Jalan yang berkelok dengan kontur yang naik turun memaksa kami semua untuk sering membenarkan posisi duduk di atas truk TNI yang berguncang-guncang selama perjalanan. Belum lagi rasa kurang nyaman karena kursi kayu yang saling berhadapan, sekilas mirip seperti tatanan kursi di dalam kereta komuter. Begitulah sedikit gambaran perjalanan para peserta Tour De Probolinggo menuju Air Terjun Madakaripura. Kebersamaan di antara kesederhanaan. Namun, mungkin seperti itulah perjalanan menuju surga, penuh dengan jalan yang terjal dan berliku sebelum akhirnya kita bisa menikmati keindahan di balik perjuangan.
Saya melihat ada beberapa pos retribusi yang harus dilalui sebelum menuju pintu parkir Air Terjun Madakaripura ini. Mungkin karena banyaknya pos retribusi yang harus dilalui inilah menyebabkan banyak tulisan di blog yang menyebutkan bahwa banyak pungutan liar untuk menuju Air Terjun Madakaripura. Minimnya akses transportasi umum juga menjadi cerita lain yang membuat para wisatawan mengurungkan niat mereka untuk berkunjung ke Air Terjun Madakaripura usai puas menjelajahi Kawasan Bromo. Padahal air terjun ini memiliki potensi yang menarik sebagai wisata minat khusus.
Tiba di area parkir kita akan melihat banyak pemuda setempat yang hilir-mudik membawa ember dan kain lap. Mereka menjajakan jasa untuk mencuci kendaraan milik pengunjung yang terparkir di area pintu masuk Air Terjun Madakaripura. Jangan ditanya apakah mereka mencuci kendaraan sesuai dengan perintah si empunya kendaraan. Kebanyakan dari mereka memang langsung mencuci kendaraan yang sudah terparkir kemudian meminta imbal jasa kepada si pemilik kendaraan setelah selesai jalan-jalan dari air terjun. Kejadian seperti inilah yang menjadikan si empunya kendaraan merasa mendapatkan aksi palak.
Dari area parkir kendaraan, pengunjung masih harus berjalan kaki menyusuri aliran sungai dan hutan belantara sebelum akhirnya menuju ke kawasan Air Terjun Madakaripura. Patung Maha Patih Gadjah Mada yang sedang dalam posisi seolah sedang bersemedi menjadi pintu masuk menuju jalur tracking. Banyak warga setempat yang menjajakan jasa menjadi guide untuk menemani sampai ke lokasi. Namun, ada satu hal yang cukup disayangkan, mereka menjajakan jasa menjadi pemandu dengan setengah memaksa kepada pengunjung.
Medan yang harus dilalui selama menyusuri aliran sungai menurut saya tidak terlalu berat. Jalannya pun masih cukup datar, walaupun ada beberapa medan yang naik turun namun jalannya tidak terlalu terjal. Satu hal yang perlu diwaspadai adalah ketika kita menyeberangi aliran sungai. Kita harus berhati-hati karena banyak bebatuan yang cukup licin untuk dilalui. Sebenarnya sudah dibangun jalur track khusus untuk menghubungkan ke area air terjun. Hanya saja beberapa jalur track tersebut rusak digerus oleh tanah longsor yang sering terjadi di kawasan Air Terjun Madakaripura ini. Jika hujan turun pun, pengunjung tidak diizinkan menuju area air terjun karena aliran air sungai cukup berbahaya bagi keselamatan pengunjung. Boleh dikata untuk mengunjungi Air Terjun Madakaripura ini diperlukan keberuntungan, terutama terkait dengan kondisi cuaca. Kalau teman saya berceletuk mungkin karena area ini termasuk lokasi yang wingit dan menjadi tempat bersemedi sekaligus muksanya Maha Patih Gadjah Mada, maka untuk menuju ke lokasi air terjun harus membutuhkan perjuangan, tidak bisa melakukannya dengan mudah.
Di sepanjang perjalanan menuju air terjun ini kita akan menemui beberapa lapak pedagang yang menjajakan jajanan untuk pengganjal perut. Harga makanan dan minuman yang dijajakan pun masih cukup normal, tidak dibandrol dengan harga yang terlalu mahal. Setelah berjalan kaki selama kurang lebih selama 30 menit, sampailah kita di area Air Terjun Madakaripura ini. Jangan heran jika sebelum memasuki kawasan air terjun kita akan diserbu oleh para pedagang yang menjajakan plastik dan jas hujan.
Sebelum memasuki air terjun utama, kita akan melewati guyuran air dari tirai-tirai dinding tebing yang berwarna hijau karena tertutup oleh tanaman. Guyuran air ini memiliki sensasi seolah kita sedang berjalan di bawah rintik hujan, mulai dari hujan gerimis hingga hujan deras. Sensasi melewati guyuran air inilah yang mengharuskan kita mengenakan mantel maupun payung agar tidak basah. Ada baiknya barang bawaan berupa dompet, handphone dan kamera diamankan di dalam kantong plastik agar tidak basah terkena guyuran air.
Untuk menuju ke air terjun utama kita harus menaiki tebing bebatuan sempit dan cukup licin. Dibutuhkan nyali yang cukup untuk melewati tebing batu tersebut. Di bagian kiri tebing terdapat aliran sungai yang terlihat cukup dalam. Belum lagi jarak antara tebing batu dengan sungai tersebut terlihat cukup tinggi. Namun semua rasa ngeri tersebut terbayarkan dengan pemandangan aliran Air Terjun Madakaripura yang terlihat gagah. Aliran air terjun ini konon tak pernah mengenal musim. Baik di saat musim penghujan maupun musim kemarau masih ada debit air yang mengalir.
Konon, ketika turun hujan, air terjun ini mengalirkan lumpur dan bebatuan yang terbawa oleh arus aliran sungai di atas sana. Ketinggian debit air dan derasnya aliran sungai ketika hujan juga dapat membahayakan pengunjung. Apalagi jika tiba-tiba hujan turun dengan deras kemudian pengunjung terjebak di area air terjun tersebut. Sungguh mengerikan, saya pun tidak dapat membayangkan.
Air Terjun Madakaripura memang memiliki keindahan yang cukup tersohor. Medan tracking yang cukup menantang dan menguras tenaga rasanya pantaslah menjuluki Air Terjun Madakaripura ini termasuk ke dalam wisata minat khusus. Dibutuhkan stamina yang cukup prima serta alas kaki yang nyaman untuk berjalan di medan yang berbatu dan menyusuri aliran sungai. Pesona keindahan alam yang menawan menjadikan Air Terjun Madakaripura ini layak untuk Anda jadikan destinasi wisata selama berkunjung ke wilayah Probolinggo ini.
catatan :
Saya pernah bertanya kepada admin @GoProbolinggo untuk kendaraan umum menuju Air Terjun Madakaripura ini. Untuk menuju ke Madakaripura, Anda dapat menggunakan bus dari Terminal Bayuangga menuju ke daerah Lumbang. Sampai di Lumbang turun saja di pertigaan dekat dengan Pasar Lumbang. Dari pertigaan Pasar Lumbang tersebut perjalanan menuju Madakaripura bisa dilanjutkan dengan jasa ojek.
Perjalanan menjelajahi Air Terjun Madakaripura merupakan salah satu rangkaian kegiatan Tour De Probolinggo 2014 yang diselenggarakan oleh @imProses_ (Ikatan Mahasiswa Probolinggo se-ITS, PENS, PPNS)
Weh... saya bisa membayangkan bagaimana warga lokal berusaha "mengais" pendapatan dari serbuan wisatawan yang datang ke lokasi ini. Mirip seperti di air terjun Git-git Bali. Apa mungkin kesenjangan sosial warga di sana dengan wisatawan sangat tinggi ya?
ReplyDeletekemungkinan iya mas, saya belum survay kondisi masyarakat lokal di sana sih
Deletekalau boleh dibilang masyarakat di sana cukup "agresif" terhadap wisatawan yang datang :D