Kompleks Candi Arjuna tidak dipungkiri lagi merupakan salah satu daya tarik utama pariwisata yang ada di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Candi ini memiliki daya tarik tersendiri sehingga hampir tidak pernah sepi oleh pengunjung, apalagi ketika akhir pekan tiba. Kompleks Candi Arjuna merupakan candi peninggalan Hindu tertua di Indonesia, dibangun sekitar abad ke-7 sampai dengan abad ke-8 atau sekitar tahun 809 Masehi. Penemuan kompleks Candi Arjuna ini berawal dari seorang tentara Inggris bernama Van Kinsbergen pada tahun 1814 yang secara tidak sengaja melihat sekumpulan candi yang tergenang di dalam air rawa. Pada tahun 1856 kemudian dilakukan upaya pengeringan rawa untuk menyelamatkan bangunan candi. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menindaklanjuti upaya pengeringan rawa pada tahun 1864 setelah sempat terhenti beberapa tahun sebelumnya.
Kompleks Candi Arjuna memiliki beberapa bangunan candi. Pemberian nama-nama candi di kawasan Dataran Tinggi Dieng berdasarkan nama tokoh dalam cerita pewayangan yang diadopsi dari Kitab Mahabarata. Di kompleks ini terdapat lima buah bangunan candi, dengan Candi Arjuna sebagai candi utama karena bangunan fisiknya yang terlihat lebih besar dibandingkan dengan bangunan candi lainnya. Candi ini berhadapan langsung dengan Candi Semar, candi unik dengan bentuk atap seperti bangunan limasan, bukan seperti atap candi yang lazim seperti candi Hindu lainnya yang berbentuk meruncing pada bagian atapnya. Candi lainnya adalah Candi Sembadra, Candi Puntadewa, dan Candi Srikandi yang berada sejajar dengan Candi Arjuna.
Bangunan candi di kompleks percandian Arjuna ini memiliki kondisi bangunan yang masih cukup baik, relief-relief pun masih nampak terawat. Di sekeliling bangunan candi terdapat taman-taman dengan pohon cemara, tanaman bunga, serta rumput yang tertata. Keberadaan taman ini memberikan suasana asri di antara kompleks candi yang terlihat cukup gersang. Tanah berumput di sekitar kompleks candi banyak dimanfaatkan oleh penduduk setempat terutama anak-anak untuk bermain bola. Ada juga penduduk yang memanfaatkan rerumputan sebagai tempat merebahkan badan untuk berjemur. Kebiasaan berjemur inilah yang menjadi ciri khas warga Dieng untuk menghangatkan badan dari serbuan dinginnya udara sekitar. Jika beruntung, Anda dapat bertemu dengan anak berambut gimbal di kompleks candi ini. Anak berambut gimbal memang menjadi ciri khas dari warga Dieng karena dianggap memiliki keistimewaan. Anda pun dapat mengajaknya foto bersama anak-anak berambut gimbal ini.
Kompleks Candi Arjuna hingga kini masih dimanfaatkan sebagai tempat beribadah umat Hindu. Menurut informasi bahkan ada yang datang jauh-jauh dari Pulau Dewata untuk beribadah di sini. Selain itu juga kompleks percandian ini dijadikan sebagai wisata spiritual, khususnya bagi para bule yang ingin melakukan meditasi. Kegiatan meditasi ini juga mrupakan hal favorit di kalangan bule yang saya temui mengunjungi Dataran Tinggi Dieng ini. Jadi jangan heran jika di dalam bangunan candi terkadang masih terlihat bekas sesaji maupun bekas dupa yang terbakar.
Ada sebuah mitos yang beredar jika Anda berada di kompleks candi ini pada tengah malam. Mitos yang saya dengan sih jika pikiran sedang kosong atau melamun, pandangan mata seolah-olah melihat kondisi sekitar kompleks candi serasa dikelilingi oleh sebuah telaga. Entah, mungkin juga masih ada hubungannya dengan kondisi masa lalu candi yang tergenang oleh air air rawa :) Saya pernah jalan-jalan tengah malam di kompleks candi dengan beberapa teman dari Unpad yang sedang bertandang di Dieng serta ditemani dengan bapak-bapak penjaga Museum Kailasa. Malam itu tidak ada sesuatu yang janggal sih, kecuali hasil gambar di kamera yang ada penampakan seperti "asap". Si bapak penjaga museum hanya berkata,"sudah biasa kok mas kayak gini", dan kami semua hanya terdiam, hihihihi.
Menurut saya Kompleks Candi Arjuna ini masih minim mengenai informasi keberadaan candi, seperti sejarahnya, maupun cerita-cerita mengenai kegiatan pemugaran dan lainnya, seperti layaknya candi-candi di sekitar Jogja yang sudah mempunyai papan informasi mengenai keberadaan candi. Hal lainnya yang masih minim adalah masih kurangnya fasilitas tempat sampah sehingga ada pengunjung yang tidak bertanggung jawab membuang sampah sembarangan. Semoga saja ke depan fasilitas-fasilitas tersebut segera ditambah oleh dinas yang berwenang agar semakin menambah kenyamanan bagi pengunjung Kompleks Candi Arjuna.
Keterangan
lokasi : Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah
jam buka : dari pagi sampai dengan sore
harga tiket Rp 10.000,00 untuk tiket terusan Kompleks Candi Arjuna dan Kawah Sikidang
kok tampak kering banget ya? terakhir aku kesini, ijo royo royo ;-)
ReplyDeleteaku ke sini pas musim kemarau mbak
Deletebulan Juli sampai Agustus biasanya emang pas kering2nya :D
pengen kesini bos..
ReplyDeletemari berkunjung ke Dieng bang
Deletebanyak spot pemandangan alam bagus di sini :))
Suatu saat saya pasti ke sana >.< AMIN!
ReplyDeleteamin, semoga cepat terealisasikan :D
ReplyDelete