Lokasi yang pertama kali saya datangi setelah sampai di kota Solo adalah menjelajahu Museum Batik Danar Hadi. Nama Batik Danar Hadi sudah cukup terkenal bahkan sampai tingkat nasional, atau internasional mungkin. Saya juga baru tahu kalau di belakang showroom Batik Danar Hadi ini juga terdapat sebuah museum yang menyimpan koleksi-koleksi batik dari zaman tahun 1800an setelah pagi ini saya browsing di internet. Sangat menarik menurut saya karena menurut beberapa sumber yang saya dapat museum ini merupakan salah satu museum batik terbaik dan terlengkap di dunia. Museum Batik Danar Hadi ini berlokasi di Jalan Slamet Riyadi 261 Surakarta, letaknya persis di pinggir jalan protokol kota Surakarta sehingga sangat mudah untuk menemukan lokasi museum batik ini.
Untuk masuk ke dalam museum pengunjung hanya perlu membayar sebesar 25.000 rupiah untuk umum dan 15.000 rupiah untuk pelajar/mahasiswa. Untung sih saya masih punya kartu mahasiswa jadi mendapatkan keringanan. Harga tiket tersebut sudah termasuk jasa untuk pemandu yang akan menjelaskan detail tentang koleksi-koleksi batik yang ada di dalam museum. Di dalam museum ini tersimpan berbagai batik tulis asli dari Indonesia dari zaman ke zaman. Semua batik tersebut masih tersimpan sangat rapi dan masih sangat bagus, masih asli seperti pada zamannya, hanya saja memang ada beberapa koleksi batik yang rusak lapuk dimakan oleh zaman. Pada ruangan pertama batik yang dipamerkan adalah batik-batik pada zaman kolonial Belanda, karena katanya yang jadi juragan pada jaman dahulu adalah orang-orang Belanda namun para pembatiknya adalah tetap orang-orang Indonesia. Motif-motif yang mendominasi batik Belanda ini biasanya adalah motif bunga, dedaunan, hewan terutama kupu-kupu dan burung. Batik Belanda juga umumnya memiliki warna-warna yang cerah seperti merah, hijau dan sebagainya. Di area koleksi batik Belanda ini pula terdapat batik dengan motif cerita-cerita khas Eropa seperti Snow White, Hans and Gretel, Little Red Ridding Hood, bahkan ada cerita tentang Perang Diponegoro namun tokoh-tokoh yang di dalam batik tersebut tentu saja para kolonial.
Di ruangan kedua ini dipamerkan berbagai motif batik keraton baik dari daerah Surakarta, Yogyakarta, dan Pakualaman. Menurut saya hampir rata-rata motif batik keraton ini sama hanya yang membedakan adalah warnanya, di mana warna batik Keraton Surakarta lebih didominasi oleh warna cokelat gelap dan dari Yogtakarta dan Pakualaman cenderung lebih cerah.
Lalu batik tiga negeri yang dikarenakan memiliki tiga warna di mana masing-masing warna ini dibuat di tiga tempat yang berbeda. Warna merah dikerjakan di daerah Lasem, warna biru di kerjakan di daerah Pekalongan dan warna cokelat dikerjakan di daerah Solo. Warna-warna tersebut tentu saja didapat dari pewarna alami. Sungguh sebuah proses yang begitu rumit untuk mendapatkan selembar kain batik.
Koleksi lain yang terdapat di dalam museum ini adalah koleksi Batik China yang didominasi oleh warna merah, Batik Jawa Hokokai yang terpengaruh oleh Jepang. Batik Jawa Hokokai ini cukup unik karena dalam satu lembar batik terdapat dua buah motif yang berbeda yang katanya dulu digunakan bergantian waktu pagi dan sore. Batik lainnya adalah Batik Pesisir, Batik Saudagaran, Batik Petani, Batik Cirebon dan Batik Kontemporer. Hanya sayang pengunjung biasa tidak diperkenankan untuk mengambil gambar-gambar kolekasi batik yang berada di dalamnya. Untuk dapat mengambil gambar harus menggunakan izin dari pihak-pihak terkait yang biasanya digunakan untuk penelitian.
Puas menikmati batik-batik kuno ini pengunjung akan masuk ke dalam sebuah pintu gerbang besar dan di dalamnya adalah sebuah pabrik batik yang besar yang berisi ratusan pekerja batik. Sangat kontras memang pemandangan dan suasana di sini, dari menjelajah ruangan yang cukup elegan dan nyaman tiba-tiba masuk ke dalam pabrik yang cukup panas dan sesak dengan para pekerja yang sedang membuat batik.
Di lokasi pabrik ini pengunjung bebas mengambil gambar para pekerja yang sedang membatik. Ada yang sedang menggambar pola, lalu membatik, memberi pewarnaan ulang pada batik tulis. Ada pula pekerja yang sibuk membuat batik cap.
Dengan konsep One Stop Batik Shopping setelah pengunjung selesai mengelilingi pabrik pembuatan batik, pengunjung akan memasuki sebuah gerbang lagi dan kembali ke dalam ruangan museum. Di bagian ini akan dipamerkan koleksi-koleksi terbaik Batik Danar Hadi dan beberapa cap tembaga yang digunakan untuk membuat batik cap yang digantung karena sudah tidak digunakan lagi karena modelnya sudah tidak sesuai dengan selera pasar. Setelah puas menikmati koleksi-koleksi batik-batik kuno, tour pun diakhiri dengan kita masuk ke dalam galeri yang memajang batik-batik cantik yang dapat kita beli di dalam galeri Batik Danar Hadi. Benar-benar surga wisata belanja dan pecinta batik baik nasional maupun internasional.
Sebuah tour singkat yang sangat berkesan bagi saya. Di sini saya belajar untuk menghargai warisan nenek moyang. Satu lagu pelajaran yang saya dapatkan adalah hal yang membedakan batik Indonesia adalah setiap kain batik yang ditulis ini memiliki sebuah makna dan cerita, guratan dari si penulis batik itu sendiri. Jadi memang tak heran jika batik tulis asli Indonesia bukanlah sembarang batik. yak perlu digaris bawahi bahwa batik tulis asli berbeda dengan batik tekstil yang kita kenakan sehari-hari karena batik tulis asli memiliki makna yang dalam dan tidak sembarangan digunakan, hehehe.
Jam Buka Museum
Setiap Hari (Senin - Minggu) pukul 09.00-16.30 WIB
Bea Masuk
umum : Rp 25.000,00
pelajar/mahasiswa : Rp 15.000,00
Jam Buka Museum
Setiap Hari (Senin - Minggu) pukul 09.00-16.30 WIB
Bea Masuk
umum : Rp 25.000,00
pelajar/mahasiswa : Rp 15.000,00
No comments:
Post a Comment