Tuesday, November 6, 2012

Sumur Jalatunda - Sumur Tua Raksasa yang Terkenal dengan Mitosnya


Perjalanan menjalajahi pesona keindahan alam Dataran Tinggi Dieng berlanjut menyusuri sisi barat kawasan deretan pegunungan di bagian tengah Pulau Jawa ini. Obyek wisata pertama yang saya kunjungi adalah Sumur Jalatunda, sumur tua yang terkenal dengan beraneka macam mitosnya. Akses jalan menuju Sumur Jalatunda sudah cukup baik, jalan dengan aspal yang halus diselingi dengan kontur yang berliku khas daerah pegunungan. Pemandangan sepanjang perjalanan pun tidak membosankan, hamparan perkebunan milik warga dan juga kanal pengolahan panas bumi milik PT Geodipa siap mengundang decak kagum.

Secara administrarif Sumur Jalatunda terletak di Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Walaupun terdapat embel-embel nama sumur, jangan harap Anda akan menemukan wujud sumur dalam arti yang sebenarnya. Menurut sejarahnya, Sumur Jalatunda merupakan sebuah kepundan yang terbentuk dari letusan gunung berapi jutaan tahun yang lalu. Kepundan tersebut terisi oleh air hujan dan kemudian membentuk sebuah sumur. Sumur Jalatunda memiliki diameter sekitar 90 meter dengan kedalaman ratusan meter. Pemberian nama Jalatunda sendiri konon diambil dari kosa kata Bahasa Jawa yang berarti sumur yang luas atau besar.


Untuk menikmati wujud dari Sumur Jalatunda, kita harus menaiki beberapa anak tangga dari arah parkiran kendaraan. Di sekitar anak tangga tumbuh subur bunga sedap malam dengan pemandangan hamparan perkebunan luas yang mengitarinya. Setelah menaiki beberapa anak tangga sampilah di sebuah pendopo, nah persis di samping pendopo tersebut kita akan melihat wujud dari Sumur Jalatunda. Sumur Jalatunda merupakan sebuah lubang vulkanik berukuran sangat besar berisi air yang berwarna kehijauan.


Ada sebuah mitos unik yang sangat melegenda di Sumur Jalatunda ini. Barang siapa yang mampu melempar batu kerikil pada jarak tertentu maka keinginan yang bersangkutan akan terkabul. Bagi yang melempar adalah pria, maka lemparannya harus sampai dengan seberang sumur, sedangkan bagi wanita cukup sampai dengan bagian tengah sumur. Keberadaan mitos ini dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk berjualan batu kerikil untuk dilemparkan ke sumur oleh pengunjung. Selain menjual batu, penduduk ini juga akan senang hati menceritakan kisah dan juga mitos mengenai Sumur Jalatunda ini, dengan catatan Anda harus pintar-pintar memancing obrolan dengan mereka ya. Banyak pengunjung yang gagal melempar batu sampai pada jarak yang ditentukan. Penjelasan secara ilmiah sih, lemparan batu tidak sampai pada tujuan karena adanya gaya gravitasi yang mempengaruhi. Entah benar atau tidak mitos tersebut, namun jika ditarik sebuah kesimpulan, keinginan manusia itu akan terwujud jika dia memiliki niat, tekat yang kuat, serta usaha yang keras untuk mewujudkan keinginannya tersebut.

Selain sebagai obyek wisata alam, Sumur Jalatunda  ini juga dijadikan sebagai obyek wisata spiritual. Di sudut dekat tangga, terdapat bekas pemujaan berupa dupa dan juga sesaji. Menurut si penjual batu kerikil yang sekaligus merangkap sebagai pemandu, Sumur Jalatunda ini juga dijadikan sebagai salah satu tempat untuk bersemedi atau dalam bahasa Jawa disebut nglakoni. Konon katanya Sumur Jalatunda ini merupakan salah satu pintu gerbang untuk menuju dunia lain. Sumur Jalatunda ini menurut mitosnya juga kerap meminta korban nyawa dalam kurun waktu tertentu. Si pemandu bercerita bahwa sekitar bulan Juni 2012 lalu terdapat korban jiwa yaitu seorang lansia yang tercebur ke dalam sumur. Menurut penuturan si pemandu, lansia tersebut tidak bisa berjalan, entah ada dorongan magis apa sehingga lansia tersebut dapat menuju Sumur Jalatunda dan masuk ke dalamnya.

Sumur Jalatunda memang tersohor dengan legenda dan mitosnya yang berkembang sehingga banyak pengunjung yang penasaran untuk mencoba peruntungan mereka dengan melempar batu kerikil di sumur ini. Entah mitos tersebut benar atau tidak, Dieng memang memiliki potensi wisata yang unik dan menarik.

Keterangan :
tiket masuk Sumur Jalatunda Rp 5.000,00 per-orang (data Juli-Agustus 2012)
parkir roda dua : Rp 2.000,00
parkir roda empat : Rp 4.000,00
jam buka : dari pagi sampai dengan pukul 17.00 WIB
terkadang tidak ada petugas jaga di bagian loket, ketika kami selesai menikmati Sumur Jalatunda barulah ada petugas yang mendatangi kami untuk menarik retribusi

No comments:

Post a Comment

Disclaimer

all photos and articles in this blog copyright by Andika Hermawan
if you want to use any photos and articles in this blog please contact me for further information
feel free to ask me :)

another social media account :
twitter @andikaawan
instagram @andikaawan
email : dikahermawandika@yahoo.com