Ritual wajib dalam rangka perayaan Sekaten adalah dimainkannya dua set gamelan yang dikeramatkan oleh Kraton Yogyakarta, yaitu gamelan Kyai Nogowilogo dan gamelan Kyai Gunturmadu. Gamelan ini dimainkan di pagongan di sekitar masjid agung. Sebelum gamelan-gamelan ini dimainkan, terlebih dahulu dilakukan Prosesi Miyos Gangsa yaitu upacara iring-iringan oleh prajurit kraton yang merupakan abdi dalem kraton untuk menghantarkan dua set gamelan ini dari Pendopo Ponconiti menuju masjid agung yang terletak di sebelah barat alun-alun utara. Kyai Nogowilogo akan menempati pagongan sisi utara dari masjid agung, sementara Kyai Gunturmadu akan berada di pagongan sebelah selatan masjid. Prosesi Miyos Gangsa ini biasanya dilakukan pada malam hari dan menandakan bahwa perayaan Sekaten sudah dimulai. Gamelan tersebut akan ditabuh selama tujuh hari berturut-turut secara bergantian.
Nah, menjelang acara penutupan Sekaten, biasanya dilakukan pengembalian perangkat gamelan dari masjid agung menuju Pendopo Ponconiti yang biasa disebut dengan Prosesi Kondur Gangsa, yang kembali diiringi oleh prajurit kraton, yang menandakan bahwa acara Sekaten akan segera berakhir. Prosesi Kondur Gangsa ini dilakukan pada malam hari sebelum acara puncak yaitu acara Garebeg Maulud yang ditandai dengan dikeluarkannya gunungan dari Kraton Yogyakarta yang dilakukan pada keesokan harinya.
Di dalam perayaan Sekaten, gamelan pusaka ini juga menjadi salah satu pusat perhatian pengunjung. Banyak pengunjung yang rela berjubel di depan pintu pagongan untuk melihat secara langsung gamelan ini ketika dimainkan. Selain pengunjung yang ingin melihat lebih dekat dan mendengarkan alunan gamelan tersebut, banyak juga beberapa turis asing dan fotografer yang tak ingin ketinggaan untuk mengabadikan moment ini dengan bidikan lensa mereka.
No comments:
Post a Comment