Akhirnya saya mendapatkan bahan juga untuk menulis blog ! Terima kasih saya ucapkan kepada teman sekaligus antek-antek dalam melakukan penjelajahan yaitu Ian Riyanti yang sudah menjemput saya di stasiun dan memberikan tumpangan untuk one day trip nya di Jogja. Tujuan pertama kami pagi itu sebenarnya ke Taman Budaya Yogyakarta untuk melihat pameran, tetapi menurut teman saya tersebut pameran tersebut kurang menarik, lalu kami memutuskan untuk mengarahkan motor menuju ke daerah Bantul. Tujuan kami adalah mengunjungi Tembi Rumah Budaya. Tembi Rumah Budaya berlokasi di Jalan Parangtritis KM 8,4 Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Untuk menuju ke lokasi ini cukup mudah dicari, yaitu tinggal arahkan saja kendaraan menuju Jalan Parangtritis, setelah sampai di Kampus ISI Yogyakarta, lurus ikuti jalan hingga menemui pertigaan lampu merah, dari pertigaan lampu merah tersebut lurus sedikit hingga menemui pertigaan kecil lalu belok ke kiri kurang lebih 500 meter dari Jalan Parangtritis. Tak perlu bingung karena terdapat papan petunjuk jalan yang cukup jelas dan mudah dipahami.
Sepengetahuan saya, di Tembi ini selain terkenal sebagai tempat penyelenggaraan pameran seni juga terdapat bale inap (penginapan) dengan konsep desa alami dan sederhana, selain itu juga terdapat ruangan untuk mengadakan pertemuan serta acara seminar dan sebagainya. Di Tembi juga terdapat balai dokumentasi yang berisi koleksi benda-benda lama dan juga buku-buku maupun naskah-naskah lama. Saya dan teman saya tertari untuk mengunjungi balai dokumentasi ini. Ketika datang di lokasi, kami berdua masih ragu untuk masuk karena sepertinya akan digelar acara, akhirnya kami memberanikan diri untuk masuk dan parkir ke lokasi, kemudian bertanya kepada satpam tempat balai dokumentasi tersebut. Dengan ramah si pak satpam tersebut menunjukkan kepada kami lokasi balai dokumentasi yang terletak persis di belakang halaman depan.
Di ruang pertama yang saya kunjungi merupakan galeri seni bagi para seniman yang ingin memamerkan karya seninya. Ketika saya berkunjung sedang dipamerkan beberapa karya seni abstrak yang sepertinya bahannya terbuat dari bahan-bahan daur ulang, seperti kursi yang terbuat dari kaleng bekas di bagian tempat duduk dan sandarannya, ada pulau replika seperti benteng lengkap dengan pasukannya, lalu ada pula cermin dan pintu yang diberi hiasan lukisan dari cat sehingga menambah sentuhan artistiknya.
Lanjut menuju ruang pameran yang kedua, di sini terdapat koleksi keris-keris, lalu ada peralatan yang digunakan dalam pentas wayang, peralatan membatik, sebuah piano kuno, beberapa tombak, serta replika bangunan kamar rumah Jawa yang terdiri dari bangunan utama di bagian tengah yang berfungsi sebagai tempat tidur utama sekaligus sebagai tempat menyimpan benda pusaka, sentong kiwo (kiri) yang digunakan untuk menyimpan bahan makanan, serta sentong tengen (kanan) yang digunakan sebagai tempat tidur anak. Di ruangan ini dipamerkan juga bebebrapa topeng yang menggambarkan tokoh pewayangan, lalu juga sepasang manekin yang mengenakan pakaian adat Jawa. Ruangan ini digunakan pula sebagai tempat kerja beberapa karyawan yang sepertinya bertugas di balai dokumentasi. Di ruang ini kami dipersilahkan untuk mengisi buku tamu oleh bapak-bapak yang sepertinya pegawai di balai dokumentasi ini.
Lanjut menuju ruangan yang ketika, di sini terdapat beberapa buku dan naskah kuno yang masih terawat dengan baik, sepeda onthel kuno buatan Eropa, sepeda motor kuno yang bentuknya sangat klasik, lalu ada sebuah radio kuno dan juga piano kuno peninggalan dari istri Dr. Yap yang kemudian dijual (saya agak lupa sejarahnya). Koleksi-koleksi yang cukup menarik menurut saya.
Selesai menjelajahi ruang pameran, saya dan teman saya lanjut jalan-jalan di kompleks Tembi ini. Menuju ke arah belakang ada ruangan yang digunakan untuk pertemuan dan seminar. Di sisi paling belakang terdapat sebuah tempat yang mirip dengan pagelaran tari, yang menurut pegawai di situ, tempat tersebut biasa digunakan untuk pagelaran seni tari dan juga acara pernikahan dengan latar outdoor. Di sekitar pagelaran tersebut terdapat dua buah penginapan yang nuansanya sangat homy dengan latar pemandangan hamparan sawah.
Di Tembi Rumah Budaya ini juga sering diadakan pagelaran seni, seperti seni rupa, seni lukis, seni tari, maupun seni musik. Selain sebagai tempat pagelaran seni, di Tembi ini juga disediakan beberapa kamar sebagai tempat penginapan. Penginapan yang di sediakan di Tembi berkisar dari harga 400 ribuan hingga satu juta rupiah, tergantung dari fasilitas yang disediakan tentu saja. Jika Anda berkunjung ke Yogyakarta dan mencari penginapan dengan nuansa pedesaan yang asri dengan latar belakang persawahan, lokasi ini dapat dijadikan salah satu refrensi untuk menginap dan melepas lelah.
htm brpa kak?? ga nginep loh, cuma mau jalan jalan aja
ReplyDeletedulu sih masuknya gratis
Delete