan, Dieng menyimpan sedikit cerita "suram" mengenai pengelolaan pariwisatanya. Beberapa obyek wisata di Dieng memang masih luput dari perhatian pemerintah, hanya dibiarkan dengan fasilitas seadanya tanpa dilakukan pembenahan. Kondisi ini jika dibiarkan terus-menerus sangatlah disayangkan mengingat potensi wisata alam yang dimiliki Dieng begitu beragam.


Kawah Sileri, satu dari beberapa obyek wisata alam di Dataran Tinggi Dieng dengan fasilitas dalam kondisi yang cukup memperihatinkan. Kawah vulkanik yang terletak di Desa Kepakisan, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara ini memiliki akses jalan yang kurang terawat, banyak lubang di sepanjang jalan dari gapura masuk sampai ke lokasi. Fasilitas parkir kendaraan pun juga tidak memadai, kendaraan hanya diparkirkan di pinggir jalan begitu saja tanpa ada yang mengawasi. Ada perasaan was-was memang mengingat tempat parkir yang terletak di tepi jalan, lalu pengunjung harus melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menuruni bukit sekitar 300 meter. Kendaraan tidak akan terlihat jika kita sudah mencapai area bibir kawah. Demi menjaga keamanan lebih baik mengunci kendaraan demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.



Sepanjang perjalanan menuruni perbukitan menuju kawah, kita akan disuguhi pemandangan yang sedikit kurang mengenakkan. Pemandangan kamar mandi umum dalam kondisi rusak dengan "limbah" berwarna kekuningan yang berserakan di dekat pembuangan air. Entah limbah apa itu, saya sendiri kurang mengetahuinya. Tidak jauh dari kawah terdapat bangunan seperti pendopo yang digunakan sebagai gardu pandang untuk melihat pemandangan kawah. Bangunan ini juga tampak tidak terurus, genting-genting sudah beterbangan entah ke mana. Di sebelah gardu pandang tersebut terdapat sebuah papan peringatan agar pengunjung tetap waspada dan menjaga jarak dengan kawah. Oh iya, karena di sekitar kawah sering disinggahi oleh hewan ternak yang sedang mencari makan, maka hati-hati dengan "ranjau darat" yang bertebaran di rerumputan.


Walaupun masih minim dengan fasilitas pendukung, Kawah Sileri ini tetap menjadi alternatif obyek wisata yang wajib dikunjungi di Dataran Tinggi Dieng. Jalan setapak dari parkiran hingga bibir kawah sudah dibangun dengan baik. Pemandangan yang disuguhkan oleh kawah ini tak kalah cantik dengan pemandangan obyek wisata lain di Dieng. Hamparan kawah seluas kurang lebih dua hektar ini selalu tertutup oleh kepulan asap berwarna putih dengan bau belerang yang khas seolah tak pernah berhenti menyelimuti permukaan kawah. Pemberian nama Sileri sendiri konon diambil dari air kawah yang berwarna putih keabuan yang mirip dengan air leri (air dari cucian beras), sehingga akhirnya kawah tersebut diberi nama Kawah Sileri. Aliran air dari Kawah Sileri ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber pengairan perkebunan milik penduduk yang berada di sekitar kawah.


Di balik minimnya fasilitas yang ada, Kawah Sileri menyuguhan pemandangan alam yang menawan. Hamparan perbukitan hijau dengan pohon-pohon yang tumbuh subur serta hamparan perkebunan warga yang mengelilingi kawah  akan memanjakan mata. Kondisi vegetasi di sekitar Kawah Sileri terlihat kontras memang jika dibandingkan dengan kondisi di sekitar Kawah Sikidang yang terlihat gersang. Di sekitar Kawah Sileri ini rerumputan dan pepohonan justru dapat tumbuh dengan subur. Di balik pesonanya, Kawah Sileri merupakan kawah paling berbahaya di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Jika dilihat dari track record-nya, kawah ini mengalami beberapa kali letusan vulkanik mulai dari tahun 1944, 1964, 1984, 2003, dan terakhir pada tahun 2009 di mana ledakan Kawah Sileri ini mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan alam di sekitarnya. Tanda peringatan bahaya memang sudah dipasang di sekitar kawah. Pengunjung hanya diperbolehkan mengunjungi kawah ini maksimal sampai dengan pukul lima sore. Walaupun sudah diperingatkan, hal yang paling penting adalah kewaspadaan si pengunjung itu sendiri demi keselamatan diri.


Jika dilihat dari sisi yang berbeda, kesan tak terurus obyek wisata Kawah Sileri ini dapat menimbulkan kesan alami nan "liar". Akan lebih baik jika pemerintah beserta pihak-pihak terkait memperbaiki fasilitas di obyek wisata Kawah Sileri ini guna memberikan kenyamanan kepada wisatawan dan juga dapat meningkatkan jumlah kunjungan. Dalam sebuah manajemen pariwisata memang diperlukan sinergi hubungan antara pemerintah, masyarakat, serta wisatawan itu sendiri untuk menjaga fasilitas yang ada di obyek wisata. 

Saturday, October 27, 2012

Telaga Merdada - Telaga Kaldera Terluas di Dataran Tinggi Dieng

Dataran Tinggi Dieng selalu memberikan kejutan-kejutan di balik pesona alamnya yang mengagumkan.


Dataran Tinggi Dieng memang surganya wisata pegunungan berbasiskan keindahan alam. Selain pemandangan deretan perbukitan yang kokoh membentang, Dieng juga memiliki telaga-telaga dengan pemandangan yang eksotis. Selain keindahan Telaga Warna yang sudah melegenda, Dataran Tinggi Dieng masih memiliki Telaga Merdada dengan pemandangannya yang tak kalah menawan. Telaga Merdada berlokasi di Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Cukup mudah menemukan lokasi telaga ini, dari arah Dieng tinggal ambil saja jalan menuju Pasar Batur. Jalur ini biasanya sudah ramai dilewati oleh minibus. Setelah melewati lapangan Desa Karangtengah di sisi kanan jalan, lurus sedikit hingga menemukan sebuah gapura bertuliskan Telaga Merdada di sebelah kiri jalan.



Telaga Merdada merupakan telaga terluas di wilayah Dataran Tinggi Dieng. Telaga ini memiliki luas daerah tangkapan sekitar 75 ha, dengan luas genangan sekitar 22 ha. Telaga Merdada memiliki kontor seperti di sebuah cekungan bekas kaldera letusan gunung berapi. Kontur cekungan ini akan jelas terlihat ketika Anda mendaki bukit di sekitar telaga. Telaga Merdada memang memiliki latar belakang pemandangan yang indah, dikelilingi oleh deretan perbukitan, deretan perkebunan sayur milik warga, dan juga hamparan hutan mini di sekitar bukit. Kebun-kebun sayur milik warga ini selain terletak di sekitar perbukitan, juga terletak di pinggiran telaga.


Yak, secara garis besar Telaga Merdada memiliki dua buah fungsi. Selain sebagai lokasi pariwisata, telaga ini juga memiliki fungsi sebagai sumber irigasi bagi pertanian penduduk setempat. Di sekitar telaga memang terlihat pipa-pipa yang mengalirkan air dari telaga menuju ke ladang-ladang milik penduduk. Bertani merupakan mata pencaharian pokok masyarakat di Dataran Tinggi Dieng ini. Konon, air di Telaga Merdada ini tidak pernah surut meskipun memasuki musim kemarau dan disedot terus-menerus untuk kebutuhan pengairan ladang.  Telaga Merdada sebagai pariwisata terlihat dari potensi yang dimiliki oleh telaga ini. Selain memiliki udara yang sejuk, pemandangan yang indah, telaga ini juga dilengkapi dengan fasilitas persewaan perahu motor untuk mengelilingi telaga. Telaga ini juga disebar benih ikan air tawar yang bisa dipancing. Ketika saya datang ke telaga ini terlihat seorang bapak-bapak yang asyik memancing ikan di pinggir telaga ini.


Jika dilihat dari segi pariwisata, Telaga Merdada memang masih memiliki beberapa kekuarangan. Pertama, akses jalan menuju Telaga Merdada masih tergolong dalam keadaan yang cukup memprihatinkan. Jalan dari gapura masuk menuju ke Telaga Merdada masih berupa jalan setapak bebatuan. Selain itu juga di sekitar Telaga Merdada masih banyak petani yang meletakkan pupuk kompos di bahu jalan sehingga menyebarkan aroma tidak sedap yang cukup menyengat, bahkan juga mengundang lalat. Telaga Merdada juga belum dilengkapi dengan fasilitas pendukung pariwisata lainnya seperti keberadaan kamar mandi dan juga papan informasi yang memadai. Hal ini memang berimbas bagi kenyamanan para wisatawan yang ingin berkunjung ke telaga ini.

Di balik kekurangannya, Telaga Merdada bagi saya memiliki daya pikat tersendiri. Pemandangan hamparan perkebunan yang membentang, bunga-bunga yang sedang bermekaran, mulai dari bunga krisan, bunga sedap malam beraneka warna, hingga bunga paca warna yang menjadi salah satu bunga khas daerah Dieng. Suasanya sunyi dan tenang serta hawa yang sejuk dengan pemandangan cantik siap memanjakan mata Anda di Telaga Merdada ini.

keterangan :
tiket masuk Rp 5.000,00 (data Juli - Agustus 2012), tetapi terkadang tidak ada petugas retribusi yang berjaga
bagi Anda yang tidak membawa kendaraan sendiri, jangan malu untuk ngeteng atau menumpang mobil pick up penduduk yang akan ke Telaga Merdada, penduduk di sini dengan senang hati akan memberi Anda tumpangan sampai ke lokasi.

Sunday, October 21, 2012

Dieng Plateau Theater - Interpretasi Potensi Dieng Melalui Bioskop Mini


Siapa bilang di daerah pegunungan tidak memiliki bioskop? Di Dataran Tinggi Dieng memiliki sebuah bioskop yang filmnya menarik lho ! Eiittss, tunggu dulu, bioskop di sini bukan seperti bioskop-bioskop yang ada di mal-mal yang namanya terdiri dari dua digit angka atau tiga digit huruf itu. Dieng Plateau Theater, sebuah bioskop mini berkonsep edukasi yang menyajikan film mengenai sejarah keberadaan Dieng.


Dieng Plateau Theater berlokasi tidak jauh dari Telaga Warna. Ada dua pilihan jalan menuju ke tempat ini. Anda dapat menggunakan kendaraan maupun tracking dari arah Telaga Warna, tinggal ikuti saja jalan setapak yang ada papan petunjuk arah menuju DPT (Dieng Plateau Theater) di dekat pintu masuk telaga. Dibutuhkan sedikit perjuangan dan stamina yang prima karena walau jaraknya cukup pendek (sekitar 200 meter), namun jalan setapak relatif menanjak. Pemandangan yang disajikan cukup sebanding kok dengan perjuangan. View Telaga Warna yang tertutup rimbun pepohonan siap menemani perjalanan Anda.


Dieng Plateau Theater merupakan salah satu wahana wisata edukasi yang dibangun atas gagasan Gubernur Propinsi Jawa Tengah dan kemudian diresmikan oleh presiden pada 6 Maret 2006. Dieng Plateau Theater merupakan bioskop mini yang memutar film edukasi mengenai Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Bangunan ini memiliki ruangan audio visual dengan daya tampung sekitar 100 orang. Film yang diputarkan merupakan film dokumenter yang menjelaskan sejarah dan kehidupan di Dataran Tinggi Dieng. Film yang diputar berjudul "Dieng Negeri Khayangan" atau God Adobe, memiliki subtitle dalam Bahasa Inggris sehingga dapat pula dinikmati oleh wisatawan mancanegara. Film dokumenter berdurasikan 23 menit ini bercerita tentang asal-muasal terjadinya Dataran Tinggi Dieng yang berawal dari letusan gunung raksasa, kejadian geologi, seni dan budaya, obyek wisata, kehidupan sosial masyarakat Dieng, kejadian Kawah Sinila pada tahun 1979 yang menewaskan ratusan warga, sejarah rambut gimbal anak-anak Dieng, tradisi ruwatan anak gimbal, hingga fenomena embun salju yang turun pada musim kemarau atau biasa disebut "embun upas". Walaupun durasi filmnya relatif pendek, namum menyajikan informasi yang menarik dan edukatif.


Lokasinya yang terletak di lereng Bukit Sikendil, menjadikan Dieng Plateau memiliki pemadangan yang cantik. Kita dapat melihat Kawah Sikidang dari area parkir. Dieng Plateau Theater ini hampir mirip seperti teater yang dimiliki oleh Museum Kailasa, hanya berbeda dari segi isi film dokumenter dan juga bangunan fisiknya. Bangunan Dieng Plateau Theater sekilas mirip seperti bangunan tongkonan rumah adat dari Tanah Toraja. Oh iya, di sekitar bangunan Dieng Plateau Theater ini  terdapat penduduk yang membuka lapak menjajakan jamur krispi dan juga kentang goreng. Bagi Anda yang merasa lapar dan haus setelah tracking bisa mampir membeli makanan di kios-kios ini. Sayang, waktu kunjungan saya ke sini bertepatan dengan bulan puasa, jadi tidak ada yang menggelar lapaknya. Bagi Anda yang sedang menjelajah kawasan Dataran Tinggi Dieng jangan lupa untuk singgah sejenak menikmati sajian film dokumentasi di Dieng Plateau Theater ini.

keterangan :
tiket masuk : Rp 4.000,00 (data Juli-Agustus 2012)
hari buka : Senin - Minggu
jam buka : pukul 08.00 sampai dengan 16.00
fasilitas : toilet, mushola, area parkir, warung makanan

Friday, October 19, 2012

Kenikmatan Kuliner Mangut Lele dan Gudeg ala Mbah Marto Nggeneng, Bantul


Yogyakarta, kota yang terkenal sebagai pusat peradaban budaya Jawa, kota pelajar, dan juga kota pariwisata. Yogyakarta memang memiliki tempat-tempat yang menarik dikunjungi, sehingga hampir setiap saat ramai oleh kunjungan wisatawan. Di balik pesonanya yang begitu menawan, Yogyakarta menyimpan kekayaan kuliner yang beragam. Salah satu kuliner legendaris di Jogja adalah masakan mangut lele dan gudeg Mbah Marto Nggeneng yang terletak di daerah Sewon, Bantul, tepatnya di belakang kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja.

Di mana letak warung mangut lele ini?
Oke dibutuhkan sedikit perjuangan untuk dapat menemukan warung mangut lele ini karena letaknya yang berada di tengah-tengah perkampungan dan tidak ada papan petunjuk arah sama sekali untuk menuju warung ini. Dari arah Jogja langsung saja menuju Jalan Parangtritis ke arah kampus ISI Jogja. Dari kampus ISI Jogja lurus ke selatan sedikit sampai menemukan Kantor Pos cabang Sewon di kiri jalan. Nah di seberang jalan Kantor Pos tersebut terdapat sebuah gang (di kanan jalan), masuk saja ke sana, tinggal gunakan GPS manual alias bertanya kepada penduduk sekitar. Mereka akan menjelaskan jalan menuju warung mangut lele Mbah Marto ini karena warungnya yang memang cukup terkenal. Karena lokasinya berada di tengah perkampungan yang memiliki gang cukup sempit, pintar-pintarlah memilih jam kedatangan apabila Anda tidak ingin kebingunan mencari tempat parkir kendaraan.


Bagaimana suasana warungnya?
Nah, menurut saya warung Mbah Marto ini cukup unik dan berbeda dengan warung makan kebanyakan dalam menggelar dagangannya. Jangan harap Anda akan menemui dagangan makanan di depan rumah, yang ada hanya sekumpulan orang yang sedang asyik menyantap makanan di jajaran kursi panjang.

Pengunjung yang ingin membeli makanan di warung Mbah Marto dipersilahkan langsung masuk ke dalam rumah dan menuju ke bagian pawon atau dapur yang masih beralaskan tanah. Inilah keunikan warung makan milik Mbah Marto, semua menu masakan disajikan langsung di pawon. Pawon merupakan sebutan untuk dapur dalam bahasa Jawa, suasananya sangat khas dengan kompor tungku dari bahan batu bata, kayu bakar untuk bahan bakar, dan juga kepulan asap yang berasal dari proses memasak. Kesan ndeso memang terasa sangat kental ketika memasuki pawon ini.

Menu masakan di warung Mbah Marto disajikan di dalam baskom-baskom besar, kemudian di tata di atas amben (dipan yang terbuat dari kayu) beralaskan tikar. Pengunjung dipersilahkan mengambil menu makanan secara prasmanan sesuai dengan selera masing-masing. Mbah Marto biasanya akan duduk di amben tersebut sambil melayani pembeli yang memesan untuk dibungkus. Beliau selalu melayani pembeli dengan telaten dan selalu melemparkan senyum ramah khasnya. Oh iya karena beliau sudah sepuh dan pendengaran beliau mulai menurun, maka jangan heran jika berbicara dengan beliau harus dengan volume yang sedikit keras. Beliau juga tidak bisa berbahasa Indonesia, namun bisa menjawab pertanyaan dengan bahasa Jawa dan diselingi gurauan khas ala Mbah Marto.

Bagaimana dengan menu masakannya?
Warung milik Mbah Marto terkenal dengan masakan mangut lele dan gudeg yang memiliki cita rasa sangat khas. Masakan mangut lelenya memiliki ciri khas dalam proses memasak, yaitu lele ditusuk dengan pelepah daun kelapa kemudian diasap dengan sabut kelapa. Proses ini menjadikan lele tidak lengket karena pelepah mengeluarkan minyak saat dibakar dan juga menimbulkan aroma sangit yang khas. Lele yang sudah diasap kemudian dicelupkan ke dalam kuah bumbu rujak bercita rasa cukup pedas sehingga bumbunya dapat merasuk ke dalam daging lele. Menu andalan berikutnya adalah gudeg. Berbeda seperti gudeg-gudeg di warung kebanyakan yang berbahan dasar nangka muda dengan cita rasa manis, gudeg ala Mbah Marto justru diberi campuran daun pepaya yang memberi cita rasa pahit pada masakan gudegnya.


Menurut sejumlah penelitian, lele mengandung gizi yang bermanfaat bagi tubuh. Lele mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh atara lain sebagai sumber energi, sumber protein hewani, lemak, kalsium, fosfor,zat besi, natrium, tiamin, riboflavin, dan niasin. Kandungan bahan-bahan tersebut sangat bermanfaat bagi tubuh, selain lele memang terkenal sebagai sumber gizi protein hewani yang murah meriah dan mudah untuk didapatkan. Daun pepaya memiliki manfaat yang takkalah hebat bagi tubuh kita. Kandungan yang terdapat dalam daun pepaya memiliki manfaat sebagai pencegah jerawat, pencegah kanker, penstabil tekanan darah, dan paling penting adalah obat mujarab untuk meningkatkan nafsu makan.

Ada cerita menarik di balik kisah asal-usul keberadaan masakan mangut lele ini. Ketidaksengajaan Mbah Marto mencelupkan dagangan lelenya ke dalam kuah bumbu rujak karena bakul yang dia bawa untuk berdagang keliling sudah tidak muat lagi menampung barang dagangannya. Ya, ketidaksengajaannya mencampurkan lele ke dalam kuah bumbu rujak tersebut membuat Mbah Marto terkenal dengan racikan masakan mangut lelenya yang melegenda kini.

Selain menu mangut lele dan gudeg daun pepaya, warung Mbah Marto ini juga menyediakan berbagai lauk pauk tambahan seperti opor ayam kampung, tahu, tempe, telur yang diberi bumbu kuning, sambel goreng krecek, dan tak ketinggalan pula menu garang asem.

Bagaimana dengan harganya?
Untuk seporsi nasi, mangut lele, gudeg, kerupuk, dan es teh manis dibandrol dengan harga Rp 14.000,00 saja (data bulan Oktober 2012). Ya, harga tersebut memang sebanding dengan cita rasa, suasana pawon khas ndeso yang ditawarkan, tak lupa juga keramahan Mbah Marto yang selalu setia melayani pembeli dengan setulus hati. Nah penasaran ingin menikmati lezatnya mangut lele dan gudeg ala Mbah Marto ini? Monggo, silahkan blusukan ke warung yang terletak di belakang kampus ISI Jogja ini.

Jelajahi kekayaan kuliner asli nusantara ya :)

http://nutrisiuntukbangsa.org/jelajah-gizi/

Monday, October 15, 2012

Telaga Warna - Telaga Solfatara Penuh Pesona


Kawasan Dataran Tinggi Dieng seolah tak pernah berhenti memancarkan pesona keindahan alamnya. Deretan perbukitan yang berdiri kokoh, pemandangan hamparan perkebunan kentang, serta udara yang sejuk memberikan sensasi kedamaian di hati. Telaga Warna, salah satu obyek wisata alam unggulan yang hampir tidak pernah sepi oleh kunjungan wisatawan.


Telaga Warna, sebuah danau vulknanik dengan daya tarik dari air danau yang memantulkan gradasi warna. Konon kabarnya menurut penduduk setempat, sekitar sepuluh tahun yang lalu pancaran warna di telaga ini berwarna-warni  indah seperti pelangi. Namun sayang kini hanya pancaran warna tersebut sudah tak sebanyak seperti dahulu akibat dari aktivitas manusia yang merusak alam sekitar, sehingga berpengaruh terhadap kondisi Telaga Warna. Lihat saja banyak bukit-bukit yang dibuka untuk lahan perkebunan. Kini hanya pantulan warna kehijauan saja yang terlihat di danau ini yang berasal dari aktivitas vulkanik. Ya, danau ini mengandung sulfur atau belerang sehingga terkadang mengeluarkan bau tidak sedap yang cukup menyengat di indera penciuman.


Walau tidak dipungkiri sebenarnya kondisi alam di sekitar Telaga Warna ini terlihat cukup baik. Di sekeliling telaga terdapat pepohonan yang rindang tumbuh subur membentuk hutan mini. Jalan setapak pun sudah dibangun sedemikian rupa sehingga pengunjung dapat leluasa mengelilingi Telaga Warna sesuai dengan rute yang telah dibuat. Keberadaan hutam mini ini semakin memberikan hawa sejuk dan teduh sepanjang perjalanan mengelilingi Telaga Warna ini.


Di sebelah Telaga Warna ini terdapat Telaga Pengilon, sebuah telaga dengan airnya yang jernih dan airnya bisa digunakan untuk bercermin. Entah benar atau tidak mitos yang beredar mengenai telaga tersebut, tetapi pemandangan di Telaga Pengilon memang cukup cantik. Di kelilingi oleh deretan perbukitan dan pohon-pohon rindang di sekelilingnya. Kaki seolah tidak mau beranjak meninggalkan Telaga Pengilon ini. Keberadaan sebuah pohon yang tumbuh condong ke arah telaga seolah menjadi pembatas area jelajah telaga ini. Ya di dekat pohon inilah biasanya banyak wisatawan yang berhenti sambil menikmati pesona keindahan Telaga Pengilon ini.

Melanjutkan perjalanan mengelilingi Telaga Warna, kita akan menemukan beberapa gua yang dijadikan tempat untuk bermeditasi. Gua-gua tersebut antara lain adalah Gua Semar, Gua Sumur, dan Gua Jaran. Jangan heran jika di sekitar gua terkadang terdapat sisa-sisa sesaji untuk pemujaan dan meditasi. Saya sendiri sih kurang tertarik dengan keberadaan gua itu, karena kesan mistis yang cukup kentara menyelimuti ketiga gua tersebut.



Salah satu spot favorit para pengunjung untuk berfoto ria di Telaga Warna ini adalah di area telaga yang dekat dengan pintu masuk utama. Di bagian ini terdapat batang pohon yang tumbuh condong ke arah telaga, menimbulkan kesan eksotis dari pemandangan Telaga Warna tersebut. Sttt.. ada sedikit rahasia nih, ada spot yang menarik untuk melihat Telaga Warna dan Telaga Pengilon dari atas bukit. Tinggal ikuti saja jalan setapak menuju Dieng Plateau Theater dan lanjut menaiki bukit, maka rasa lelah Anda akan terbayar dengan pemandangan catik yang terpapar di depan mata. Ya, tak heran memang dengan pancaran pesonanya yang sungguh menawan, obyek wisata Telaga Warna ini hampir setiap hari tidak pernah sepi oleh kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

keterangan
tiket masuk : Rp 6.000,00 per-orang (data Juli-Agustus 2012)
jam buka : pagi sampai dengan sore
fasilitas : toilet umum, mushola, kios makanan dan minuman, jasa foto

Wednesday, October 3, 2012

Kawah Sikidang - Kawah Vulkanik di Tengah Padang Gersang


Kawasan Dataran Tinggi Dieng memang menyimpan fenomena alam yang menakjubkan dan sayang untuk dilewatkan. Kawah Sikidang, merupakan salah satu dari beberapa kawah vulkanik yang tersebar di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Kawah vulkanik memiliki pesona yang siap menarik perhatian setiap wisatawan yang datang mengunjunginya. Lokasi Kawah Sikidang tidak jauh dari lokasi Candi Bima, hanya berjarak sekitar 1 km saja. Kawasan wisata utama di Dataran Tinggi Dieng memang memiliki jarak yang relatif berdekatan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Hal ini cukup memudahkan bagi wisatawan yang berkunjung.


Kawah Sikidang menjadi salah satu tujuan primadona bagi wisatawan yang datang ke Dataran Tinggi Dieng. Lokasinya cukup berdekatan dengan obyek wisata yang lain menjadikan Kawah Sikidang hampir tidak pernah sepi oleh pengunjung. Fasilitas pendukung pariwisata pun sudah dibangun di sekitar area Kawah Sikidang ini, seperti mushola, kamar mandi, area parkir, dan juga kios cinderamata. Keberadaan kawah vulkanik menandakan bahwa kawasan ini memiliki potensi panas bumi yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi yang cukup ramah terhadap lingkungan jika pengelolaannya dilakukan secara benar. Pemanfaatan sumber daya panas bumi ini terlihat dari pipa-pipa besar yang melintasi jalan tak jauh dari arah loket masuk Kawah Sikidang ini. Pipa-pipa inilah yang menyalurkan energi panas bumi yang berasal dari sumber alam yang kemudian diolah untuk dijadikan sebagai sumber energi pembangkit listrik dan sebagainya.


Apa sih yang menjadi daya tarik dari Kawah Sikidang ini? Salah satu daya tarik dari Kawah Sikidang adalah legenda dari si kawah ini. Konon, pemberian nama Sikidang tidak bisa dilepaskan dari karakter si kawah yang hobi "melompat-lompat", yaitu terlihat dari letupan-letupan lumpur panas yang suka berpindah-pindah bahkan terkesan seperti melompat-lompat dari satu tempat ke tempat yang lain. Letak letupan-letupan kawah yang suka berpindah-pindah inilah yang diibaratkan seperti karakter seekor kidang atau hewan kijang yang suka melompat-lompat. Terlepas dari legenda yang beredar, jika diperhatian lebih mendalam pada bagian tanah gersang berwarna keputihan yang berada di sekitar kawah masih terlihat aktivitas vulkanik di bawahnya. Di bagian lahan yang diberi tanda peringatan masih terlihat beberapa bagian yang mengeluarkan asap vulkanik dan juga lumpur yang cukup panas.


Di bagian kawah utama terdapat sebuah lubang yang cukup besar diberi tanda peringatan dan juga pagar pembatas, inilah penampakan utama Kawah Sikidang. Di dalam lubang tersebut terdapat lumpur panas yang meletup-letup akibat dari kegiatan vulkanik yang terjadi di bawah permukaan tanah. Jangan ditanya bagaimana baunya di sekitar kawah, sangat menyengat di hidung. Disarankan untuk menggunakan masker jika mendekati area kawah. Jika tidak membawa masker janganlah khawatir, karena di bagian kios cindera mata banyak penduduk yang menawarkan jasa penjualan masker. Di bagian kawah inilah kita akan melihat sebuah dapur vulkanik yang sangat luar biasa. Saya tidak bisa membayangkan betapa panasnya lumpur vulkanik yang terlihat mendidih dan meletup-letup. Saya pernah membaca sebuah artikel yang mengabarkan bahwa ada pengunjung yang nekat berfoto melewati pagar pembatas kemudian kakinya dia terperosot ke dalam kawah. Setelah dinaikkan kembali, bagian kaki yang terperosot tersebut terlihat tinggal tulang belulang saja. Hiii, maka berhati-hatilah, patuhi tanda peringatan bahaya yang sudah dipasang di sana :)


Pemandangan di sekitar lokasi Kawah Sikidang terlihat cukup gersang. Hanya terlihat tanah bebatuan yang berwarna putih karena terkontaminasi oleh belerang. Namun pemandangan gersang di sekitar kawah tersebut kontras dengan perbukitan yang mengelilingi kompleks kawah. Deretam perbukitan yang nampak terlihat hijau terlihat begitu kontras dengan kondisi di sekitar kawah yang terlihat sangat gersang. Sebuah pemandangan kontras namun terlihat begitu menawan. Menikmati pemandangan ciptaan yang empunya alam memang memberikan kita kesan yang sangat mendalam. Oh iya, di Kawah Sikidang ini juga terdapat atraksi menarik, yaitu adanya persewaan kuda untuk tunggangan. Anda dapat berfoto bersama kuda-kuda tersebut dengan aksesoris bak koboi yang sudah disediakan oleh masyarakat setempat. Tarif sewa untuk berfoto bersama kuda berkisar Rp 5.000,00 sampai dengan Rp 10.000,00. Jika Anda beruntung, Anda akan melihat penduduk setempat yang berjualan batu belerang. Memang agak sedikit janggal sih kenapa batu dijual. Eits, jangan salah, batuan belerang atau yang terkenal dengan sulfur ini memiliki beberapa khasiat seperti menghilangkan penyakit kulit, menghilangkan jerawat, dan juga untuk relaksasi. Sayang sih, saya berkunjung ke Kawah Sikidang di siang bolong ketika bulan puasa. Jadi saya tidak bisa melihat penjual yang menjajakan belerang, maklum jika bulan puasa memang banyak tempat wisata yang cukup sepi oleh pengunjung.

Sekedar tips jika mengunjungi Kawah Sikidang ini, bawalah air minum yang cukup, masker, serta topi karena udara di sekitar kawah yang cukup panas dan gersang. Lebih disarankan mengunjungi obyek-obyek wisata di Dieng dari pagi sampai dengan pukul 11.00 siang karena cuaca yang masih cukup bersahabat. Menjelang tengah hari biasanya sudah turun kabut di kawasan Dataran Tinggi Dieng ini. 

Disclaimer

all photos and articles in this blog copyright by Andika Hermawan
if you want to use any photos and articles in this blog please contact me for further information
feel free to ask me :)

another social media account :
twitter @andikaawan
instagram @andikaawan
email : dikahermawandika@yahoo.com