Menapaki kawasan pelataran Candi Bima ini serasa dibawa ke sebuah dimensi lain. Bentuk bangunannya yang unik memberikan nuansa seolah-olah kita sedang berada di negeri antah berantah.
Menapaki jejak-jejak warisan arkeologi di kawasan dataran Tinggi Dieng seolah tidak ada habisnya untuk dijelajahi. Mulai dari Kompleks Candi Arjuna yang ramai dikunjungi, Candi Setiaki yang masih terus direstorasi, Candi Gatotkaca dan juga Museum Kailasa yang menyimpan koleksi arca. Candi Bima berdiri kokoh di persimpangan jalan menuju pintu masuk Kawah Sikidang. Setelah menaiki beberapa anak tangga, kita akan disambut dengan bangunan candi yang gagah berdiri dikelilingi oleh bunga-bunga Hortensia yang bermekaran di taman. Jika dilihat dari bangunan fisiknya, Candi Bima merupakan candi terbesar di antara candi-candi yang berada di Kawasan Dataran Tinggi Dieng ini dengan ukuran 6x6 meter dengan ketinggian 8 meter.
Candi Bima memiliki keunikan dari segi bentuk bangunannya yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan bentuk-bentuk candi yang tersebar di wilayah Jawa Tengah maupun Yogyakarta. Kaki Candi Bima memiliki denah bujur sangkar dengan setiap sisi terdapat penampil yang agak menonjol keluar sehingga seolah-olah memberikan kesan denah dasar Candi Bima ini berbentuk segi delapan. Keunikan lain dari bangunan candi ini adalah bagian atapnya yang berbentuk seperti sebuah mangkok yang ditangkupkan atau mirip dengan bentuk Shikara. Bagian atap candi ini terdiri dari lima buah tingkat, semakin ke atas bentuknya semakin mengecil. Pada masing-masing bidang tingkatan terdapat relung-relung yang berbentuk melengkung dengan hiasan relief kepala dewa di dalamnya. Hiasan relief motif seperti ini lebih dikenal dengan nama Arca Kudu, yang menjadi ciri khas bangunan candi di India.
Satu hal yang menjadi keprihatinan kita sebagai generasi penerus bangsa adalah masih maraknya pencurian benda-benda peninggalan bersejarah. Candi Bima tidak lepas dari tangan-tangan nakal dari oknum yang tidak bertangung jawab. Beberapa Arca Kudu yang menjadi penghias relung candi menjadi sasaran para pencuri. Informasi yang saya peroleh, dahulu Candi Bima memiliki Arca Kudu sebanyak 24 buah, namun kini yang tersisa hanya 13 buah. Petugas dari BP3 yang ditugaskan dikawasan Dataran Tinggi Dieng pun setiap malam disiagakan untuk berjaga di kompleks Candi Bima untuk menjaga keamanan candi.
Candi-candi di kawasan Dataran Tinggi Dieng ini sekali lagi masih minim sekali mengenai informasi yang menjelaskan tentang keberadaan candi. Menurut saya selalu ada yang kurang jika kita berkunjung ke tempat yang bersejarah namun tidak terdapat papan informasi yang menjelaskan tentang tempat tersebut. Kita hanya bisa menikmati keindahan bangunan candi saja tanpa bisa mengenal lebih dalam mengenai keberadaan candi tersebut seperti sejarah pembangunannya, informasi mengenai kegiatan restorasi dan sebagainya. Semoga saja cepat atau lambat pihak-pihak yang berwenang segera memberikan tambahan fasilitas mengenai informasi bangunan candi tersebut.
Menapaki jejak-jejak warisan arkeologi di kawasan dataran Tinggi Dieng seolah tidak ada habisnya untuk dijelajahi. Mulai dari Kompleks Candi Arjuna yang ramai dikunjungi, Candi Setiaki yang masih terus direstorasi, Candi Gatotkaca dan juga Museum Kailasa yang menyimpan koleksi arca. Candi Bima berdiri kokoh di persimpangan jalan menuju pintu masuk Kawah Sikidang. Setelah menaiki beberapa anak tangga, kita akan disambut dengan bangunan candi yang gagah berdiri dikelilingi oleh bunga-bunga Hortensia yang bermekaran di taman. Jika dilihat dari bangunan fisiknya, Candi Bima merupakan candi terbesar di antara candi-candi yang berada di Kawasan Dataran Tinggi Dieng ini dengan ukuran 6x6 meter dengan ketinggian 8 meter.
Candi Bima memiliki keunikan dari segi bentuk bangunannya yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan bentuk-bentuk candi yang tersebar di wilayah Jawa Tengah maupun Yogyakarta. Kaki Candi Bima memiliki denah bujur sangkar dengan setiap sisi terdapat penampil yang agak menonjol keluar sehingga seolah-olah memberikan kesan denah dasar Candi Bima ini berbentuk segi delapan. Keunikan lain dari bangunan candi ini adalah bagian atapnya yang berbentuk seperti sebuah mangkok yang ditangkupkan atau mirip dengan bentuk Shikara. Bagian atap candi ini terdiri dari lima buah tingkat, semakin ke atas bentuknya semakin mengecil. Pada masing-masing bidang tingkatan terdapat relung-relung yang berbentuk melengkung dengan hiasan relief kepala dewa di dalamnya. Hiasan relief motif seperti ini lebih dikenal dengan nama Arca Kudu, yang menjadi ciri khas bangunan candi di India.
Satu hal yang menjadi keprihatinan kita sebagai generasi penerus bangsa adalah masih maraknya pencurian benda-benda peninggalan bersejarah. Candi Bima tidak lepas dari tangan-tangan nakal dari oknum yang tidak bertangung jawab. Beberapa Arca Kudu yang menjadi penghias relung candi menjadi sasaran para pencuri. Informasi yang saya peroleh, dahulu Candi Bima memiliki Arca Kudu sebanyak 24 buah, namun kini yang tersisa hanya 13 buah. Petugas dari BP3 yang ditugaskan dikawasan Dataran Tinggi Dieng pun setiap malam disiagakan untuk berjaga di kompleks Candi Bima untuk menjaga keamanan candi.
Candi-candi di kawasan Dataran Tinggi Dieng ini sekali lagi masih minim sekali mengenai informasi yang menjelaskan tentang keberadaan candi. Menurut saya selalu ada yang kurang jika kita berkunjung ke tempat yang bersejarah namun tidak terdapat papan informasi yang menjelaskan tentang tempat tersebut. Kita hanya bisa menikmati keindahan bangunan candi saja tanpa bisa mengenal lebih dalam mengenai keberadaan candi tersebut seperti sejarah pembangunannya, informasi mengenai kegiatan restorasi dan sebagainya. Semoga saja cepat atau lambat pihak-pihak yang berwenang segera memberikan tambahan fasilitas mengenai informasi bangunan candi tersebut.
No comments:
Post a Comment