Gemuruh angin gunung yang terdengar samar sambil sesekali menghembuskan udara dingin khas daerah pegunungan seolah memaksa saya untuk tetap bermanja-manja mencari kehangatan di dalam balutan sleeping bag yang sudah saya tata. Pondokan sederhana milik Mbok Yem memang cukup nyaman untuk ditinggali untuk memulihkan tenaga sebelum melanjutkan pendakian hingga ke puncak Gunung Lawu. Suara kokokan ayam jantan akhirnya memaksa kami semua untuk meninggalkan kehangatan sleeping bag dan segera bersiap untuk memulai hari. Pagi itu masih sedikit gelap, tak kuasa gigi ini bergemelutuk menahan dinginnya hawa pegunungan yang menerpa badan ketika saya keluar dari dalam pondokan.
Semburat warna orange muncul dari ufuk timur menyambut saya ketika keluar dari gubug. Udara dingin yang menusuk di badan seolah tak begitu saya hiraukan ketika melihat indahnya sang surya yang muncul dari peraduannya.
Emosi memang tidak dapat terbendung lagi. Seketika saya dan kawan-kawan berteriak sekencang yang kami bisa karena akhirnya kami berhasil mencapai puncak Gunung Lawu setelah dua hari menempuh perjalanan. Ya, kami sudah menginjakkan kaki di puncak Hargo Dumilah ! Bagi saya pemandangan di puncak memang tidak terlalu seberapa indahnya. Namun, di sini saya belajar beberapa hal, belajar untuk menghargai dan menikmati sebuah proses dari sebuah perjalanan. Beruntung pagi itu cuaca di puncak sangat cerah. Terlihat sebuah padang rumput membentang jauh di bawah. Awan-awan putih yang terlihat pun seolah berada nan jauh di bawah sana pula. Sungguh saya sangat mensyukuri anugerah Sang Kuasa yang menciptakan alam semesta yang begitu indahnya. Bersyukur saya dapat menikmati sebagian kecil dari ciptaan-Nya yang begitu indah.
Sekitar 1,5 jam kami menikmati keindahan pemandangan di puncak Hargo Dumilah. Kabut tipis pun perlahan turun menyelimuti puncak yang menandakan kami harus segera turun. Sesampainya di pondokan kami pun segera memesan sarapan, nasi pecel dengan lauk telur ceplok. Seusai berkemas dan membayar seluruh pesanan makanan kami pun segera melanjutkan perjalanan pulang. Rasa lelah yang mendera badan pun seolah tak kami hiraukan. Perjalanan hingga puncak Hargo Dumilah pun seolah memberikan energi tersendiri bagi semangat kami.
keterangan :
satu porsi nasi pecel dengan lauk telur di warung Mbok Yem dihargai Rp 7.000,00 dan segelas teh hangat dihargai Rp 2.000,00. Harga yang cukup murah menurut saya mengingat sulitnya medan menuju puncak dan sangat sulit untuk menemukan warung makan di atas gunung.
Semburat warna orange muncul dari ufuk timur menyambut saya ketika keluar dari gubug. Udara dingin yang menusuk di badan seolah tak begitu saya hiraukan ketika melihat indahnya sang surya yang muncul dari peraduannya.
"Wah sayang masnya udah kesiangan, coba tadi keluar lebih pagi lagi, matahari terbitnya lebih cantik", kata bapak-bapak pondokan mengawali pembicaraan pagi itu.
"Wah saya ga kuat pak sama hawa dinginnya kalau keluar pondokan pagi-pagi gitu", jawab saya menimpali di bapak.Puas menikmati matahari terbit, saya pun kembali masuk ke dalam pondokan dan memesan segelas teh manis hangat untuk menghangatkan badan. Rencana hari ini adalah menyelesaikan perjalanan menuju puncak dan kemudian kembali turun ke bawah. Segelas teh hangat pun habis kami seruput, saatnya untuk bersiap menuju puncak Hargo Dumilah. Barang-barang memang sengaja kami titipkan di dalam pondokan agar tidak terlalu membebani kami saat berjalanan menuju puncak. Perjalanan dari pondok Mbok Yem menuju puncak memang tidak begitu jauh, namun medan yang harus dilalui memiliki kemiringan yang cukup tajam. Jika kata orang setempat perjalanan hanya menempuh waktu sekitar 15 menit, namun bagi pemula seperti saya waktu tempuh dapat menjadi 30-45 menit perjalanan. Sempat terbersit pikiran untuk membatalkan pendakian menuju puncak karena medan yang harus dilalui cukup berat bagi saya. Namun berkat dorongan dari teman-teman saya, akhirnya saya pun dapat sampai hingga tugu Hargo Dumilah, puncak tertinggi Gunung Lawu di ketinggian 3.265 MDPL.
Emosi memang tidak dapat terbendung lagi. Seketika saya dan kawan-kawan berteriak sekencang yang kami bisa karena akhirnya kami berhasil mencapai puncak Gunung Lawu setelah dua hari menempuh perjalanan. Ya, kami sudah menginjakkan kaki di puncak Hargo Dumilah ! Bagi saya pemandangan di puncak memang tidak terlalu seberapa indahnya. Namun, di sini saya belajar beberapa hal, belajar untuk menghargai dan menikmati sebuah proses dari sebuah perjalanan. Beruntung pagi itu cuaca di puncak sangat cerah. Terlihat sebuah padang rumput membentang jauh di bawah. Awan-awan putih yang terlihat pun seolah berada nan jauh di bawah sana pula. Sungguh saya sangat mensyukuri anugerah Sang Kuasa yang menciptakan alam semesta yang begitu indahnya. Bersyukur saya dapat menikmati sebagian kecil dari ciptaan-Nya yang begitu indah.
Sekitar 1,5 jam kami menikmati keindahan pemandangan di puncak Hargo Dumilah. Kabut tipis pun perlahan turun menyelimuti puncak yang menandakan kami harus segera turun. Sesampainya di pondokan kami pun segera memesan sarapan, nasi pecel dengan lauk telur ceplok. Seusai berkemas dan membayar seluruh pesanan makanan kami pun segera melanjutkan perjalanan pulang. Rasa lelah yang mendera badan pun seolah tak kami hiraukan. Perjalanan hingga puncak Hargo Dumilah pun seolah memberikan energi tersendiri bagi semangat kami.
keterangan :
satu porsi nasi pecel dengan lauk telur di warung Mbok Yem dihargai Rp 7.000,00 dan segelas teh hangat dihargai Rp 2.000,00. Harga yang cukup murah menurut saya mengingat sulitnya medan menuju puncak dan sangat sulit untuk menemukan warung makan di atas gunung.
No comments:
Post a Comment