Saya sudah beberapa kali berkunjung ke Kota Probolinggo, namun belum sempat untuk menjelajahi keunikan yang disajikan di kota yang terkenal dengan mangganya tersebut. Probolinggo bagi saya menjadi semacam kota transit, sebelum menuju Kawasan Bromo maupun melanjutkan perjalanan ke Kota Jember. Tapi siapa sangka, kota yang terletak di pesisir utara Jawa ini memiliki tempat wisata yang tak kalah menarik untuk dijelajahi.
Usai menikmati keindahan Air Terjun Madakaripura, seluruh peserta Tour De Probolinggo diajak untuk berkeliling kota sembari mengenalkan potensi wisatanya. Perjalanan menuju Kota Probolinggo pun tak kalah memberikan kesan. Dan lagi-lagi, truk TNI lah menjadi kendaraan yang mengantarkan para peserta keliling Kota Probolinggo. Saya ingat ada kejadian lucu ketika truk yang kami tumpangi memasuki Kota Probolinggo. Ada sebuah mobil yang berhenti tepat di belakang truk kami ketika di lampu merah. Seketika seluruh penumpang di dalam mobil tersebut memandang kami semua dengan ekspresi terheran-heran. Tak hanya penumpang yang ada di dalam mobil tersebut saja, hampir semua masyarakat yang berpapasan dengan truk kami memandang seluruh isi penumpang dengan ekspresi terheran-heran. Sungguh sebuah pengalaman yang tak terlupakan.
Probolinggo bagi saya merupakan sebuah kota kecil yang sangat menyenangkan. Tata ruang kotanya pun cukup rapi dan yang saya rasakan adalah lalu lintas kendaraannya tidak terkesan padat, tidak seperti yang saya rasakan di Jogja akhir-akhir ini. Truk pun melaju ke kawasan Jalan KH. Wahid Hasyim Delima III. Seluruh peserta Tour De Probolinggo kemudian diajak untuk memasuki rumah sekaligus showroom milik pengrajin batik Tenggeran yang dikelola oleh Ibu Sawali dan keluarga.
Batik Tenggeran juga disebut dengan nama batik manggur, singkatan dari mangga dan anggur. Mangga dan anggur merupakan ikon Kota Probolinggo, karena daerah ini memang terkenal dengan hasil pertanian buah mangga dan anggur. Bahkan varietas mangga Probolinggo pun cukup terkenal karena rasa manisnya yang khas. Bahkan karena rasa manis dari mangga tersebut ada pula yang menyebutnya sebagai mangga madu.
Selain diperkenalkan tentang proses pembuatan batik, para peserta Tour De Probolinggo juga dijelaskan secara langsung motif-motif batik Tenggeran ini langsung oleh Ibu Sawali. Batik yang dijual pun ada yang berupa batik tulis maupun batik cap. Proses pewarnaan batiknya pun selain menggunakan pewarna tekstil ada pula yang menggunakan pewarna alami sesuai dengan pesanan. Sebagian besar motif batik Tenggeran memiliki corak mangga dan anggur sebagai inspirasinya. Tak hanya motif mangga dan anggur, batik Tenggeran juga memiliki motif-motif yang cukup beragam. Satu hal yang menarik perhatian saya adalah motif yang menggambarkan Gunung Bromo dan cerita rakyat masyarakat Tengger.
Harga batik yang ditawarkan di gerai ini cukup beragam. Mulai dari harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Tak heran jika batik dihargai dengan nominal yang cukup mahal, karena proses pengerjaannya yang cukup rumit dan memakan waktu yang lama. Bahkan ada satu lembar batik yang sudah pernah ditawar oleh pembeli dengan harga puluhan juta, namun tidak diberikan oleh Ibu Sawali. Menurut beliau batik tersebut merupakan buah karya perdana beliau ketika terjun ke dunia batik. Bagi beliau, batik tersebut bukan hanya selember kain, namun memiliki makna yang mendalam karena batik tersebut dibuat dengan sepenuh hati dan mengandung sebuah filosofi bagi beliau.
Peminat batik Tenggeran pun cukup beragam. Tak hanya masyarakat lokal yang berasal dari daerah Probolinggo dan sekitarnya, pembeli dari manca negara seperti Australia dan Jerman pun banyak yang tertarik membeli batik Tenggeran ini untuk dijadikan koleksi. So, sebagai generasi muda, kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan warisan budaya nenek moyang yang sudah diakui sebagai warisan dunia ini?
Gerai Batik Tenggeran Bu Sawali
Jalan KH. Wahid Hasyim Delima III No. 5 Probolinggo
telp 085234382111 / 081249552211
No comments:
Post a Comment