Jogja memang tidak bisa dipisahkan dengan beragam kulinernya yang khas. Kota ini memang memiliki kuliner legendaris yang patut untuk Anda cicipi satu per satu bagi Anda yang memang gemar berburu kuliner. Acara hunting kuliner kali ini saya putuskan untuk icip-icip ke warung sego Nggeneng Mbah Marto yang terletak di daerah Sewon, Bantul, tepatnya di belakang kampus ISI (Institut Seni Indonesia). Dari beberapa artikel dan acara kuliner di televisi, warung ini lebih terkenal dengan sajian mangut lele dan gudegnya.
Oke mari langsung saja kita mulai review-nya :)
Bagaimana cara menuju warung ini?
Oke dibutuhkan kejelian untuk menemukan warung sego Nggeneng Mbah Marto ini karena letaknya berada di tengah-tengah perkampungan penduduk dan hampir tidak ada papan petunjuk nama warung ini seperti warung-warung atau rumah makan pada umumnya. Oke saya akan sedikit menjelaskan ancer-ancer menuju warung ini. Dari arah Jogja langsung saja ambil jalan menuju Jalan Parangtritis arah ke kampus ISI Jogja. Dari kampus ISI masih lurus saja ke selatan sampai menemukan Kantor Pos cabang Sewon di kiri jalan. Nah di seberang jalan Kantor Pos tersebut (di sebelah kanan) ada gang kecil, masuk saja ke sana terus saja ketemu tikungan belok saja ke kiri sampai pertigaan yang dekat masjid. Dari pertigaan tersebut belok saja ke kiri ikuti jalan sampai Anda menemukan gang pertama di kanan jalan setelah jembatan kecil. Masuk saja gang di sebelah kanan tersebut sampai menemukan sebuah bangunan warung kecil di kanan jalan. Di depan warung tersebut ada gang kecil, masuk saja sampai Anda menemukan sebuah rumah kecil di kanan jalan yang terdapat sumur di depannya. Nah itulah warungnya Mbah Marto. Karena memang lokasinya yang mblusuk dan jalannya yang cukup kecil, jadi pintar-pintarlah untuk memilih waktu kedatangan, kalau Anda tidak ingin ribet untuk mencari tempat parkir kendaraan. Kalau masih bingung dengan lokasinya yang agak sedikit njlimet, silahkan menggunakan GPS manual alias bertanya kepada penduduk sekitar, pasti mereka akan menjelaskan lokasinya karena warung ini memang cukup terkenal.
Bagaimana dengan warungnya sendiri?
Nah, ini salah satu ciri khas dari warungnya Mbah Marto, jika warung-warung lain pada umumnya menggelar dagangannya di bagian depan warung, berbeda halnya dengan warung ini. Warung ini berdiri menyatu dengan rumah permanen sederhana, bagian depannya hanya ada beberapa meja dan kursi yang menanjang. Jangan harap Anda akan menemukan dagangan makanan di bagian depan, yang ada adalah orang yang ramai-ramai makan di depan rumah.
Pengunjung yang akan membeli makanan harus masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke bagian pawon atau dapur yang masih beralaskan tanah. Ini yang menjadi keunikan warung ini, yaitu makanan yang dijual disajikan langsung di pawon ini. Pawon yang masih khas dapur Jawa pada jaman kuno, memberikan nostalgia tersendiri bagi saya. Kompor yang digunakan masih menggunakan tungku yang terbuat dari batu bata, bahan bakar untuk memasak yang masih menggunakan kayu bakar dan sabut kelapa, dan adanya pemandangan ROL (ray of light) yang ditimbulkan dari asap dapur yang mengepul saat digunakan memasak yang terkena pancaran sinar matahari dari bagian atap rumah.
Makanannya pun disajikan di baskom-baskom besar yang diletakkan di atas amben (dipan yang terbuat dari kayu). Pengunjung yang akan makan disitu biasanya dipersilahkan untuk mengambil sendiri menu-menu makanan yang mereka sukai. Bagi yang ingin dibungkus, Mbah Marto dengan sabar dan telaten akan melayani pelanggan disertai dengan sendau gurau beliau. Oh iya karena Mbah Marto ini sudah sepuh (tua), dan pendengaran beliau mulai menurun, jadi bagi Anda yang akan berkomunikasi dengan belau harap menggunakan suara yang agak sedikit keras volumenya, dan satu lagi gunakanlah bahasa Jawa untuk mempermudah komunikasi dengan beliau secara langsung karena beliau tidak bisa berbicara dengan bahasa Indonesia :)
Bagaimana dengan menu-menunya?
Warung sego Nggeneng Mbah Marto ini lebih terkenal dengan mangut lele dan gudegnya yang memiliki ciri khas tersendiri. Untuk icip-icip kali ini saya memang tidak berpikir panjang lagi dan langsung mengambil nasi, mangut lele, gudeg, serta kerupuk. Sebenarnya cukup banyak pilihan menu yang disediakan di warung ini antara lain adalah opor ayam yang terdiri dari ayam, tahu, tempe, dan telur yang diberi bumbu kuning yang segar, ada juga sambel goreng krecek, serta ada pula garang asem.
Masakan mangut lelenya ini memiliki ciri khas yaitu lele ditusuk dengan pelepah daun kelapa dan diasap dengan sabut kelapa yang memberikan aroma sangit pada lelenya. Kuahnya ini yang bikin nagih, yaitu rasa pedas yang memberikan sensasi rasa segar apalagi untuk sajian makan siang yang semakin menggugah selera. Tapi menurut saya bumbunya ini masih kurang merasuk ke dalam lelenya sih, tapi sensasi pedas dan segar dari rasa kuah mangut ini boleh lah untuk dimaafkan.
Gudegnya sendiri juga unik, berbeda dengan gudeg-gudeg lainnya yang hanya berbahan dasar nangka muda, gudeg di warung ini diberi campuran daun pepaya. Jadi ya rasa gudeg ini jadi ada rasa pahit-pahitnya gitu yang semakin menambah kenikmatan dan konon daun pepaya juga menambah nafsu makan. Nah, sembari menikmati mangut lele dan gudeg, jangan lupa untuk mengambil kerupuknya yang menurut saya tak kalah istimewa. Kerupuknya berukuran besar dan rasanya gurih.
Bagaimana dengan harganya?
Untuk menu-menu yang saya ambil, yaitu nasi, gudeg, mangut lele, kerupuk dan es teh dihargai Rp 14.000,00 saja oleh si embah. Menurut saya cukup terjangkau, sebanding dengan rasa, suasana warung yang tradisional khas pawon ndeso dan juga keramahan dari Mbah Marto yang selalu setia melayani pelanggannya dengan setulus hati.
Nah, penasaran dengan kenikmatan mangut lele langsung dari pawon ini? Silahkan saja blusukan ke warung mbah Marto Nggeneng yang terletak di belakang kampus ISI Jogja ini :)
No comments:
Post a Comment