Setelah ngubek-ubek isi Pasar Gedhe dan tidak menemukan dawet yang saya cari,akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Keraton Surakarta. Untuk menuju ke Keraton Surakarta dari sekitar Pasar Gedhe ini bisa menggunakan bus umum Damri dengan biaya karcis sebesar 3.000 rupiah dan langsung dapat turun di depan gerbang pintu keraton.
Tapi kali ini saya memilih untuk jalan kaki sembari menikmati bangunan-bangunan yang ada di sepanjang jalan yang akan saya lalui. Bangunan pertama yang saya temui adalah bangunan Gedung Balai Kota Surakarta yang meruapakn gedung pusat pemerintahan di kota ini. Bangunan joglo besar tampak terlihat dari luar pagar, sangat khas bangunan rumah jawa.
Lanjut menyusuri jalan, sampai di sebuah perempatan setelah gedung balai kota ada bangunan Bank Indonesia yang sangat khas bangunan kolonial. Gedung tersebut menjulang cukup tinggi dan berwarna putih. Bangunan ini sangat berbeda bentuk arsitekturnya dari bangunan-bangunan lain di sekitarnya. Menurut saya sih ini memang bangunan peninggalan jaman kolonial Belanda dulu karena sangat khas desain arsitekturnya.
Kaki saya pun terus berjalan menyusuri jalanan. Tepat di sebelah gedung Bank Indonesia setelah perempatan jalan ada gedung Kantor Pos Besar Surakarta, gedung ini sangat khas karena catnya berwarna orange. Pertanyaan yang terbersit di hati saya adalah dengan kecanggihan teknologi seperti sekarang ini apakah jasa pos masih laku ya? Karena saya lihat memang beberapa kantor pos tidak seramai dahulu, paling ramai jika ada pensiunan yang sedang mengambil jatah pensiunan mereka tiap akhir bulan.
Tak jauh dari Kantor Pos sampailah di sekitar wilayah gladak yang merupakan pintu masuk menuju wilayah keraton (kalau boleh saya menyebutnya begitu). Di sekitar gladak ini terdapat gapura pintu masuk lengkap dengan dua buah patung di sampingnya yang katanya orang bilang itu reca nggladak. Di dekat situ pula terdapat patung Slamet Riyadi yang merupakan pahlawan nasional yang berasal dari kota Solo dan hingga kini nama tersebut dikenal sebagai jalan protokol yang sangat familiar di kota Solo tersebut.
Patung yang menjulang tinggi ini menurut informasi baru saja diresmikan. Patung ini juga sebagai penanda batas Jalan Slamet Riyadi di sebelah timur.
Tak jauh dari Kantor Pos sampailah di sekitar wilayah gladak yang merupakan pintu masuk menuju wilayah keraton (kalau boleh saya menyebutnya begitu). Di sekitar gladak ini terdapat gapura pintu masuk lengkap dengan dua buah patung di sampingnya yang katanya orang bilang itu reca nggladak. Di dekat situ pula terdapat patung Slamet Riyadi yang merupakan pahlawan nasional yang berasal dari kota Solo dan hingga kini nama tersebut dikenal sebagai jalan protokol yang sangat familiar di kota Solo tersebut.
Patung yang menjulang tinggi ini menurut informasi baru saja diresmikan. Patung ini juga sebagai penanda batas Jalan Slamet Riyadi di sebelah timur.
No comments:
Post a Comment