Setelah puas berkeliling di Tembi Rumah Budaya, perjalanan saya lanjutkan menuju ke utara, yaitu menuju ke arah Panggung Krapyak. Panggung Krapyak ini terletak di sebelah selatan Keraton Yogyakarta. Untuk menuju ke tempat ini cukup mudah, dari arah Alun-Alun Kidul menuju ke arah bangunan Plengkung Gading lalu jalan lurus ke arah selatan. Bangunan ini terletak tepat di tengah-tengah jalan sehingga sangat mudah ditemukan. Sekilas bangunan ini mirip-mirip dengan bangunan yang ada di Taman Sari. Panggung Krapyak berbentuk persegi empat dengan dinding yang terbuat dari batu bata dan dilapisi dengan semen cor.
Menurut beberapa sumber yang saya baca, Panggung Krapyak ini digunakan oleh raja-raja Keraton Yogyakarta untuk berburu. Di sekitar Panggung Krapyak ini konon dahulu adalah hutan yang lebat, salah satu hewan yang menjadi binatang buruan raja-raja tersebut adalah rusa atau dalam bahasa Jawa disebut dengan menjangan. Bangunan Panggung Krapyak hingga kini masih cukup terawat dan terlihat masih kokoh. Bangunan ini memiliki dua lantai, di mana lantai pertama memiliki pintu dan jendela yang terhubung dalam sebuah lorong. Hanya untuk menjaga kelestariannya kini di pintu-pintu dan jendela tersebut dipasang teralis besi sehingga pengunjung tidak bisa memasuki bangunan. Di lantai dua inilah konon digunakan raja-raja Yogyakarta untuk mengintai buruannya.
Panggung Krapyak ini merupakan bangunan yang secara imajiner kota Yogyakarta merupakan bangunan yang menghubungkan Gunung Merapi, Tugu Jogja, Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak dan Laut Selatan yang secara filosofi menggambarkan fase-fase dalam kehidupan manusia.
Mengunjungi Panggung Krapyak ini tidak dipungut biaya apapun, hanya saja letakkan yang berada di tengah jalan di perkampungan mengharuskan Anda untuk berhati-hati memarkir kendaraan dan juga bila ingin memotret Anda harus jeli serta hati-hati karena situasi jalan yang cukup ramai lalu lalang kendaraan yang lewat.
No comments:
Post a Comment