Apa sih kriteria obyek wisata yang cocok untuk rekreasi keluarga? Yang pasti lokasinya dekat dengan rumah, mudah dijangkau, fasilitas pendukung wisatanya memadai, banyak tersedia warung makan, dan yang penting menyenangkan ! Jika kamu tinggal di daerah Surakarta dan sekitarnya, mesti sudah tidak asing dengan obyek Wisata Waduk Gajah Mungkur yang berada di Kabupaten Wonogiri bukan?
Berwisata bersama keluarga tentu saja harus memperhatikan beberapa hal agar agenda rekreasi bersama menjadi menyenangkan. Satu hal yang pasti, berwisata bersama keluarga tentu saja harus memperhatikan lokasi, terutama lokasi-lokasi yang mudah dijangkau dan tidak memerlukan banyak tenaga untuk dapat sampai di sana. Jika kamu tinggal di daerah Surakarta dan sekitarnya, tentu saja sudah tidak asing dengan keberadaan Waduk Gajah Mungkur yang berada di Kabupaten Wonogiri. Kota yang terkenal dengan julukan Kota Gaplek ini memiliki sebuah tempat wisata berupa bendungan buatan yang selalu ramai dikunjungi wisatawan untuk menghabiskan akhir pekan.
Waduk Gajah Mungkur memiliki luas sekitar wilayah sekitar 8.800 hektar. Pembangunan waduk ini dimulai sekitar tahun 1970-an dengan "mengorbankan" luas wilayah sekitar 51 desa di 7 kecamatan. Pembangunan Waduk Gajah Mungkur bertujuan untuk pengendali banjir di Sungai Bengawan Solo. Selain sebagai pengendali banjir, Waduk Gajah Mungkur ini juga memiliki fungsi yang beragam, antara lain sebagai sumber irigasi lahan pertanian, sumber pembangkit listrik tenaga air, karamba untuk budidaya ikan air tawar, lahan pertanian musiman, dan juga sebagai obyek wisata yang kini menjadi salah satu ikon pariwisata di Kabupaten Wonogiri.
Sebagai salah satu obyek wisata andalan di Kabupaten Wonogiri, Waduk Gajah Mungkur ini bisa dikatakan memiliki wahana wisata yang cukup menarik bagi pengunjung yang datang ke sana. Pengunjung dapat bersantai sambil menikmati keindahan waduk yang dikelilingi oleh perbukitan, berkeliling wilayah waduk dengan kereta kelinci, berkunjung ke kebun binatang mini, bermain di wahana permainan anak-anak, panggung hiburan di akhir pekan, dan kios-kios kuliner yang menjual berbagai macam olahan ikan tawar, dan juga bermain air di wahana waterboom yang disediakan oleh pengelola. Ada lagi kegiatan yang mengasyikkan yang dapat dilakukan di Waduk Gajah Mungkur itu, yaitu mengarungi waduk menggunakan jasa perahu.
Ada dua jenis jasa perahu yang bisa dipilih oleh pengunjung. Yang pertama adalah perahu bersama, di mana biasanya menunggu penumpang penuh baru perahu tersebut jalan. Untuk perahu rombongan ini melewati rute dari dermaga menuju kawasan karamba kemudian kembali lagi ke dermaga. Tarif yang dibebankan kepada wisatawan adalah Rp 7.000,00 per orang. Sedangkan untuk perahu sewa, ada dua rute perjalanan yang bisa dipilih oleh penumpang, yaitu rute menuju pintu air bendungan atau rute menuju kawasan karamba ikan. Rute menuju pintu air bendungan dibandrol lebih mahal yiatu Rp 120.000,00 dibanding rute mengelilingi karamba yang dibandrol dengan harga Rp 80.000,00 sekali perjalanan. Untuk perahu sewa ini dapat digunakan ramai-ramai, mungkin maksimal sekitar sepuluh orang penumpang, sedangkan perahu jenis speed boat hanya bisa memuat sekitar empat orang penumpang saja.
Ketika menaiki perahu, sang juru kemudi pun memberi saran kepada saya untuk duduk di bagian depan perahu dekat dengan moncongnya. "Biar enak ambil gambar dan dapat foto yang bagus mas kalau duduk di situ", saran beliau kepada saya. Sedangkan anggota rombongan yang lain memilih duduk di dalam perahu sambil bersendau gurau melepaskan penat. Awalnya agak ngeri juga duduk di bagian depan dekat moncong perahu. Apalagi kalau bukan karena keseimbangan perahu yang rasanya goyah berat ke samping. Namun syukurlah, akhirnya saya bisa menikmati posisi duduk tenang sambil menikmati perjalanan di bagian depan perahu ini.
Awan putih menyelimuti pemandangan sepanjang perjalanan siang itu, ditambah sinar matahari cukup terasa menyengat di kulit. Di awal perjalanan kami disuguhi dengan pemandangan perbukitan di sekeliling Waduk Gajah Mungkur. Pemandangan jembatan dan kendaraan yang berlalu-lalang sesekali nampak dari kejauhan. Di sisi bukit terlihat beberapa rumah makan yang menawarkan pemandangan waduk dari atas. Sepertinya asyik juga menikmati santap siang sambil ditemani dengan menu ikan dan pemandangan waduk dari atas bukit sana. Di sisi lain terlihat beberapa orang yang memancing di salah satu sudut daratan yang terletak di dekat pintu air. Kata bapak juru kemudi perahu, area ini memang sering digunakan untuk memancing karena ikan yang ada di sana lumayan besar-besar.
Akhirnya kami pun tiba di kawasan pintu air yang menjadi tujuan utama perjalanan perahu ini. Terlihat sebuah kapal yang berfungsi untuk mengeruk endapan lumpur dan pasir yang menyebabkan sedimentasi di sekitar kanal waduk. Pintu air di Waduk Gajah Mungkur ini akan dibuka jika debit air di waduk tersebut sudah berada di ambang batas normal. Jika pintu kanal tersebut dibuka, maka aliran airnya akan menuju Sungai Bengawan Solo yang mengelilingi sebagian wilayah di Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Kami tak berhenti lama di kawasan pintu kanal ini. Perahu pun mulai berputar kembali ke arah dermaga. Setelah berdiskusi singkat, kami pun menambah rute perjalanan mengelilingi kawasan karamba juga. Rasanya tanggung sih jika kami menyewa perahu dan hanya berkeliling di kawasan pintu air saja. Lalu, berlanjutlah perjalanan kami menuju kawasan karamba tempat budidaya ikan air tawar.
Di tengah perjalanan, ada pemandangan menarik yang membuat jantung kami berdebar. Ada dua buah speed boat yang melaju bersama dan membuat manuver-manuver yang memompa adrenalin. Efek dari manuver yang dilakukan oleh kedua buah speed boat tersebut tentu saja terciptanya ombak yang membuat perahu yang kami tumpangi sedikit oleng. Penumpang yang di dalam yang mayoritas ibu-ibu dengan refleks berteriak ketakutan, namun akhirnya malah saling menertawakan satu dengan yang lain karena mendapatkan "hiburan" yang sedikit menegangkan.
Perahu berjalan pelan ketika memasuki area karamba. Di area ini penumpang diperbolehkan untuk turun dan jalan-jalan sebentar di karamba. Namun, rombongan kami memilih untuk tidak turun dari perahu, hanya berkeliling menggunakan perahu saja. Ada beberapa jenis ikan yang dibudidayakan di karamba ini. Ikan nila dan ikan emas adalah jenis yang paling banyak dipelihara di sini. Pemandangan yang menarik bagi saya siang itu adalah kawanan burung-burung kuntul yang hinggap di sisi karamba. Ada yang berwarna putih, ada pula yang berwarna kecokelatan. Mereka tampak cantik terbang ke sana kemari seolah malu-malu menyambut kedatangan kami ketika perahu melaju di dekat mereka.
Perahu pun kembali menuju dermaga untuk bersandar. Perjalanan pulang menuju dermaga pun disambut dengan pemandangan Gunung Lawu yang sayangnya tertutup awan pada bagian atasnya. Andai saja cuaca sedang cerah hari ini, pasti pemandangan gunung yang mengelilingi Waduk Gajah Mungkur akan terlihat lebih indah lagi. Bersandarnya perahu di dermaga menandakan usai sudah perjalanan kami mengarungi Waduk Gajah Mungkur menggunakan perahu sewaan. Hati pun riang gembira dengan perjalanan yang mengesankan tadi. Namun, sisa perjalanan tersebut meninggalkan rasa perih di kulit tangan dan muka saya. Wajar saja sih, saking excitednya saya untuk duduk di bagian depan perahu membuat saya lupa menggunakan tabir surya untuk menghalau panas matahari. Ah, selamat datang kulit terbakar !
Berwisata bersama keluarga tentu saja harus memperhatikan beberapa hal agar agenda rekreasi bersama menjadi menyenangkan. Satu hal yang pasti, berwisata bersama keluarga tentu saja harus memperhatikan lokasi, terutama lokasi-lokasi yang mudah dijangkau dan tidak memerlukan banyak tenaga untuk dapat sampai di sana. Jika kamu tinggal di daerah Surakarta dan sekitarnya, tentu saja sudah tidak asing dengan keberadaan Waduk Gajah Mungkur yang berada di Kabupaten Wonogiri. Kota yang terkenal dengan julukan Kota Gaplek ini memiliki sebuah tempat wisata berupa bendungan buatan yang selalu ramai dikunjungi wisatawan untuk menghabiskan akhir pekan.
Pemandangan di sekitar dermaga perahu Waduk Gajah Mungkur |
Sebagai salah satu obyek wisata andalan di Kabupaten Wonogiri, Waduk Gajah Mungkur ini bisa dikatakan memiliki wahana wisata yang cukup menarik bagi pengunjung yang datang ke sana. Pengunjung dapat bersantai sambil menikmati keindahan waduk yang dikelilingi oleh perbukitan, berkeliling wilayah waduk dengan kereta kelinci, berkunjung ke kebun binatang mini, bermain di wahana permainan anak-anak, panggung hiburan di akhir pekan, dan kios-kios kuliner yang menjual berbagai macam olahan ikan tawar, dan juga bermain air di wahana waterboom yang disediakan oleh pengelola. Ada lagi kegiatan yang mengasyikkan yang dapat dilakukan di Waduk Gajah Mungkur itu, yaitu mengarungi waduk menggunakan jasa perahu.
Ada dua jenis jasa perahu yang bisa dipilih oleh pengunjung. Yang pertama adalah perahu bersama, di mana biasanya menunggu penumpang penuh baru perahu tersebut jalan. Untuk perahu rombongan ini melewati rute dari dermaga menuju kawasan karamba kemudian kembali lagi ke dermaga. Tarif yang dibebankan kepada wisatawan adalah Rp 7.000,00 per orang. Sedangkan untuk perahu sewa, ada dua rute perjalanan yang bisa dipilih oleh penumpang, yaitu rute menuju pintu air bendungan atau rute menuju kawasan karamba ikan. Rute menuju pintu air bendungan dibandrol lebih mahal yiatu Rp 120.000,00 dibanding rute mengelilingi karamba yang dibandrol dengan harga Rp 80.000,00 sekali perjalanan. Untuk perahu sewa ini dapat digunakan ramai-ramai, mungkin maksimal sekitar sepuluh orang penumpang, sedangkan perahu jenis speed boat hanya bisa memuat sekitar empat orang penumpang saja.
Ketika menaiki perahu, sang juru kemudi pun memberi saran kepada saya untuk duduk di bagian depan perahu dekat dengan moncongnya. "Biar enak ambil gambar dan dapat foto yang bagus mas kalau duduk di situ", saran beliau kepada saya. Sedangkan anggota rombongan yang lain memilih duduk di dalam perahu sambil bersendau gurau melepaskan penat. Awalnya agak ngeri juga duduk di bagian depan dekat moncong perahu. Apalagi kalau bukan karena keseimbangan perahu yang rasanya goyah berat ke samping. Namun syukurlah, akhirnya saya bisa menikmati posisi duduk tenang sambil menikmati perjalanan di bagian depan perahu ini.
Awan putih menyelimuti pemandangan sepanjang perjalanan siang itu, ditambah sinar matahari cukup terasa menyengat di kulit. Di awal perjalanan kami disuguhi dengan pemandangan perbukitan di sekeliling Waduk Gajah Mungkur. Pemandangan jembatan dan kendaraan yang berlalu-lalang sesekali nampak dari kejauhan. Di sisi bukit terlihat beberapa rumah makan yang menawarkan pemandangan waduk dari atas. Sepertinya asyik juga menikmati santap siang sambil ditemani dengan menu ikan dan pemandangan waduk dari atas bukit sana. Di sisi lain terlihat beberapa orang yang memancing di salah satu sudut daratan yang terletak di dekat pintu air. Kata bapak juru kemudi perahu, area ini memang sering digunakan untuk memancing karena ikan yang ada di sana lumayan besar-besar.
Akhirnya kami pun tiba di kawasan pintu air yang menjadi tujuan utama perjalanan perahu ini. Terlihat sebuah kapal yang berfungsi untuk mengeruk endapan lumpur dan pasir yang menyebabkan sedimentasi di sekitar kanal waduk. Pintu air di Waduk Gajah Mungkur ini akan dibuka jika debit air di waduk tersebut sudah berada di ambang batas normal. Jika pintu kanal tersebut dibuka, maka aliran airnya akan menuju Sungai Bengawan Solo yang mengelilingi sebagian wilayah di Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Kami tak berhenti lama di kawasan pintu kanal ini. Perahu pun mulai berputar kembali ke arah dermaga. Setelah berdiskusi singkat, kami pun menambah rute perjalanan mengelilingi kawasan karamba juga. Rasanya tanggung sih jika kami menyewa perahu dan hanya berkeliling di kawasan pintu air saja. Lalu, berlanjutlah perjalanan kami menuju kawasan karamba tempat budidaya ikan air tawar.
Di tengah perjalanan, ada pemandangan menarik yang membuat jantung kami berdebar. Ada dua buah speed boat yang melaju bersama dan membuat manuver-manuver yang memompa adrenalin. Efek dari manuver yang dilakukan oleh kedua buah speed boat tersebut tentu saja terciptanya ombak yang membuat perahu yang kami tumpangi sedikit oleng. Penumpang yang di dalam yang mayoritas ibu-ibu dengan refleks berteriak ketakutan, namun akhirnya malah saling menertawakan satu dengan yang lain karena mendapatkan "hiburan" yang sedikit menegangkan.
Perahu berjalan pelan ketika memasuki area karamba. Di area ini penumpang diperbolehkan untuk turun dan jalan-jalan sebentar di karamba. Namun, rombongan kami memilih untuk tidak turun dari perahu, hanya berkeliling menggunakan perahu saja. Ada beberapa jenis ikan yang dibudidayakan di karamba ini. Ikan nila dan ikan emas adalah jenis yang paling banyak dipelihara di sini. Pemandangan yang menarik bagi saya siang itu adalah kawanan burung-burung kuntul yang hinggap di sisi karamba. Ada yang berwarna putih, ada pula yang berwarna kecokelatan. Mereka tampak cantik terbang ke sana kemari seolah malu-malu menyambut kedatangan kami ketika perahu melaju di dekat mereka.
Pemandangan di sekitar kawasan karamba ikan |
Dulu saya sempet kesini. 2-3 tahub yang lalu. Pake perahu berdua carter. Pacaran gt. Cuma di tawar. Kayanya bisa deh di tawar. Mayan lah kena 50ribu kalo gak salah
ReplyDeleteEmang ke wgm ini kalo gak naik perahu kurang gmn gitu. Dulu inginya ya yang kolektiv. Tapi kok kesanya nunggu lama. Jadi terpaksa lah mumpung ada duit juga. Hehehhe
Btw njemur ya
Cara gampang nolak mlm
https://jildhuz.wordpress.com/2016/01/30/cara-simpel-menolak-prospekan-mlm/
kemarin udah nyoba nawar kok, cuma itu harga fix yang ditetapin sama pemda setempat, jadi gak bisa turun harga lagi
DeleteSaya baru mendengar waduk gajah mungkur kang ?
ReplyDeletepadahal lumayan terkenal lho :D
Delete