Secara administratif, lokasi ini terletak di Dusun Pajimatan, Desa Girirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Perjalanan dari Jogja menuju daerah Imogiri ini memakan waktu sekitar 30 menit perjalanan dengan menggunakan motor. Ya, untuk memudahkan mobilitas Anda, saya sarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju Imogiri ini. Rute yang ditempuh adalah dari Kota Jogja ambil saja jalan menuju Terminal Giwangan yang melalui Jalan Pramuka, lalu lurus saja menyeberang ring road, susuri saja Jalan Imogiri Timur maka Anda akan tiba di area pemakaman Raja-Raja Mataram Imogiri ini. Tenang saja, jalan untuk ke lokasi sudah diaspal halus dan cukup datar tidak ada tanjakan berat.
Apa saja yang dapat kita temui di makam Raja-Raja Mataram di Imogiri ini? Hmmm sepanjang pengamatan saya ada beberapa hal yang cukup menarik yang saya temui di Imogiri ini, antara lain adalah :
- Banyaknya anak tangga yang harus kita lewati. Ya ini lah tantangan pertama yang harus kita takhlukkan sekaligus untuk menguji ketahanan fisik kita. Jumlah anak tangga yang harus kita lewati untuk dapat mencapai area pemakaman raja-raja ini sekitar kurang lebih 409 buah anak tangga. Pada awal perjalanan dari anak tangga pertama yang dekat dengan area parkir memang belum terasa sih, tapi setelah masuk di dalam gerbang maka Anda akan menemukan sebuah kejutan yaitu anak tangga yang menjulang tinggi menuju atas bukit. Hehehe....tapi tenang saja, pemandangan di kanan-kiri tangga cukup menyejukkan mata karena pepohonan di hutan yang masih terjaga keasriannya.
- Setelah memasuki sebuah gapura sebelum menaiki anak tangga pertama yang menuju ke area pemakaman, ada sebuah masjid dengan bangunan tua yang beratapkan limasan dan terdapat sebuah tugu jam yang bertuliskan PB X. Masjid tua nan sederhana ini masih digunakan untuk tempat beribadah masyarakat sekitar. Sebelum menaiki tangga terdapat kotak infaq untuk biaya pemeliharaan masjid tersebut.
- Sepanjang menaiki anak tangga tersebut jangan kaget jika di sebelah kanan dan kiri tangga terdapat beberapa nisan, karena perbukitan ini memang juga dijadikan sebagai area pemakaman oleh masyarakat sekitar, dikenal dengan nama Wanalaya, pasarean umum Pajimatan. Karena bukit ini cukup dikeramatkan, maka memang tidak diperbolehkan untuk berbuat yang tidak sopan, berburu, mengambil kayu dan merusak tanaman. Pantaslah jika perbukitan ini kondisinya masih asri dengan pepohonan yang masih sangat terjaga.
- Keunikan selanjutnya adalah keindahan bangunan kompleks pemakaman Imogiri ini sendiri, yaitu sebagian besar dari bangunannya terbuat dari konstruksi batu bata dan memberikan kesan bangunan Jawa kuno yang kental. Ya, keindahan ini akan kita temukan setelah kita meniti ratusan anak tangga tersebut dan sampailah kita di gerbang masuk kompleks pemakaman, yang terkenal dengan nama "gapura supit urang".
- Di dalam gerbang "gapura supit urang" ini terdapat dua buah pendopo bagi abdi dalem, yaitu pendopo untuk Kraton Surakarta yang terletak di sebelah kanan dan pendopo untuk Kraton Yogyakarta di sebelah kiri, pun demikian dengan kompleks makamnya, untuk makam Sultan Agung dan keturunan raja Mataram Islam ditempatkan di bagian tengah, makam raja-raja Yogyakarta dan keturunannya di tempatkan di sebelah kiri, dan makam raja-raja Surakarta dan keturunannya di tempatkan di sebelah kiri.
- Di kompleks pendopo ini juga terdapat empat buah gentong (alat penyimpan air dari tanah liat) yang merupakan persembahan dari kerajaan-kerajaan sahabat Sultan Agung. Air yang terdapat di gentong ini konon memiliki khasiat, bagi pengunjung yang menginginkannya dapat meminta air tersebut dengan memberi sumbangan seikhlasnya.
Bagi pengunjung yang hanya sekedar jalan-jalan menikmati suasana dan keindahan bangunan di pemakaman Imogiri ini dipersilahkan, tidak ada persyaratan khusus. Nah, bagi pengunjung yang ingin berziarah ke sini ada persyaratan khusus, antara lain bagi pria harus memakai pakaian berupa beskap berwarna hitam atau biru tua garis-garis tanpa memakai keris. Bagi perempuan diwajibakan untuk memakai kemben dan kain panjang. Tenang saja, abdi dalem di sini sudah menyediakan persewaan baju tersebut dengan biaya Rp 6.000,00 per-baju (data Mei 2012). Oh iya bagi peziarah juga tidak diperkenankan menggunakan perhiasan. Bagi Anda yang ingin berziarah ada waktu-waktu tertentu yang disediakan antara lain adalah :
- Minggu (10.00 -13.00 WIB)
- Senin (10.00 - 13.00 WIB)
- Jumat (13.30 - 16.00 WIB)
- tanggal 1 Syawal, 8 Syawal, dan 10 besar (10.30 - 13.00 WIB
Nah, saya akan membahas sedikit saja "keunikan" lain yang dimiliki oleh pemakaman raja-raja di Imogiri ini. Selain dari air yang berasal dari gentong yang memiliki khasiat, ada juga hal unik lain seperti adanya daun tujuh macam yang memiliki khasiat bagi suami-istri yang sudah menikah lama tapi belum mendapat momongan. Ada juga cincin kayu, yaitu cincin yang berasal dari kayu dahulu merupakan tongkat milik Sultan Agung yang ditanam dan menjadi pohon. Bagi Anda yang menginginkan cincin kayu ini harus diuji dahulu, yaitu dengan cara kayu tersebut ditaruh ke dalam air, jika tenggelam maka kayu tersebut boleh dibawa pulang oleh pengunjung. Konon kayu ini memiliki khasiat bagi pemiliknya.
Terlepas dari cerita-cerita tersebut memang Jogja merupakan salah satu daerah yang memiliki kearifan lokal dan budaya Jawa yang cukup kental, bahkan cerita-cerita klenik masih dijunjung tinggi oleh masyarakat. Saya sendiri juga belum sempat untuk berziarah masuk ke dalam kompleks makam. Kunjungan saya kali ini memang hanya mengeksplor hingga bagian gerbang supit urang saja. Banyak sekali keunikan-keunikan yang saya dapatkan di kompleks makam Imogiri ini, selain juga menguji ketahanan fisik untuk menaiki dan menuruni ratusan anak tangga.
Bagi Anda yang ingin menguji fisik sekaligus belajar mengenai sejarah Mataram, monggo tempat ini dapat dijadikan sebagai rujukan agenda kunjungan Anda selanjutnya :)
waaaaahhh.... gokil nih tukang jalan jalan
ReplyDelete